Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Ayam kampus

Penelitian tentang prostitusi di lingkungan mahasiswa unair. rektor dan sejumlah mahasiswa fisip membantah hasil penelitian yang dimuat majalah retorika. tak hanya perempuan, banyak pria jadi pelacur.

13 November 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PROSTITUSI merambah kampus?'' Itulah judul satu artikel di majalah Retorika terbitan Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Tulisan di majalah edisi Oktober itu cuma dua halaman, tapi bikin geger. Soalnya, tulisan membeberkan tentang perek (perempuan eksperimen) di lingkungan Unair. Jumlah mereka, menurut Retorika, 0,02% dari seluruh mahasiswi. Sedangkan Fakultas Ekonomi disebut-sebut sebagai pemasok perek terbesar angkanya tak disebutkan. Tapi, di lingkungan FISIP, angket Retorika mencatat ada 40 mahasiswi yang berstatus perek. Sebanyak 5,7% mahasiswi FISIP dilaporkan sebagai penganut seks bebas. ''Ini baru yang mengaku. Yang tidak mengaku tentu lebih besar lagi,'' tulis Retorika mengenai hasil pengumpulan pendapat yang mereka lakukan tahun lalu. Kampus Unair kontan geger lebih-lebih lagi setelah tulisan Retorika itu dikutip koran lokal. Akibatnya, Sabtu pekan lalu, Sumiyanto, penulis berita di Retorika itu dikeroyok sekitar 15 mahasiswa FISIP. ''Kok tega-teganya membuka aib kampus sendiri,'' kata salah seorang mahasiswa yang marah pada Sumiyanto. ''Lagi pula mau jadi perek atau pelacur itu urusan pribadi.'' Rektor Unair, Profesor Bambang Rahino, sebenarnya meragukan hasil pengumpulan pendapat oleh Retorika itu. ''Apa benar faktanya seperti itu? Apa metodologinya dan siapa sumber-sumber penelitiannya?'' tanyanya. Bambang Rahino mengaku sudah memanggil penanggung jawab Retorika, namun tak bersedia mengungkapkan hasil pembicaraan mereka. Pemimpin Umum Retorika, Maulidin, yakin berita itu bukan isapan jempol. ''Kami malah mendapatkan informasi itu dari beberapa dosen,'' katanya. Selain itu, lanjutnya, wartawan Retorika melakukan observasi langsung di lapangan. Bahkan Sumiyanto sempat menguntit salah seorang mahasiswi FISIP sampai ke sebuah motel di kawasan lampu merah Kenjeran. ''Begitulah cara Retorika mengumpulkan bahan penulisan,'' ujar Maulidin. ''Kalau ngomong metodologi, terus terang kami masih payah.'' Pendapat Maulidin ini didukung Dede Oetomo, dosen mata kuliah Perilaku Seks pada Fakultas Psikologi. ''Penelitian tentang mahasiswi nakal itu cukup dengan metode random acak. Jadi, kalau ada dua mahasiswi saja di antara 50 mahasiswi yang tertangkap sebagai perek, sudah bisa dikatakan bahwa 4% mahasiswi adalah perek,'' katanya. Bahkan Dede Oetomo mengaku tahu betul adanya mahasiswi FISIP yang melacurkan diri ada yang jadi perek dan ada pula sebagai istri simpanan pejabat. Tokoh gay Indonesia ini menambahkan, ''Di FISIP, jangankan pelacur cewek, pelacur laki-laki juga.'' Salah seorang perek kampus Unair yang beken di kalangan laki- laki hidung belang adalah Yuli (bukan nama sebenarnya). Cewek berdagu indah dan berbibir tipis ini, menurut salah seorang temannya, juga ''ayam'' kampus, Yuli sekali pergi sama laki- laki bisa mengantongi Rp 300.000 sampai Rp 400.000 tak jelas ilmu apa yang dipakainya untuk memoroti dompet cowok sebanyak itu. Masih menurut temannya, Yuli, yang berstatus mahasiswi Fakultas Hukum itu, sering mejeng di depan kampus menunggu laki-laki iseng yang mengendarai mobil. ''Dia jadi perek bukan dengan motif ekonomi. Dia anak orang mampu kok,'' tambah temannya tadi. Ketika ditemui wartawan TEMPO, Candra Negara, di kampus Unair, Yuli membantah keras isi tulisan Retorika. ''Saya belum gila untuk melakukan itu,'' katanya dengan muka merah padam. Tentang radio panggil yang selalu dibawanya, disebut-sebut sebagai alat komunikasi untuk urusan ranjang siang dan ranjang malam itu, menurutnya, ''Ini sih karena di rumah saya belum ada telepon.'' Yuli ngotot bahwa dirinya korban fitnah teman-temannya di kampus. Selain Yuli, nama yang juga populer sebagai ''ayam'' kampus adalah Ira. Cewek ini bertubuh tinggi besar dikenal suka pindah-pindah tempat kos. Ira, menurut salah seorang bekas teman kosnya, suka mengunjungi coffee shop Wisma Palem, tak jauh dari kompleks permukiman mewah Christ Kencana. Putri pejabat sebuah BUMN ini, cerita seorang pengunjung tetap coffee shop itu, memang suka nongkrong sampai larut malam di sana bersama sejumlah cewek lain. Ira, menurut seorang pialang cewek di Wisma Palem, memang terlibat dalam bisnis seks. ''Cuma tidak tetap,'' kata pialang yang tak mau dituliskan namanya itu. Padahal, kalau Ira mau, lanjutnya, bisa laris. ''Banyak laki-laki menyukainya. Sebab dia pintar bahasa Inggris dan servisnya juga bagus,'' tambah pialang cewek itu. Tentang imbalan buat Ira disebut-sebut Rp 200.000 untuk sekitar satu sampai dua jam. Nama lain yang top di kampus sebagai perek adalah Lila (juga bukan nama sebenarnya). Mahasiswi FISIP bertubuh sintal ini, menurut salah seorang penjaga kantin di kampus Unair, juga dikenal sebagai semacam ''penghubung'' antara konsumen dan ''ayam'' kampus. Lila, seperti juga Ira, menurut sumber TEMPO, suka terlihat di Wisma Palem atau di Hotel Hyatt dengan laki- laki berbeda. ''Kalau mau booking Lila, gampaaang. Saya bisa hubungi dia sekarang juga lewat pager,'' kata seorang pialang menantang. Ia kemudian menambahkan, dan agak berbau iklan, ''Lila ini asyik, dan body-nya belum melorot.'' Tak jelas apanya yang asyik. Bertolak dari pengakuan beberapa pialang cewek yang beroperasi di sejumlah motel maupun hotel terkemuka di Surabaya, sinyalemen Retorika tampak ada benarnya. Bukankah mahasiswi itu juga manusia yang butuh seks? Bunga S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus