Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Wisata Sungai Jadi Tempat Nikah Massal, Ada Filosofinya

Area rekreasi dan outbond di Taman Tempuran Cikal, Piyungan, Bantul, Yogyakarta disulap menjadi tempat nikah massal.

24 Maret 2019 | 11.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana nikah massal yang digelar lembaga Fortais Yogyakarta dalam menyambut hari air sedunia di Taman Tempuran Cikal Piyungan Bantul Rabu, 20 Maret 2019. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Wisata sungai wahana air tempuran atau pertemuan dua sungai, yakni Kali Opak dan Kali Gawe di Taman Tempuran Cikal, Piyungan, Bantul, Yogyakarta disulap menjadi tempat yang sakral. Enam pasangan pengantin mengkat janji dan mengikuti acara nikah massal yang digelar lembaga sosial Forum Ta’aruf Indonesia atau Fortais, Yogyakarta, Rabu 20 Maret 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lokasi ini merupakan area rekreasi dan outbond yang dikelola desa setempat yang letaknya di pinggir sungai. "Nikah massal ini kami gelar sembari memperingati Hari Air Se-Dunia yang jatuh setiap tanggal 22 Maret," ujar RM. Ryan Budi Nuryanto, Ketua Fortais Yogyakarta yang juga panitia nikah massal itu kepada Tempo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prosesi pernikahan dimulai dengan kirab Golong Gilig dengan barisan paling depan sepasang muda mudi membawa kendi berisi air perwito sari dan prasasti, bergodo prajurit, edan-edanan (sebagai tolak bala). Para pengantin lalu didudukan di pelaminan dari bambu yang dihibur tarian Nirboyo (tolak bala). Mereka kemudian minum air tirto wening atau zam-zam sebagai lambang mensucikan hati.

Tampak wajah para pengantin tegang meski senyum mereka tetap mengembang. Selanjutnya dilakukan prosesi pemberian mahar, yaitu teks Pancasila dan buah durian secara bersama-sama. Pernikahan dipimpin Kantor Urusan Agama Kecamatan Piyungan dengan saksi nikah panitia serta kepala dukuh setempat.

Para pengantin mengenakan busana berbagai daerah. Sedangkan ijab kabul dilakukan di enam titik berbeda seperti di sungai dan di atas pohon yang dipandu tim search and rescue (SAR) DIY. Lokasi ijab itu ada yang di atas pohon bambu yang disebut omah luwak, ada yang di hammock atau kain yang menggantung di pohon, juga ada yang menikah di wahana flying fox. Pasangan lainnya ada yang melangsungkan ijab kabul sembari naik kapal wahana itu, sembari naik speed boat, serta di atas kano.

"Misi gelaran pernikahan massal ini menyebarkan virus menjaga keberlangsungan air sebagai sumber kehidupan dengan menjaga kebersihan sungai," ujar Ryan. Dia menuturkan para pasangan yang dinikahkan massal dalam event yang sudah digelar 35 kali ini berasal dari berbagai daerah, yang selama ini kesulitan mencari pasangan dan juga biaya untuk menikah. Para pasangan itu kebanyakan berasal dari Yogyakarta.

Para pengantin mendapatkan fasilitas gratis. Mulai biaya nikah, mahar, seperangkat alat sholat, cincin kawin, ijab uniq, pesta kerakyatan, bingkisan, busana dan tata rias, sampai dokumentasi dan bulan madu di homestay Tirto Raharjo Kasongan Bantul. "Alhamdulillah selama 7,5 tahun penyelenggaraan nikah massal ini, Fortais sudah berhasil menjodohkan hingga pernikahan 7350 pasangan," ujarnya.

Prosesi pernikahan itu dilakukan bersamaan dengan peresmian wahana wisata keluarga Taman Tempuran Cikal Bantul Yogyakarta yang ditandai pemukulan kentongan dan tanda tangan prasasti oleh Bupati Bantul Suharsono.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus