Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Wisata Kampung Anggur di Yogyakarta, Bermula Isabela Sukses di Ninel

Cerita Kampung Anggur di Yogyakarta bermula dari seorang bernama Rio Aditya yang menjajal menanam anggur di pekarangan rumahnya.

7 Agustus 2020 | 17.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Wisata ke Yogyakarta bukan hanya Malioboro, Keraton Yogyakarta, Kilometer Nol, Kebun Binatang Gembira Loka, dan destinasi wisata yang sudah populer di masyarakat. Pengunjung juga bisa mencoba masuk ke perkampungan dan mengetahui ciri khas di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satunya adalah Kampung Anggur di Dusun Plumbungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Provinsi DI Yogyakarta. Letaknya relatif dekat di Kota Yogyakarta. Hanya sekitar 30 sampai 45 menit berkendara ke arah selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sesuai namanya, kampung ini dikenal sebagai tempatnya pembudi daya anggur. Sebab, sebagian besar penduduknya menanam anggur di pekarangan rumahnya. Di sepanjang jalan kampung ini, terutama dari bulan Juli sampai Oktober, pengunjung bakal tergoda melihat buah anggur berwarna merah tua dan hijau, berbentuk bulat sedikit lonjong, bergelantungan hampir di setiap pekarangan penduduk. Daun pohon angggur merambat di bangunan rumah hingga menjadi atap teduh di tengah hari yang terik.

Cerita Kampung Anggur ini bermula dari seorang bernama Rio Aditya. Dia menjajal menanam anggur di pekarangan rumahnya pada 2010. "Awalnya saya coba menanam anggur lokal, Isabela. Tapi hasilnya kurang memuaskan," kata Rio pada Rabu 5 Agustus 2020. Kemudian pada 2014, dia mengganti dengan jenis anggur hibrida dari Ukraina bernamanya Ninel.

Anggur ninel yang ditanam warga Kampung Anggur, Dusun Plumbungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Pemuda yang memiliki halaman rumah seluas 150 meter persegi dipenuhi pohon anggur itu memilih budi daya anggur karena potensi pasarnya yang menjanjikan. Buah yang identik dengan minuman wine asal Prancis itu pun coba dikembangkan di Bantul, dan ternyata berhasil. "Perawatannya anggur ninel ini lebih mudah, tidak mengenal musim, dan hasil panennya memuaskan," ujar Rio.

Rasa buah anggur ninel ini lebih manis dari jenis anggur lainnya. Tingkat kemanisan anggur itu mencapai 22 persen briks atau empat tingkat lebih tinggi dibanding jenis anggur kebanyakan yang rata-rata 18 persen briks. Keberhasilan Rio membudi dayakan anggur ninel memancing minat warga Kampung Plumbungan mengikuti langkahnya.

Masyarakat tertarik bertani anggur dan mengikuti pelatihan budi daya dengan bantuan dana desa. Mereka belajar menanam, merawat, hingga memanen anggur. Hanya saja, Rio tidak memberikan bibit anggur ninel secara cuma-cuma. Tujuannya, penduduk serius menekuni budi daya itu atau tidak untuk sesaat saja. "Saya menjual bibit anggur ninel Rp 100 ribu supaya mereka punya rasa memiliki dan serius budi daya," kata Rio.

Kini ada sekitar 300 pohon anggur yang ditanam di sepanjang jalan kampung itu. Lebih dari 80 persen warga Kampung Plumbon membudi dayakan anggur itu di pekarangan mereka. Susananya jadi seperti di kebun anggur.

Usaha budi daya yang dirintis Rio mendapat sertifikasi dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementerian Pertanian pada Januari 2020u. Tanaman anggur yang ditanam Rio mendapat nama Satriya Tamansari 1.

Pekarangan rumah penduduk Kampung Anggur teduh dengan tanaman anggur ninel yang merambat di atap. Kampung Anggur terletak di Dusun Plumbungan, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Kualitas tentu saja mendatangkan keuntungan. Dalam setahun, setiap pohon anggur bisa panen 12 kilogram buah. Harga anggur ninel Rp 100 ribu per kilogram. Seiring waktu, permintaan bibit dari berbagai daerah di sekitar Yogyakarta juga kian tinggi. Bibit anggur ninel dibanderol harganya Rp 125 ribu.

Rio berharap pemerintah membantu menata dan mengembangkan Kampung Anggur sebagai destinasi wisata alternatif. Sebelum pandemi, menurut dia, setiap akhir pekan ada rombongan wisatawan yang terdiri dari 30 sampai 100 orang datang ke sana. Mereka merasakan sendiri sensasi panen anggur, menimbang, dan membeli anggur yang dipetik.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebuanan, Dinas Pertanian, Pangan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Bantul, Imawan Eko Handriyanto mengatakan penduduk Kecamatan Bambanglipuro membudi dayakan berbagai tanaman. "Selain anggur, ada juga budi daya pisang dan anggrek. Itu bisa membuat banyak orang datang ke sini," kata Imawan.

Ketua Komisi B DPR DI Yogyakarta, Danang Wahyu Broto menuturkan Kampung Anggur menjadi contoh pengembangan desa yang bagus dalam menumbuhkan minat budi daya sekaligus menjadi destinasi wisata alternatif di Yogyakarta. "Kampung Anggur bukti sektor wisata dan budi daya sebagai jalan pemberdayaan masyarakat," ujar dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus