Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tujuh tahun telah berlalu sejak terjadinya tragedi bom Sarinah yang menewaskan tujuh orang di kawasan Jalan MH Thamrin, Sarinah, Jakarta. Tragedi ini bermula saat sekelompok teroris menyerang dan melakukan pengeboman yang disertai penembakan, Kamis 14 Januari 2016.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aparat kepolisian sebagai penegak hukum yang berwenang menangani kasus tersebut. Di antara anggota Polri yang turut dalam penanganan kasus tersebut ialah Krishna Murti dan Ferdy Sambo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Disarikan dari berbagai sumber, saat itu Krishna Murti menjabat sebagai Dirreskrimum Polda Metro Jaya. Saat itu, Polda Metro Jaya tampil dengan kaus berkerah warna biru dongker dengan tulisan “Turn Back Crime”. Slogan yang dipakai Interpol.
Kemunculan dan peran Krishna dalam penanganan bom Sarinah menjadi sorotan karena memperlihatkan aksi baku tembak Bom Sarinah Januari tahun 2016 lalu. Saat itu Krishna merupakan perwira yang terdepan yang terlibat langsung.
Saat itu Krishna Murti mengenakan kacamata hitam, rompi anti peluru, berkemeja hitam, dan celana warna khaki. Ia terlihat di garda depan dan memberi aba-aba pada anak buahnya untuk bisa mengamankan keadaan.
Diketahui, Krishna Murti pernah bertugas di PBB dan sering dihadapkan dengan situasi peperangan dan konflik yang terjadi di Eropa dan Timur Tengah.
Selain Krishna Mukti, ada nama lain yang juga tak asing dalam penanganan tragedi bom Sarinah yaitu Ferdy Sambo. Kala itu Ferdy Sambo masih menjabat sebagai bawahan Krishna Mukti dan turut terlibat dalam penanganan kasus ini. Saat itu Sambo masih berpangkat ajun komisaris besar (AKBP) di bawah pimpinan Brigjen Krishna Murti.
Setelah serangkaian penyelidikan, diketahui otak dibalik kasus ini adalah Aman Abdurrahman, tokoh Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang diduga kuat memiliki hubungan dengan ISIS.
ANNISA FIRDAUSI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.