Sosok Arjuna agaknya eksotis. Kesaktian, kecerdasan, ketampanan, dan gaya play boy-nya acap diabadikan dalam berbagai sisi kehidupan. Putra penengah Pandawa dalam cerita wayang ini juga sering mengilhami seniman, termasuk Ahmad Dhani, personel kelompok musik Dewa 19.
Itu sebabnya, Dhani meminang Arjuna sebagai judul lagu, yang telah digarapnya selama setahun. Pemain keyboard ini mengaku judul tersebut terinspirasi dari sebuah film berjudul sama. Belakangan, ia mengaku baru mengetahui bahwa film yang populer tahun 1980-an itu merupakan alih wujud dari novel bertajuk sama, yakni Arjuna Mencari Cinta.
Jelas, persoalan jadi runyam. Sebab, Yudhistira A.N.M. Massardi, pencipta judul dan pengarang novel Arjuna Mencari Cinta, merasa berang. "Kok, judul saya dipakai Dhani?" ujarnya. Padahal, Yudhis tak pernah memberi izin. Ia lantas menulis surat pembaca di sebuah majalah berita mingguan, tempat ia menjadi wakil pemimpin redaksi, akhir Maret 2002. Ia berharap, sebelum album terbaru Dewa 19 itu dirilis, sudah ada kepastian tentang judul Arjuna Mencari Cinta.
Seminggu setelah majalah yang memuat surat Yudhis itu ber-edar, Dhani datang menemui Yudhis. Pada pertemuan itu, Dhani, yang mengaku menjadi pengagum berat Sukarno, meminta maaf atas kelalaian yang dibuatnya. Biarpun memaafkan, Yudhis tetap berpendapat, ada masalah hukum yang mesti dibereskan, yakni pengambilan hak cipta dan pengabaian hak moral. Karena perbuatan itu dilakukan Dhani untuk kepentingan komersial, Yudhis menganggap ada hak ekonominya yang terenggut.
Atas dua pelanggaran itu, Yudhis meminta Dhani menyelesaikannya sebelum album lagu itu beredar. "Saya butuh statement bahwa judul itu milik saya. Soal berapa kompensasi yang akan diberikan, terserah pada Dhani," kata Yudhis. Ya, Dhani berjanji akan menyelesaikannya sebelum tanggal 5 April 2002, saat album berjudul Dewa Cintailah Cinta, yang antara lain berisi lagu Arjuna Mencari Cinta, diluncurkan.
Ternyata, hingga album itu laris terjual sampai sekitar 500 ribu kopi, baik dalam bentuk kaset maupun keping cakram, Dhani tak mematuhi kesepakatan ter-sebut. Kembali Yudhis menghubungi Dhani. Tak dinyana, Dhani malah menawarkan royalti Rp 10 per kopi terjual kepada Yudhis plus pencantuman nama Yudhis di sampul kaset.
Buat Yudhis, persoalannya bukan sekadar royalti, namun lebih pada pelanggaran hak cipta dan moral. Yudhis mengaku judul ciptaannya dibuat dengan menjungkirbalikkan sistem kepercayaan di masyarakat pewayangan. Judul itu menjadi parodi, karena Arjuna dikenal tak pernah mencari cinta, namun justru dikejar cinta. Kalau Dhani memahami dasar estetis pemilihan judul tersebut, tentu ia tak akan serampangan meng-ambilnya.
Tapi Dhani mengaku isi lagunya berbeda dengan cerita dalam novel Yudhis. Lagunya mengusung tema tasawuf, dengan menggambarkan sosok Arjuna pencari Tuhan dan Cinta sebagai simbol Tuhan.
Alhasil, lantaran gayung tak bersambut, Yudhis melalui pengacara Malik Bawazier melayangkan somasi (peringatan) ke pihak Dhani. Yudhis mengaku tak mustahil mengajukan persoalan itu ke pengadilan perdata ataupun pidana.
Menurut Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Kehakiman, Zen Umar Purba, karya seni yang bersifat khas seperti judul di atas tergolong hak cipta, yang otomatis melekat pada pencipta, kendati Yudhis belum mendaftarkannya ke kantor hak cipta. Namun Dhani masih belum bisa menerimanya. "Apa judul merupakan karya seni yang otomatis memiliki hak cipta?" ujarnya.
Jadi, bagaimana penyelesaian konkretnya? Ada kabar, Yudhis mengancar-ancar kompensasi 5,4 persen dari penjualan bersih album di atas. Hasil penjualan 500 ribu kopi album itu, katakanlah semuanya kaset seharga Rp 20 ribu, bisa sampai Rp 10 miliar. Berarti kompensasi buat Yudhis sebesar Rp 540 juta. Jumlah ini rupanya dianggap sangat tidak wajar oleh Dhani.
Untuk menghindari tuntutan berkepanjangan, baru-baru ini Dewa mengubah judul lagu Arjuna Mencari Cinta menjadi Arjuna. Masalahnya, ratusan ribu kopi album dengan lagu berjudul lama sudah beredar.
Entah bagaimana kelanjutannya. Yang jelas, kasus ini jadi pelajaran mahal buat kalangan seni, khususnya Dewa. Beberapa waktu lalu, album Dewa berjudul Bintang Lima yang memuat lagu Sayap-Sayap Patah juga dituding tak mencantumkan Kahlil Gibran sebagai pencipta puisi Sayap-Sayap Patah. Album itu ikut dibakar bersama karya Gibran oleh kawula muda di Bandung. Anehnya, dalam album Dewa Cintailah Cinta, Dewa mencantumkan nama John Lennon dan Einstein pada kaki lirik lagu Bukan Rahasia.
Agus Hidayat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini