Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Di wc, awal dan akhir cinta

Juju juariah, pelajar sman leuwigoong garut, dibunuh pacarnya, memet, di wc kantor p & k kec.limbangan, garut. juju sudah hamil 4 bulan. memet mengaku sudah pernah bersebadan dengan juju di wc itu.

12 Mei 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NIAT buang hajat besar Adil kontan lenyap. "Saya melihat ada jari tangan jempol dan telunjuk menyembul di bak air WC sebelah," kata Adil. Maka, pembantu kantor P & K Kecamatan Limbangan, Garut, itu buru-buru melapor ke polisi. Begitu pintu WC yang terkunci itu didobrak polisi, segera terlihat sesosok mayat wanita. Rambutnya sebahu. Ia tersandar di bak WC. Tangan kirinya menyentuh lubang WC, sedangkan tangan kanannya terendam di bak air. Celana panjang dan celana dalamnya melorot, setengah telanjang. BH-nya lepas, terselip di kantung celana. Peristiwa Kamis siang pekan lalu itu kontan menggegerkan Garut. Korban tak lain adalah Juju Juariah, 16 tahun, pelajar kelas I SMA Negeri Leuwigoong, Garut. Yang lebih menggiriskan, "Lehernya patah, membiru bekas cekikan. Hidungnya berdarah dan perutnya biru-biru," kata Kapolwil Priangan Kolonel Agusman Djumadi yang didampingi Kapolres Garut Letnan Kolonel A. Somantri Emay kepada TEMPO. Setelah korban divisum, ketahuan bahwa pelajar putri itu sedang hamil empat bulan. Di celana korban juga ditemukan sperma. Hanya saja, perhiasan korban masih melekat di lehernya. Uangnya juga utuh. Kemungkinan bahwa korban diperkosa dan dirampok segera dikesampingkan polisi. Penyidikan langsung mengarah ke teman intim korban. Tak sulit mencarinya. Sebab, Juju pernah dilamar seseorang tapi ditolaknya karena ia sudah punya kawan akrab, Memet, 16 tahun, bukan nama sebenarnya yang juga pelajar kelas I SMA. Lelaki itu bertampang kekanak-kanakan, berkumis tipis, dan tinggal bersebelahan rumah dengan korban. Pada Sabtu pekan lalu, polisi menciduk pelajar bertubuh kurus tinggi yang pendiam itu. Di pemeriksaan polisi, anak mantri kesehatan itu mengakui perbuatannya. "Saya terpaksa membunuh karena kalut," katanya. Kepada TEMPO, ia mengaku mulai memacari korban tiga hari menjelang puasa. "Waktu itu, saya dan Juju langsung berhubungan badan dua kali di WC kantor P & K itu," kata Memet. Nah, pada Kamis siang itu, Memet mengaku ingin mengulangi perbuatannya di WC itu. Hanya dengan kode mendongakkan kepala, maksudnya agar mereka berduaan saja, Juju menyetujui. Maka, berangkatlah mereka ke WC di P & K Kecamatan Limbangan, selepas kantor bubar. Karena WC terkunci, Memet masuk duluan lewat tembok WC yang tak beratap baru kemudian Juju menyusul. Di situ, mereka kembali memadu kasih. Setelah itu, cerita Memet, Juju bercerita bahwa dirinya hamil lima bulan, dan minta pertanggungjawaban. Mendengar pengakuan itu, Memet kaget. "Saya terkejut, karena baru sebulan berhubungan, kok hamil lima bulan. Lalu saya membujuknya agar menggugurkan saja, dan ia setuju," kata Memet. Di mana mau digugurkan? Tak ada jalan lain kecuali dilakukan di WC berukuran 1 X 1,5 meter tersebut. Mula-mula punggung Juju diduduki Memet. Maksudnya agar jabang bayi itu keluar. Tapi usaha ini gagal. Cara kedua dicoba: Juju disuruh telentang -- sebisanya -- dan Memet memijat-mijat perutnya. "Tapi Juju malah nangis dan menjerit. Karena kalut, dia saya cekik, kepalanya saya tekan ke lantai," katanya. Dan sebelum Juju mengembuskan napas terakhir, anak kedua dari enam bersaudara itu berusaha melawan dengan mencakar dada dan leher Memet. "Tangan saya juga tercakar," kata Memet sambil memperlihatkan bekas-bekas cakaran korban. Tapi perlawanan itu cuma sebentar. Sebab, tak berapa lama kemudian, Juju terdiam. Dari hidungnya keluar darah. Setelah mengetahui sang pacar tewas, Memet meninggalkan WC itu dengan meloncati tembok. Dengan rasa ketakutan, ia pulang ke rumah. "Saya tak berani terus terang kepada Bapak dan Ibu, takut dimarahi," katanya. Dan akhirnya kasus ini tersingkap setelah Memet ditangkap polisi, Sabtu malam. Perbuatan Memet itu mengherankan tetangganya. Sebab, selama ini Memet dikenal pendiam. Begitu juga orangtua Juju, Udin, tak menduga bahwa anaknya yang penurut itu sudah hamil empat bulan. "Kalau Juju itu terus terang pada saya atau ibunya, mungkin tak akan terjadi seperti ini. Setidaknya, saya akan memaksa lelaki yang menghamilinya untuk menikahi," kata Udin. "Ya, mungkin ini cobaan untuk keluarga kami," katanya lebih lanjut. Benarkah pengakuan Memet bahwa ia baru sebulan berhubungan, sedangkan korban telah hamil empat bulan? Jika benar begitu, artinya perlu diselidiki dengan siapa lagi korban berhubungan. "Atau bisa saja Memet berbohong dalam pemeriksaan," kata Kapolwil Agusman. WY dan Riza Sofyat (Biro Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus