Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Setelah skandal berlalu

Eros djarot menyerahkan hak edar film tjoet nya' dhien ke luar negeri lewat setiawan djody. pihak united artist communication membeli hak cipta senilai Rp 1,5 milyar dan dipasarkan ke eropa & AS.

17 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGEMBARAAN Tjet Nya' Dhie makin jauh. Setelah menggebrak Festival Film Cannes ke-28 di Prancis bulan lalu, film pertama dan satu-satunya garapan Eros Djarot itu segera melanglangbuana ke Benua Amerika dan Eropa. Eros menyerahkan hak edar filmnya itu ke luar negeri lewat pengusaha pribumi Setiawan Djody. Djody pun segera melangkah. Usai festival Cannes, Djody menandatangani kontrak dengan Peter Kay, Board Director United Artist Communication (UAC) di Riviera, Prancis. Pihak UAC membeli hak cipta Tjoet dengan harga Rp 1,5 milyar, yakni "pengganti" seluruh ongkos produksi film itu. Dengan catatan hanya UAC-lah satu-satunya perusahaan yang berhak mengedarkan film tersebut di Eropa dan Amerika. Namun, Eros belum bisa mengantungi seluruh uang itu. UAC baru menyerahkan US$ 200 ribu sebagai pembayaran tahap pertama atau diistilahkan minimum guarantee. Jika keterangan Djody dan Eros pekan lalu ini benar, maka UAC salah satu dari 5 perusahaan pengedar film terbesar di AS akan menayangkan Tjoet di berbagai gedung bioskop elite tingkat dunia. Di tangan UAC, Djody optimistis Tjoet akan mampu bersaing di percaturan film internasional. "Sebab, UAC sendiri menguasai 2.700 bioskop di seluruh AS," kata Djody. Di Eropa sendiri, UAC punya jaringan di Jerman, Italia, Prancis, Belanda, Spanyol, dan Inggris. Tak disebutkan jumlah bioskopnya. Cuma saja, Eros harus kembali kerja keras. Masa putar Tjoet harus diperpendek dari 2 jam 15 menit menjadi 1 jam 45 menit. "Bagian perangnya saya edit lagi," kata Eros. Subtitling juga sedang digarap. Bagian ini memang masih didiskusikan dengan pihak pengedar, mengingat tak semua negara berminat dengan teks bahasa Inggris. Prancis, Jerman, dan Spanyol, misalnya, lebih senang kalau film itu di-dubbing ke dalam bahasa mereka. Untuk proses ini, Eros mengaku sudah mengeluarkan sekitar US$ 100 ribu. Selain itu, kata Eros, dalam waktu dekat Tjoet akan dibuat dalam bentuk video right -- maksudnya satu bentuk video yang dilindungi secara hukum dari usaha pembajakan. "Setelah itu, dijual ke televisi," kata Eros, yang juga Direktur Produksi PT Ekapraya Film. Dalam bentuk video jenis ini, peredarannya di Eropa dan Amerika ditangani Sony Corporation. Hanya saja, berapa nilai kontraknya belum dibicarakan. "Belum ada persesuaian harga," kata Setiawan Djody, pemusik yang pengusaha showbiz ini. Yang juga belum pasti, berapa jumlah copy yang akan diproduksi. "Tergantung peredaran perdana di New York nanti," kata Eros. Menurut rencana, Tjoet diputar di 50 bioskop di kawasan New York, Agustus mendatang. "Kalau sampai minggu terakhir penuh terus, copy akan ditambah," katanya. Menurut Djody lagi, di AS sudah dibentuk public relations untuk mempromosikan Tjoet. Sasaran penontonnya kalangan muda. "Kami akan mendekati bioskop-bioskop dekat kampus, seperti di University of Berkeley atau University of Princeton. Sedang di Eropa tak perlu khawatir, karena di sana masyarakatnya lebih konservatif," ujar Djody. Yang menjadi masalah, pemasaran film Indonesia di luar negeri, menurut Eros, harus ada kesinambungan. Itu sebabnya, pihak UAC berjanji akan mengedarkan tiga film Eros berikutnya. Film kedua Eros yang segera digarap berjudul The Last Dance. Yang menarik dipertanyakan, bagaimana wujud kerja sama antara Eros dan Djody. "Tak ada yang istimewa. Djody mengurusi selling dan promotion. Saya menangani persiapannya. Dia tidak mengambil sepersen pun," kata Eros. Siapa Djody? Ia pernah mensponsori Rendra dalam lakon Selamatan Cucu Sulaiman. Ia juga penyandang dana pergelaran Fantastic Drummer-nya Jelly Tobing di Ancol yang lalu. Selebihnya, Djody lebih banyak berkiprah di luar negeri. Tahun 1981, ia mendirikan Limelight Video Films di AS, yang bergerak di bidang audio visual. Beberapa musikus top dunia yang pernah digarapnya adalah grup AHA, Michael Jackson, David Bowie, dan Prince. Pada 1987, Djody membuka Limelight Films yang memproduksi film-film, di antaranya Medium Rare, Teenage Mutant dan Ninja Turtles. Ketiga film tersebut katanya, sudah dibeli hak edarnya sebelum rampung dibikin. Dalam waktu dekat ini, katanya, ia akan mambuat film Freak Wave yang berlokasi di Bali. Reputasi Djody di kalangan dunia perfilman diamati oleh Eros. "Ketika di Cannes saya melihat dia menandatangani kontrak seharga US$ 12 juta dolar. Itu bukan bisnis sembarangan," kata Eros. Lewat Djody pula, Eros dipertemukan dengan UAC dan Sony Corporation. Bagi Christine Hakim, petualangan Tjoet setelah sukses di Cannes itu merupakan kejutan besar. "Saya bangga dan bahagia," kata Christine. Artis ini lantas mengulangi kekesalannya akan tata edar film nasional di dalam negeri, yang dinilainya masih semrawut. "Di Australia atau Belanda, bingung memasarkan film karena penduduknya sedikit. Pasaran terbatas. Indonesia, yang mempunyai pasaran hebat dan menjanjikan, nyatanya tidak bisa menghasilkan apa-apa," kata Christine. Eros memang mengakui, peredaran Tjoer di dalam negeri tersendat-sendat. Penuh rimba. Itu pun dia harus turun langsung ke berbagai daerah dan menempatkan orang-orangnya di gedung bioskop. "Tugas saya sebenarnya hanya membuat film, bukan mengedarkan," kata Eros. "Ini skandal nasional." Alhamdullilah. Setelah menemui skandal, Eros menemui pemilik modal. Dengan kontrak-kontrak ini, modal produksi Tjoet bisa kembali. Malah Eros mengaku meraih keuntungan Rp 170 juta. Pemesan Tjoet pun, katanya, masih datang dari Brunei, Malaysia, Abu Dhabi, dan Arab Saudi.Yusroni Henridewanto dan Sri Pudyastuti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum