Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menggelar lomba seni mural Piala Kapolri 2021. Diselenggarakan di Lapangan Bhayangkara, sejumlah seniman menggambar mural bernuansa kritik di jantung Markas Besar Kepolisian RI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu seniman itu adalah Ferdiansyah asal Jakarta. Di kanvas selebar 2X3 meter yang disediakan, Ferdi menggambar wajah mirip Presiden Joko Widodo atau Jokowi di sisi kiri kain. Gambar mirip presiden sengaja dibuat seolah belum jadi. Namun, sudah ada cat putih yang berupaya menutupi sebagian wajahnya. Sementara, di sisi lain kanvas, pria 25 tahun itu menggambar seseorang yang sedang diborgol sambil menggenggam kuas.
“Saya terinspirasi peristiwa mural 404,” kata Ferdi ditemui saat acara, Sabtu, 30 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mural ‘404: Not Found’ sempat ramai jadi perbincangan di media sosial pada Agustus 2021. Mural itu bergambar wajah mirip Jokowi dengan bagian mata yang ditutupi tulisan ‘404: Not Found’. Istilah 404: Not Found merujuk pada upaya untuk mencari sesuatu, namun tidak ketemu. Respon polisi terhadap mural ini menuai kritik. Polisi dikabarkan sempat memburu orang yang membuat mural itu.
Ferdi setuju bahwa pada peristiwa itu respon polisi berlebihan. Dia mengatakan pesan dalam mural bisa sangat luas. “Belum tentu pesan dalam mural itu menghina,” kata dia.
Ferdi lantas menunjuk gambar mirip Jokowi yang ada di karyanya. Dia mengumpamakan gambar itu sebenarnya belum selesai. Namun, sudah buru-buru ingin dihapus dengan cat putih. Sementara, orang yang menggambar malah ditangkap. "Respon aparat kadang-kadang reaktif, padahal belum memahami maknanya," kata dia.
Duo seniman mural paruh baya Untung dan Fahrudin ikut menggambar mural bernuansa kritik. Mereka menggambar tangan terborgol dengan tulisan ‘Siapa Berani kritik Polisi? Siap-siap Aja’. Meski terkesan sederhana, Untung punya alasan membuat mural itu.
Dia mengatakan masih ragu dengan sikap kepolisian yang membuka tema kritik. Mural yang dibuat olehnya untuk menguji kesungguhan sikap itu. “Ibaratnya cek ombak,” kata pria asal Jakarta itu lalu tersenyum.
Medi, pria asal Karawang memilih mural dengan tema korupsi. Muralnya dibagi menjadi tiga bagian. Bagian kiri ada gambar seorang maling ayam dan nenek yang mencuri sandal yang sedang menunduk. Di tengah ada gambar tiga polisi robot. Dan sisi paling kiri ada gambar koruptor yang sedang merokok sambil mendangakan kepala. “Mural ini menggambarkan hukum yang masih tajam ke bawah dan tumpul ke atas,” tutur dia.
Ketiga karya seniman tersebut merupakan bagian dari 84 mural yang mengikuti putaran final lomba seni Piala Kapolri 2021 di Lapangan Bhayangkara. Karya mereka disaring dari 804 seniman yang mendaftar. Selain tema mengkritik polisi, seniman lain melukis dengan tema penanganan Covid-19 dan harapan Indonesia bangkit dari pandemi ini.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit mengatakan mengajak seniman untuk mengkritik lembaganya di depan dirinya langsung bukan perkara gampang. Dia bilang sempat muncul isu bahwa tema kritik itu diangkat hanya untuk mendata para seniman yang sering mencela institusinya.
Namun, Listyo menjamin bahwa bukan itu tujuan lomba ini. Dia mengatakan ingin mendengar kritik dari masyarakat untuk memperbaiki kinerja lembaganya. “Saya jamin yang berani menggambar pedas akan jadi sahabatnya Kapolri,” kata dia saat membuka lomba ini.
Baca juga: Buka Lomba Mural, Kapolri: yang Gambarnya Pedas Jadi Sahabat Saya
Catatan koreksi:
Berita ini telah mengalami perubahan judul pada Sabtu 30 Oktober 2021 pukul 22.44 WIB