Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tur virtual masih menjadi alternatif berwisata di masa new normal pandemi Covid-19. Kendati hanya melihat pemandangan suatu destinasi wisata dari layar, wisata virtual bisa menjadi 'obat' kangen bagi mereka yang pernah berkunjung ke objek wisata itu atau pembelajaran buat yang belum bertandang ke sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kali ini Tempo mengikuti tur virtual ke Pangandara yang diselenggarakan oleh perusahaan teknologi pariwisata Atourin. Adalah Aaw Supriatno, anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia atau HPI Jawa Barat, yang menjadi pemandu tur virtual kali ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aaw Supriatno menampilkan gambar Bandara Nusawiru di Pangandaran. Seolah menyambut wisatawan yang baru mendarat dengan pesawat terbang. Dia kemudian menceritakan awal mula perjalanan maskapai penerbangan rute Jakarta -Pangandaran
Susi Air, kata Aaw Supriatno, merupakan maskapai penerbangan yang mengantarkan pelancong ke Pangandaran. Maskapai penerbangan Merpati juga pernah beroperasi ke Pangandaran. "Sekarang hanya Susi Air dengan penerbangan reguler Jakarta - Pangandaran," tutur Aaw tentang kilas balik cerita perkenalan jalur udara menuju Pangandaran pada Sabtu, 18 Juli 2020.
Sekejap pandangan beralih. Kini menyoroti gambar Tugu Marlin Pangandaran. Persinggahan itu memperkenalkan ikon Pangandaran. "Kalau malam ada air mancur di situ," katanya.
Penduduk setempat menyebut ikan marlin sebagai jangilus. Menurut Aaw Supriatno, keberadaan tugu itu bukan sekadar hiasan kota. Ikan marlin identik gerakan melompat. Gerakan itu yang menggambarkan makna tugu di Pangandaran. "Loncat secepatnya menjadi kabupaten pariwisata yang mendunia," ucapnya.
Wisatawan virtual kemudian menyaksikan kawanan kera. "Pengunjung bisa melihat kehidupan kera ekor panjang," kata Aaw saat menceritakan suasana Taman Wisata Alam dan Cagar Alam. Dia mengatakan kehidupan kera itu berkelompok, masing-masing punya wilayah tertentu. Tak cuma satwa, misalnya kera dan rusa, pengunjung taman wisata alam juga akan menemukan gua peninggalan masa kolonial Jepang.
Aaw Supriatno menjelaskan, butuh waktu sekitar 30 menit dari Bandara Nusawiru ke Taman Wisata Alam tersebut. "Setelah dari Taman Wisata Alam dan Cagar Alam, asyiknya lanjut ke Pantai Pasir Putih sampai matahari terbenam," katanya.