SIKAP sinis, berangasan, dan cepat naik darah bisa membuat umur menjadi pendek. Orang dengan ciri-ciri tabiat seperti ini digolongkan berisiko tinggi untuk mati di bawah usia 50 tahun. Kesimpulan ini ditemukan peneliti Dr. Redford B. Williams, guru besar Duke University, Durham, AS. Kematian dini pada kelompok ini ternyata lima kali lebih besar dari berbagai kelompok lainnya. Penyebab utamanya adalah: serangan jantung. Pendapat ini dikemukakan Williams dalam seminar yang diselenggarakan American Heart Association di Monterey, California. AS, belum lama ini. Hasil penelitian ini dianggap telah meruntuhkan teori yang menyimpulkan bahwa kesibukan dan gila kerja adalah penyebab umur pendek. Teori yang disebut terakhir ini mulai berkibar 20 tahun lalu. Ketika itu dua ahli jantung, Meyer Friedman dan Ray Rosenman, melalui buku Type A Behavior and Your eart, memperkenalkan teori kepribadian "tipe A dan tipe B." Dalam buku yang sangat laris itu, Friedman dan Rosenman menyebut, tipe A adalah kepribadian gila kerja yang senantiasa diuber-uber kesibukan. Kelompok ini, menurut kedua ahli jantung itu, sering mengalami stres, karena itu paling terancam penyakit jantung dan juga kematian dini. Untuk mengatasinya, haruslah mengubah ritme kehidupandan menjaga kesehatan jasmani. Tipe A, yang diluncurkan oleh Friedman dan Rosenman, pada gilirannya menimbulkan "wabah" keranjingan fitness. Dengan cepat wabah ini -- lewat sekolah dan buku senam karya Jane Fonda, misalnya -- menjalar ke seluruh penjuru dunia. Inilah pangkal pertumbuhan bisnis konsultasi kebugaran jasmani dan industri aneka peralatan olahraga. Kalangan eksekutif, khususnya, berusaha keras menghindari stres dan mengubah kepribadian mereka dari tipe A ke tipe B, dengan berbagai cara. Mereka paling terteror rasa takut, karena teori itu memastikan bahwa kebanyakan manajer tergolong tipe A. Industri dan histeri kebugaran jasmani itu telanjur menjamur di seantero dunia, ketika teori-teori Friedman dan Rosenman justru mulai terbukti tidak benar. Setelah diragukan selama bertahun-tahun, Februari tahun lalu sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan dalam The New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa teori kepribadian Friedman dan Rosenman patut diragukan. Ahli jantung Dr. David Ragland, yang melakukan penelitian itu, menemukan bahwa tipe A malah mempunyai daya juang lebih besar daripada tipe B, terutama dalam menghadapi serangan jantung. Di samping itu, Ragland juga membuktikan, tingkat kematian tipe A ternyata sama saja dengan tipe B. Friedman dan Rosenman tidak tinggal diam. Mereka menyerang balik hasil penelitian Ragland dan menyebutkan penelitian itu tidak sahih. Namun, para psikiater, ahli jantung, dan American Heart Association toh menyatakan tidak ada gunanya mengubah kepribadian tipe A menjadi tipe B. Tipe terakhir ini mewakili karakter yang lebih tenang, tidak grusah-grusuh, mudah menyesuaikan diri. Alasannya: upaya itu tidak juga menjamin bahwa umur bisa lebih panjang. Penelitian psikiater Dr. Redford Williams tentang watak berangasan dan pemberang -- selesai awal tahun ini termasuk penemuan baru yang semakin menyudutkan teori Friedman-Rosenman. "Teori kepribadian tipe A itu masih hipotetik ketika dipublikasikan," katanya, "dan saya pikir sudah waktunya kita meninggalkan pendapat itu." Dasar penelitian Williams sebenarnya tidak berbeda dengan penelitian Friedman-Rosenman. Williams juga percaya, hormon adrenalin punya peran besar dalam menimbulkan penyakit jantung. Menurut Friedman dan Rosenman, hormon ini meningkatkan kadarnya dalam darah ketika orang mengalami stres karena kesibukan, diuber-uber waktu, dan ketegangan akibat kompetisi. Tapi adalah Williams yang menemukan bahwa penyebab stres yang utama bukanlah kegiatan-kegiatan semacam tu. Dalam upaya menemukan kondisi kejiwaan yang membuat adrenalin tidak terkendali, Williams meneliti berbagai aspek psikiatris. "Tadinya saya mengira bahwa adrenalin punya korelasi dengan kepribadian neurosis," katanya. "Ternyata tidak." Belakangan Williams menemukan, rasa amarah merupakan penyebab yang paling mungkin. Karena itu, ia secara intensif meneliti sebuah kelompok khusus. Grup kontrol ini terdiri dari 115 sarjana dan mahasiswa hukum. William memang menemukan bukti. Angka kematian pada sekelompok sarjana hukum yang pemberang sejak masa mahasiswaya ternyata sangat tinggi. Mudah berang, menurut Williams, adalah akar dari berbagai karakter "keras". Selain sering bersikap sinis dan cepat merasa bermusuhan, seseorang dengan kepribadian ini sangat mencurigai orang lain. Insting menyerang mereka sangat besar, dan sekali kemarahan muncul, sulit dikendalikan. Banyak orang dengan kepribadian ini memilih menjadi jaksa atau pengacara, karena insting menyerang bisa berguna dalam perdebatan di sidang pengadilan. "Pada orang normal, tidak semua rasa marah sampai dimanifestasikan," kata Williams. Pada kepribadian pemberang, rasa tidak senang hampir selalu bermuara pada sebuah reaksi atau ungkapan sinis. Bahkan rasa tidak senang bisa terpancing ketika melihat seseorang melanggar tata tertib umum yang tidak langsung menymggung perasaan. "Sikap sinis dan reaksi bermusuhan terjadi secara tetap setiap hari," kata Williams lagi. Ia menemukan ada kelainan saraf pada kepribadian pemberang. "Sistem parasimpatetik mereka lemah." Pada orang normal, sistem saraf ini berfungsi sebagai rem, kadang-kadang dengan jalan memblokir pikiran. Inilah sebabnya, mengapa seseorang justru tidak berbuat apa-apa ketika marah. Dan pada saat itu ketegangan menurun. "Pada mereka yang pemberang, tombol otomatis itu tidak bekerja," kata Williams. Akibatnya, rasa marah meningkat terus dan ketegangan melonjak naik. Dalam keadaan ini, debar jantung mengencang, sementara adrenalin terpompa semakin banyak ke dalam darah. Pada saat-saat itulah El Maut menunaikan tugasnya.Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini