Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Becak, kendaraan yang hampir punah itu, dipajang di gerbang masuk sebuah vila di kawasan Gunung Geulis, Puncak, Bogor. Bercat merah, pada lambung kanan dan kirinya tertera tulisan "Ampera" dan angka "23147". Di depan vila ada sebuah pendopo kecil yang berhiaskan meja dan kursi kayu ditata menghadap ke arah luar—pemandangan sungai berbatu.
Penduduk sekitar mengenal tempat itu sebagai "vilanya Mbak Mega". Rumah peristirahatan itu terletak di tepi sebuah sungai yang memisahkan jalan Gunung Geulis dengan Kompleks Padang Golf Bukit Pelangi—sebuah permukiman elite di sana.
Presiden Megawati Soekarnoputri tidak mendaftarkan vila Gunung Geulis itu sebagai milik dia dan keluarganya ketika melaporkan kekayaan kepada Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara.
Dan bukan itu saja. Satu vila lain, yang juga diduga milik Megawati dan sudah lebih dulu menjadi sorotan media massa, terletak di kawasan Babakan Madang, Sentul, Bogor. Seperti diberitakan Koran Tempo, dalam beberapa pekan terakhir Megawati dan putrinya, Puan Maharani, kerap terlihat di rumah bergaya mediteranian itu. Vila yang baru selesai dibangun itu—bangunan seluas 350 meter persegi di atas lahan 15,8 hektare—berada di Kompleks Nutrifood, sebuah perusahaan agrikultur. Vila itu kini tengah mulai diisi barang dan perabotan baru. Megawati pun mengoleksi sejumlah tanaman kegemarannya di rumah itu.
Tapi benarkah dua vila itu milik Megawati dan keluarganya? Kwik Kian Gie, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan menteri dalam kabinet, buru-buru membantah isu yang simpang-siur ini. Menurut dia, bangunan dan tanah di Kompleks Nutrifood itu bukan milik Megawati, melainkan milik keluarga Kwik. "Pengelola harta keluarga adalah kakak saya, Janwar Darmawan," katanya kepada Kurie Suditomo dari TEMPO.
Berdasar penelusuran TEMPO, tanah itu memang milik keluarga Kwik. Surat-suratnya masih atas nama Janwar Darmawan. Tanah itu dibeli pada 1973 dengan harga Rp 100 per meter persegi dan digunakan untuk pembibitan tanaman hias. Pada 1974-1980, lahan pembibitan berkembang menjadi 10 hektare dan digunakan untuk perkebunan buah-buahan, dan berkembang lagi menjadi 15,8 hektare.
Lahan itu dikelola oleh Haji Masykur, orang kepercayaan Janwar. Menurut istri Haji Masykur, yang rumahnya berada tak jauh dari Kompleks Nutrifood, "Suami saya adalah ahli pembibitan tanaman yang dipercaya menjalankan pembibitan di Nutrifood." Tapi sayang, karena kompetisi yang begitu ketat, bisnis pembibitan tanaman itu sudah ditutup sejak empat tahun lalu. Sebagai gantinya, di kompleks itu didirikan sebuah panti jompo Griya Darma Wulan, VIP Guest House, dan Training Center. Diduga, VIP Guest House itulah yang acap kali didatangi Megawati.
Sementara itu, vila di kawasan Gunung Geulis adalah milik seorang pengusaha bernama Bambang Sukmonohadi, yang tak lain adalah mertua Puan Maharani, putri Megawati. Menurut Kepala Desa Gunung Geulis, M. Rasyid, tanah seluas 4.000 meter persegi itu dibeli Bambang pada 1992. Tadinya ia cuma tanah garapan penduduk, yang nilainya diperkirakan sekitar Rp 10 ribu per meter persegi. "Administrasinya pun masih atas nama Pak Bambang," ujar Rasyid.
Tapi seorang sumber TEMPO yang menolak disebut namanya menjamin bahwa vila itu sudah dibeli Puan dari mertuanya. "Itu terjadi sekitar 1994, jauh sebelum Megawati menjadi presiden," katanya. Dan seorang warga sekitar vila yakin rumah itu baru diberikan Bambang kepada keluarga Megawati pada 1998, tak lama setelah mereka besanan.
Tak mudah memberantas korupsi di negeri korup seperti Indonesia. Tapi melaporkan kekayaan pejabat secara transparan adalah salah satu metode mencegahnya. Demi penjelasan transparan itulah hal yang kini ditunggu dari keluarga Presiden Megawati Soekarnoputri, agar becak—simbol kehidupan rakyat jelata yang dulu memilih PDI Perjuangan—tidak sekadar simbol.
Rommy Fibri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo