Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kadit Intel: Apa yang kau ketahui tentang peristiwa 31 Agustus?
Decky: Saat itu saya sebagai personel TBO (tenaga bantuan operasi).
Waka Polda: TBO siapa? Kodim?
Decky: Kopassus, Pak. Sudah sejak dulu, sampai sekarang, saya jadi TBO untuk daerah Timika. Pada hari Sabtu itu, tanggal 31 Agustus, pukul 07.00-08.00 WIT saya baru makan pagi di Hotel Serayu, Timika. Lalu datang Kapten Markus. Saya diajak pergi. Dia bilang, ?Murib, sebentar kita ke Tembagapura.? Di depan hotel sudah ada mobil Freeport putih. Dorang (mereka) di dalam mobil ada 10 orang. Saya duduk di belakang. Kapten Markus duduk di depan bersama sopirnya yang juga anggota Kopassus.
Waka Polda: Siapa itu Markus?
Decky: Kapten Kopassus.
Waka Polda: Nomor lambung mobil itu kau ingat?
Decky: 609.
Kadit Intel: Biasanya kau memang diajak pergi?
Decky: Kalau hari Sabtu Minggu kami memang biasa naik untuk mengambil gula atau kopi di Tembagapura. Saya pikir semula begitu, jadi saya mau ikut.
Kadit Intel: Di antara 10 orang itu ada yang kau kenal?
Decky: Beberapa pernah saya lihat waktu upacara di Polres atau Kodim. Semua berambut lurus, dan badannya tinggi-tinggi besar.
Kadit Intel: Apa pakaian mereka?
Decky: Pakaian sipil semua, pakai kaus tapi tak seragam dan rompi hitam. Semua membawa senjata.
Waka Polda: Senjata apa? Bisa kau gambarkan?
Decky: Kalau jenis AK atau M-16 saya tahu. Styer juga saya pernah lihat. Tapi yang ini saya belum pernah lihat. Sewaktu di Mapenduma saya turun dengan Jenderal Prabowo tidak pernah lihat senjata seperti itu. Pendek sekali, warnanya hitam, di atas ada keker (teleskop), magasinnya di bawah agak miring.
Polisi: Mungkin MP-5, Pak.
Kadit Intel: Berangkat pukul berapa dari hotel?
Decky: Pukul 08.00, langsung menuju Tembagapura. Selama perjalanan semua diam, tak ada pembicaraan apa-apa. Kami lewat pos pemeriksaan di kilometer 50.
Kadit Intel: Di pos tidak ditanya apa-apa?
Decky: Tidak. Kami terus naik lewat Markas Kostrad, lalu berhenti di sekitar kilometer 58. Saya diturunkan bersama empat orang tentara. Kapten Markus bersama lima lainnya terus naik mobil ke arah Tembagapura. Di situ saya dikasih lima botol bir hitam. Saya minum dua botol sudah mabuk. Rasa minuman itu tidak seperti biasanya. Yang lain tidak minum. Kartu identitas saya diambil. Tiba-tiba ada bunyi tembakan satu kali. Dum! Tak lama terdengar lagi bunyi letusan dua kali.... Dum-dum! Saya tanya, rombongan Komandankah yang menembak. Dorang bilang bukan, mungkin OPM. Baru bicara sedikit mobil sudah datang lagi, melaju kencang.
Kadit Intel: Siapa di dalamnya?
Decky: Rombongan Kapten. Dia suruh kami naik, cepat-cepat kembali ke Timika lagi.
Kadit Intel: Setelah itu ke mana?
Decky: Kami turun sampai ke pos penjagaan di kilometer 50, lalu balik lagi ke atas ke tempat kejadian, di kilometer 62, tempat orang bule itu ditembak mati. Di sana sudah banyak tentara dan polisi yang berkumpul.
Kadit Intel: Sepuluh orang tadi ke mana?
Decky: Mereka juga turun, ikut pegang mayat. Mereka lalu menyuruh saya naik ke gunung sebelah, katanya disuruh memeriksa mungkin ada OPM. Saya bilang, saya sudah mabuk, saya tidak mau. Kami lalu kembali ke Timika.
Waka Polda: Sudah berapa lama kau kenal Markus?
Decky: Sekitar satu tahun.
Waka Polda: Pak Markus itu Grup Tribuana atau Cenderawasih?
Decky: Tribuana, Pak.
Waka Polda: Kalau saya kasih lihat foto anggota satuan tugas Tribuana, kau masih bisa kenal?
Decky: Bisa. (Saat ditunjukkan foto anggota Kopassus, Decky mengenali dua di antaranya adalah tentara yang ikut di mobil bersamanya saat itu. Mereka adalah: Letnan Satu Wawan Suwandi dan Prajurit Satu Jufri Uswanas)
AT, CL
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo