Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Pangkalpinang - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Pangkalpinang mengecam penyerangan secara fisik yang menimpa salah seorang jurnalis media online di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peristiwa tersebut menimpa jurnalis Trasberita.com, Ichsan Mokoginta, yang disiram dengan air keras saat berada di kediamannya di Jalan Kampung Baru Desa Petaling Banjar Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka, Sabtu Sore, 25 November 2023, sekitar pukul 14.32 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua AJI Kota Pangkalpinang, Barlyanto, mengatakan pihaknya mengecam tindakan represif terhadap jurnalis Ichsan Mokoginta karena hal tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.
"Kami mengecam dan mengutuk keras atas kejadian yang menimpa rekan kami, saudara Ichsan. Kami mendesak aparat kepolisian untuk segera mengungkap kasus ini dan menangkap pelaku," ujar Barlyanto dalam siaran pers AJI Kota Pangkalpinang, Ahad, 26 November 2023.
Ichsan Mokoginta mengatakan peristiwa yang dialaminya bermula saat dia kedatangan seseorang tidak dikenal dengan mengenakan helm berwarna hitam, jaket warna gelap, dan baju kemeja lengan panjang kotak-kotak warna putih merah.
"Pelaku tersebut menggunakan bahasa dengan logat Palembang dan menanyakan rumah seseorang yang bernama Mamad yang kemudian saya jawab tidak tahu. Namun pertanyaan rumah Mamad itu terus diulang-ulang," ujar dia.
Ichsan yang menerima kedatangan pelaku di teras rumah merasa curiga dan kemudian memilih menjaga jarak dengan masuk lebih dalam ke ruang tamu rumahnya. Tindakan Ichsan rupanya diikuti pelaku yang ikut masuk ke dalam rumah.
"Pelaku kemudian mengeluarkan botol mirip botol cuka dari sakunya dan kemudian dengan menggunakan kedua tangannya langsung menyemprotkan cairan di botol ke arah saya. Pelaku kemudian kabur menggunakan sepeda motor setelah saya berteriak," ujar dia.
Semprotan cairan yang diduga air keras tersebut tidak membuat luka berarti di tubuh Ichsan. Hanya saja akibat semprotan cairan tersebut membuat kulit disekitar wajah, leher dan perut Ichsan panas.
"Saya menduga peristiwa ini terkait dengan pemberitaan saya soal adanya penambangan timah ilegal di Perairan Penagan Desa Mendo Barat. Saya memang gencar memberitakan tambang itu. Bahkan ikut memberitakan saat nelayan penolak tambang mengirimkan laporan ke Mabes TNI soal adanya keterlibatan oknum di tambang tersebut," ujar dia.
Beberapa hari sebelum penyerangan itu, ujar Ichsan, dia sempat diajak bertemu oleh seseorang dan memintanya supaya tidak memberitakan soal tambang Penagan. Sehari sebelumnya, dia diikuti orang yang kemudian memantau aktivitas di sekitar rumahnya.
Saat ini, kata Ichsan, peristiwa tersebut sudah dilaporkan ke Polsek Mendo Barat. Polisi sudah mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan meminta keterangan.
Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Bangka Belitung,Bustami Rahman, mendesak kepolisian untuk segera mengungkap kasus tersebut.
"Kami mengecam peristiwa kekerasan yang dialami Ichsan. Kebetulan dia juga adalah anggota Lembaga Adat Melayu Bangka Belitung. Kami mengutuk keras peristiwa ini. Orang tidak boleh menyerang fisik apalagi hingga melukai. Terlebih ini dilakukan di kediamannya," ujar dia.
Tokoh Presidum Bangka Belitung yang juga wartawan senior, Emron Muhammad Asir Pangkapi, menambahkan peristiwa yang dialami Ichsan merupakan tindakan terencana yang memang ditujukan untuk mencelakai wartawan.
"Bila merasa jadi korban pemberitaan, mestinya gunakan hak jawab hingga bisa mengadu ke Dewan Pers. Tapi dengan peristiwa ini justru membuktikan kasus yang diberitakan membuat orang bertambah yakin bahwa apa yang ditulis dan diungkap adalah sebuah kebenaran," ujar Emron.