Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

BNN RI Gerebek Pabrik Narkoba Jaringan Internasional di Gianyar

BNN menggerebek pabrik narkoba jaringan internasional di Gianyar, Bali.

24 Juli 2024 | 13.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas memasang garis pembatas di tenda yang menjadi laboratorium rahasia (clandestine lab) narkotika saat konferensi pers di sebuah vila di kawasan Desa Kelusa, Gianyar, Bali, Selasa, 23 Juli 2024. BNN bekerja sama dengan sejumlah instansi terkait mengungkap kasus laboratorium rahasia di tenda yang dibangun di area vila untuk pembuatan narkotika jenis N,N-Dimethyltryptamine (DMT) pertama di Indonesia yang diproduksi tersangka warga negara Filipina berinisial DAS dan diinisiasi oleh warga Yordania berinisial AMI yang hingga kini masih dalam pengejaran. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Gianyar - Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia berhasil membongkar operasi pabrik narkoba yang di sebuah vila di Jalan Keliki Kawan, Payangan, Gianyar, Bali. Pabrik yang memproduksi berbagai jenis narkoba itu disebut milik jaringan internasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Biro Humas dan Protokol BNN RI, Brigjen Pol Sulistyo Pudjo Hartono, menyatakan penggerebekan pabrik itu dilakukan pekan lalu, 18 Juli 2024. Dalam operasi tersebut, BNN juga menggerebek beberapa rumah yang menjadi tempat tinggal para pelaku. Dari lokasi-lokasi tersebut, petugas menyita berbagai jenis narkoba dalam bentuk cair, serbuk, dan padat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dalam penggerebekan ini, kami berhasil menangkap beberapa pelaku, termasuk seorang warga negara Filipina bernama Diego Alehandro dan beberapa warga negara Indonesia yang berperan sebagai operator," ujar Pudjo dalam wawancara di Denpasar Senin lalu, 22 Juli 2024.

Pudjo menyampaikan pabrik narkoba tersebut adalah bagian dari jaringan internasional. Dia menyatakan pihaknya telah mengantongin sejumlah nama warga negara asing yang terlibat dalam operasional pabrik itu. Salah satunya adalah warga negara Yordania berinisial AMI yang diduga sebagai pengendali utama operasi ini. AMI disebut tak berada di lokasi saat penggerebekan terjadi.

Penggerebekan itu, kata Pudjo, bermula dari patroli siber yang dilakukan BNN. Mereka mendeteksi transaksi narkoba jenis dimethyltryptamine (DMT) melalui internet. Setelah dilakukan penyelidikan, BNN mendapatkan informasi soal adanya pabrik tersebut di Gianyar, Bali. "Saat penggerebekan, selain DMT, kami juga menemukan berbagai jenis narkoba lainnya seperti Fentanil. Semua barang bukti yang berhasil diamankan termasuk dalam golongan satu," kata Pudjo.

BNN menduga pabrik itu telah beroperasi cukup lama. Akan tetapi mereka belum bisa memastikan karena masih melakukan pendalaman. Penyidik, kata Pudjo, juga masih melakukan pengembangan untuk mengungkap lebih dalam jaringan internasional baru ini di Indonesia.

Dalam wawancara dengan Tempo beberapa pekan lalu, Pudjo juga sempat menyatakan banyak jaringan narkoba internasional baru yang beroperasi di Indonesia. Hal itu, menurut dia, karena jumlah pengguna narkoba di Indonesia cukup besar, mencapai 3,3 juta orang. BBN dan polisi pun telah menggeledah sejumlah tempat yang dijadikan pabrik narkoba rumahan atau laboratorium clandestine oleh jaringan ini.

MAHA DWIJA SANTYA 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus