Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Masyarakat juga wisatawan yang gemar menyambangi destinasi di wilayah perbukitan atau pegunungan di Yogyakarta diimbau berhati-hati. Sebab akhir Juni ini, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sedang menuju masa puncak kemarau kering atau hampir tak ada selingan hujan yang meningkatkan potensi terjadinya kebakaran lahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami mengimbau makin mewaspadai potensi kebakaran lahan saat puncak kemarau ini terutama di wilayah perbukitan - pegunungan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Noviar Rahmad Senin, 24 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Noviar menuturkan wilayah DIY memang rentan terhadap kebakaran lahan saat musim kemarau. Hampir semua wilayah di kabupaten DIY, memiliki area perbukitan - pegunungan, yang rentan terjadi kebakaran lahan.
"Kami juga minta masyarakat tidak membakar sampah terutama di hutan atau tempat mudah terbakar lainnya, karena saat ini api mudah sekali menjalar apalagi ketika ada angin," kata dia.
Kasus Kebakaran Musim Kemarau
BPBD DIY membeberkan, tahun 2023 terdapat sedikitnya 530 kasus kebakaran lahan yang mayoritas terjadi pada musim kemarau.
"Kasus paling banyak berupa kebakaran hutan meskipun skalanya kecil-kecil, faktor dominan penyebabnya karena kelalaian dan aktivitas pembakaran sampah yang ditinggal," kata dia.
Merujuk catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geifisika (BMKG) Yogyakarta, masa kemarau kering mulai terjadi pada dasarian dua dan tiga pada Juli mendatang.
"Kami sudah siagakan tim pemadam kebakaran di tiap kabupaten/kota agar saling mendukung jika insiden kebakaran terjadi di suatu titik agar cepat dilakukan pemadaman dan tak meluas," kata dia.
Peringatan Kekeringan Meteorologis
Sebelumnya Stasiun Klimatologi BMKG DIY telah mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis pada Juni ini yang ditandai berkurangnya curah hujan dari keadaan normal dalam jangka waktu panjang.
Kepala Stasiun Klimatologi DIY Reni Kraningtyas mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan curah hujan terakhir pada 20 Juni 2024 dan prakiraan peluang curah hujan dua dasarian ke depan, terdapat potensi kekeringan meteorologis dengan status Siaga.
"Status Siaga artinya daerah itu telah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 31 hari dan curah hujan rendah," kata dia.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat serta pemerintah daerah setempat yang berada dalam wilayah peringatan dini untuk mengantisipasi dampak kekeringan meteorologis ini di Yogyakarta.
PRIBADI WICAKSONO