Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

17 Agustus Di Toko Sriwijaya

Toko mas Sriwijaya, Semarang, kebobolan 34 kg emas dan uang rp 4 juta. Para pencuri mengontrak toko disebelahnya, lalu membobol toko emas tersebut. (krim)

24 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MELALUI sebuah toko emas, tujuh orang menjarah toko emas di sebelahnya. Hasilnya, Toko Mas Sriwidjaja di Jl. Kranggan, Semarang, kehilangan 34 kg emas dan uang Rp 4 juta. Itu tuduhan jaksa pada Singgih Hartono di Pengadilan Negeri Semarang, Kamis pekan lalu. Singgih, alias Ho Ming Sing, 41, tidak sendirian. Bersama Loe Hok Sing, 37, yang menyediakan mobil, Veri Lie Ing Tjwan, 42, yang mencari tukang kunci lemari besi, dan empat rekannya yang belum ditangkap, agaknya memang sudah lama merencanakan kejahatan ini. Singgih, yang mengaku sebagai pengusaha butik dan konpeksi di Jakarta, datang di Semarang. Dia langsung menghubungi Ny. Tan Tiong Hien, pemilik Toko Mas Keris, dan menyatakan ingin menyewa bangunan itu. Tentu saja, Nyonya Hien senang. Toko yang masih berpapan nama itu telah delapan tahun tutup. Tidak ada modal. Namun, nyonya tua itu menawar agar diadakan kerja sama saja. Tiong Hien, sebagai pemilik toko, akan menyerahkan toko dan sisa barang dagangannya yang bernilai Rp 25 juta sebagai modal, Singgih berkewajiban mengisi toko dengan barang dagangan dan memperbaiki beberapa bagian toko yang rusak. Kesepakatan dicapai Juni tahun lalu. Toko pun diperbaiki, suara gaduh pukulan palu terdengar hampir setiap hari. "Saya tidak curiga. Saya pikir cuma memperbaiki saja," kata Sia Swie Hwat, pemilik Toko Sriwidjaja, yang dijarah. Dan pada peringatan 17 Agustus 1983, ketika Toko Sriwidjaja tutup, Singgih dan kawan-kawan beraksi. Lepas tengah hari, menurut jaksa, tembok pemisah kedua toko dijebol. Beberapa orang lalu memasuki Toko Sriwidjaja, dan langsung menuju lemari besi, begitu melihat tak ada satu perhiasan pun di etalase. Singkat kata, lemari besi ludes. Lantas, seperti tidak terjadi apa-apa, pintu lemari ditutup kembali seperti semula. Hanya meninggalkan dua lubang kecil baru, lain tidak. Semua itu berlangsung hingga pukul 21.00. Lalu mereka keluar lewat lubang 0,5 meter persegi pada tembok yang dibobol. Singgih membawa semua hasil jarahan ke hotel penginapannya. Tapi dalam sidang, Singgih menolak tuduhan bahwa dia pelaku utama. "Saya ini hanya orang suruhan," ujarnya kepada TEMPO. Menurut orang yang kebagian 3 kg emas ini, pekerjaan itu terpaksa dilakukan karena dia terjerat utang pada Sie Jiak Gendut. Gendut-lah yang dituding sebagai pencetus dan perencana. Sedangkan Singgih mengaku baru mengetahui rencana itu dua hari sebelum kejadian. Kedatangannya di Semarang pun, katanya, karena disuruh Gendut untuk memperbaiki toko. Hok Sing dan Veri juga berdalih. Kendati masing-masing menerima 3,5 kg dan 1,8 kg emas, mereka mengaku tidak tahu rencana membobol toko itu. Hok Sing mengaku hanya menyediakan mobil untuk Gendut, temannya bermain judi. Veri mencarikan tukang kunci karena Gendut meminta untuk membuka lemari besi miliknya di Kudus. Tapi mengapa mereka mau menerima pembagian hasil kejahatan, ini yang tak dijelaskan. Kejahatan dengan rencana unik ini pernah juga terjadi di Bandung. Kebetulan, juga pada bulan Agustus, tahun yang sama. Empat hari sebelum kejadian di Semarang, serombongan tukang obat berhenti di depan Toko Sinar Elektro, Bandung, yang sedang tutup. Di situ mereka menggelar dagangan Jamu Nyonya Meneer. Sebuah peti besar bercorak kotak-kotak papan catur - yang dicat merah, kuning, hijau, dan hitam - dipasang di muka toko. Tenda kuning, lengkap dengan merk jamu, menaungi peti. Salah seorang memukul peti keras-keras, seakan memukul paku. Seorang lagi menyetel tape recorder dengan bising. Sebuah truk Colt kecil diparkir di sampingnya. Hanya tiga jam, barang dagangan dikemas, lalu mereka pergi. Esoknya, kertas terplester menutupi lubang di dinding Toko Sinar Elektro. Toko kebobolan. Siapa pelaku utama dalam penjarahan di Semarang itu sedang diusut. Tapi siapa pun dia, kalau memang terbukti, para penjarah toko seperti makin kreatif. Misalnya di Jakarta ada yang dengan tekun membobol toko lewat bawah tanah, melalui gorong-gorong (TEMPO, 10 Maret).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus