Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Taman Kelinci Bambu Apus di Cipayung, Jakarta Timur, buka tiga kali sepekan. Di masa pandemi Covid-19, taman yang menjadi tempat tinggal bagi sekitar 188 ekor kelinci itu buka setiap Selasa, Kamis, dan Jumat. Calon pengunjung wajib mendaftar dulu di situs resmi Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan DKI Jakarta. Jika akan datang berkelompok, maka satu kelompok maksimal sepuluh orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan, Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, Renova Ida Siahaan mengatakan kelinci-kelinci yang ada d Taman Kelinci Bambu Apus terbilang kuat karena mampu bertahan dalam cuaca panas. "Kelinci biasanya hidup di kawasan bersuhu dingin sekitar 15 sampai 23 derajat Celsius. Sementara kelinci-kelinci ini bisa hidup di Jakarta, bahkan bereproduksi," kata Renova. "Artinya mereka sudah adaptasi dengan suhu di Jakarta yang relatif panas."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ratusan kelinci itu berkeliaran di taman seluas dua hektare di Kantor Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Peternakan DKI Jakarta, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Renova menceritakan, pada 2018, tempat itu dihuni seratus kelinci yang dibeli dari Bogor, Jawa Barat.
Petugas memberi makan kelinci di Taman Kelinci Bambu Apus, Cipayung, Jakarta, Jumat, 27 November 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Jenis kelinci di Taman Kelinci Bambu Apus beragam. Ada flemish giant yang merupakan kelinci bertubuh besar, kelinci rex yang memiliki bulu cantik dan halus, sampai Newzeland White, yakni kelinci berbulu putih bersih. Ada juga kelinci satin yang berasal dari Amerika Serikat berjenis kelinci hias dan pedaging. "Semua kelinci ini masuk kategori pedaging, sebab itu badannya besar-besar," kata Renova.
Kendati berasal dari Bogor, para petugas dan masyarakat mengenal kelinci-kelinci itu sebagai Kelinci Betawi karena mampu bertahan hidup dalam suhu di Jakarta yang mencapai lebih dari 30 derajat Celcius. Seorang peternak kelinci yang mengelola Taman Kelinci Bambu Apus, Kobar mengatakan kunci dalam merawat kelinci adalah dengan pakai hati.
"Perhatikan vegetasi, seperti pepohonan dan kebersihan kandang serta area bermain kelinci. Tidak harus steril, yang penting tidak kumuh," katanya. Ada tiga area kandang kelinci di Taman Kelinci Bambu Apus. Satu titik di bagian depan sebagai area pertunjukan, dua kandang utama di bagian belakang kebun. Setiap kandang didesain sederhana menggunakan kerangka kayu dan jaring agar sirkulasi udara lancar. Suhu kandang kelinci mesti berkisar 20 sampai 30 derajat Celcius.
Pengunjung mengamati kelinci di Taman Kelinci Bambu Apus, Cipayung, Jakarta, Jumat, 27 November 2020. ANTARA/Aprillio Akbar
Kandang kelinci dikelilingi pepohonan dan bambu untuk menjaga udara tetap sejuk. Kobar merancang kandang setinggi satu sampai dua meter dari atas tanah, lengkap dengan talang pembuangan urine kelinci. Talang kencing kelinci itu bermuara pada sebuah drum dan diolah menjadi pupuk untuk menyuburkan tanaman di taman.
Tak semua kelinci sanggup bertahan dalam suhu panas. Kobar mengatakan, ada pula kelinci di Taman Kelinci Bambu Apus yang mati karena kepanasan. Sebab itu, penting juga memperhatikan asupan pakan, yakni rumput, wortel, daun kol, dan kangkung, serta pelet sebagai vitamin sehingga mereka bertahan hidup. Dalam sehari, seekor kelinci sanggup menghabiskan 50 sampai 100 gram makanan.
Ada pula pantangan pakan untuk kelinci, yakni kangkung atau sawi putih. Dua jenis sayuran ini dapat memicu asam lambung yang tinggi buat kelinci. Mengenai vitamin, Kobar biasanya membuatkan 'jamu' kunyit dan garam untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan menjaga kelinci tidak dehidrasi.
Dalam waktu tiga hingga empat bulan, kelinci harus memenuhi bobot minimal 1,5 kilogram. "Kalau kelinci jenis pedaging memang harus segitu beratnya. Tapi kami menjadikannya untuk bermain, bukan dijual dagingnya," kata Kobar.