Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Akhir karier di jalan tol

Seorang manajer PT National Gobel tewas dibunuh. mayatnya dibuang di tepi pintu tol cibubur. dibunuh rekan sekantor?

13 November 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANAK-ANAK terpekik. Sepulang dari mengaji, sekitar pukul 21.00, Senin malam pekan lalu, mereka melihat sesosok mayat di tepi jalan kampung. Mayat itu ditemukan sekitar 15 meter dari pintu jalan tol Cibubur, Bogor. Korban dijumpai berkaos singlet dan bercelana panjang hitam. Darah segar menyelimuti tubuhnya. Petugas dari Kepolisian Sektor (Polsek) Cimanggis datang untuk memastikan mayat itu. Dompet korban lenyap. Yang tinggal hanya kartu kesehatan atas nama Hadi Alatas, pegawai PT National Gobel. Jabatannya manajer Quality Assurance, yaitu salah satu divisi perusahaan yang menangani mutu barang hasil produksi National Gobel seperti radio, kaset, televisi, dan mesin cuci. Polisi tidak menemukan ceceran darah di sekitar lokasi. ''Korban tidak mungkin dibunuh di tempat tersebut,'' ujar Sersan Kepala Syafrijon, pejabat sementara kepala unit reserse intelijen Polsek Cimanggis. Hadi Alatas, 33 tahun, meninggal dengan beberapa tusukan. Hasil visum dari RS PMI Bogor belum diperoleh. Waktu itu, Senin malam, sekitar pukul 19.30, Hadi meninggalkan rumahnya di Cipayung, Jakarta Timur. Ia mengendarai sendiri mobil Toyota Starletnya B-2631-AI. Hadi pamit pada istrinya, Nurlaela, 21 tahun. ''Saya pergi ke rumah Habib Fahmi Alatas,'' katanya. Hadi memang biasa ke rumah Habib Fahmi masih ada hubungan famili dengan almarhum seorang mubalig di Ciracas, Jakarta Timur, untuk mengikuti pengajian. Sekitar sejam setelah itu, Nurlaela menerima telepon dari seseorang yang menanyakan Hadi. Orang ini menolak menyebutkan identitasnya. Ia seperti menelepon dari telepon umum. Dan Selasa, sekitar pukul 03.00, Nurlaela menerima kabar kematian suaminya. Ibu seorang anak berusia dua tahun ini tak bisa lagi membendung air matanya. Hadi adalah anak pertama dari enam bersaudara. Ia pendiam, tapi mudah diajak ngobrol. Setahun setelah menjadi sarjana elektro arus lemah dari Universitas Trisakti, pada tahun 1987 ia bekerja di PT National Gobel. Mulanya menduduki jabatan sebagai staf Riset dan Pengembangan, lalu meningkat menjadi kepala seksi. Kariernya naik terus. Ia pun menduduki kepala departemen Quality Assurance, dan terakhir menjadi manajer di perusahaan tersebut. ''Posisinya di divisi ini penting untuk perusahaan karena di situlah nama perusahaan dipertaruhkan,'' kata Susanto Darman, Kepala Humas PT National Gobel. Tapi semua itu berakhir dengan tragis. Itulah yang membuat Rachmat Gobel, Presiden Direktur PT National Gobel, terpukul mendengar kematian Hadi. ''Almarhum orangnya baik,'' katanya. Dan dengan hati-hati Rachmat mengatakan, tewasnya Hadi tidak ada sangkut-pautnya dengan perusahaan. ''Bahkan ia akan dipromosikan,'' kata Rachmat. Sementara itu, ayah korban, Muhammad Alatas, menyimpan firasat lain. Ia menganggap kematian anaknya itu ada kaitannya dengan teman-teman Hadi sekantor. Berikut ini cerita dari Muhammad Alatas. Pada malam kejadian, ia ditelepon oleh salah seorang sopir perusahaan sementara ini sebut saja namanya Umar yang mengabari Hadi mengalami kecelakaan di jalan tol. Telepon berdering sekitar pukul 01.00, Selasa dinihari. ''Di mana mayatnya,'' tanya Muhammad Alatas, 66 tahun, yang menetap di Jalan Tebet Timur Raya. Suara di balik telepon itu menjawab, ''Di Rumah Sakit PMI Bogor.'' Tidak jelas dari mana Umar mengetahui ada kecelakaan itu. Menerima kabar tersebut, Muhammad Alatas wiraswastawan jual beli rumah menuju ke RS PMI Bogor. Umar sudah ada di sana, tapi jenazah korban tak ada di rumah sakit itu. Muhammad Alatas kembali menanyai Umar, ''Di mana mayat Hadi?'' Umar menjawab, ''Mungkin masih di Rumah Sakit Ciawi.'' Tak berapa lama, jenazah korban tiba di RS PMI Bogor. Ternyata mayat Hadi dibawa lebih dulu ke Polsek Cimanggis. Dan saat jenazah diturunkan dari mobil, Umar tak mau menggotongnya. Ia seperti stres. Muhammad Alatas tambah curiga karena Rabu besoknya, sopir ini minta kepadanya agar Habib Fahmi dan Muhammad (yang lain, dan biasa dipanggil Mamat) dilaporkan kepada polisi untuk ditangkap. Selain itu, kepada Muhammad Alatas, Umar juga berjanji mencari dukun untuk menemukan pembunuhnya. ''Dia seolah-olah seperti orang yang sangat kehilangan Hadi. Umar ini seperti kehilangan kendali,'' kata Muhammad Alatas kepada Rihad Wiranto dari TEMPO. ''Pelaku pembunuhan mungkin lebih dari dua orang,'' kata Muhammad Alatas. Soalnya, ada bekas jeratan di leher korban, dan kepala korban memar akibat pukulan benda tumpul. Yang mencolok, dan mungkin penyebab kematiannya, di tubuh korban ada delapan tusukan pisau. Agaknya, penusukan itu dari arah depan, dalam kondisi korban tidak bisa melawan. Selain Umar, ada seorang teman Hadi yang diduga Muhammad Alatas terlibat. Sebabnya, beberapa waktu lalu, teman Hadi tadi mengeluh kariernya naik tidak secepat Hadi. Di samping keluhan itu, ia juga menyebarkan ucapan kebencian pada Hadi yang dianggapnya sombong. ''Saya dengar renggangnya hubungan Hadi dengan temannya itu dari teman-teman Hadi juga,'' kata Muhammad Alatas. Untuk melacak kasus ini, Muhammad Alatas lalu meminta bantuan dua paranormal. ''Pembunuh itu tidak akan ke mana-mana, sudah saya kunci untuk tidak keluar dari Jakarta. Dan mobil Hadi pasti akan kembali,'' kata Muhammad Alatas mengutip ramalan paranormal yang ditemuinya tadi. Dua hari kemudian, mobil Toyota Starlet milik korban ditemukan di sekitar 500 meter dari rumah Hadi. Toh, semua itu masih gelap. Hingga Jumat pekan lalu belum ada yang ditangkap. ''Masih sulit menemukan sebab-sebabnya. Pemeriksaan sementara diarahkan kepada masalah pribadi. Menurut informasi, karier korban memang cepat sekali menanjak,'' kata Sersan Kepala Syafrijon kepada A. Kukuh Karsadi dari TEMPO. WY

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus