Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Diburu di Mancanegara

6 Agustus 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suasana sepi membalut gedung Plaza Alstom di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan, Kamis petang dua pekan lalu. Sebagian besar karyawan perusahaan itu sudah pulang setengah jam sebelumnya. Di halaman gedung sembilan lantai itu hanya terlihat empat mobil yang masih terparkir.

Dua petugas keamanan sigap mencegat Tempo yang mencoba masuk ke halaman gedung untuk memastikan keberadaan tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi di sana. "Harus ada konfirmasi dulu dari dalam," kata seorang petugas keamanan bernama M. Yunus. Dia pun mengaku tidak tahu ihwal penggeledahan oleh tim KPK hari itu.

Berkantor pusat di Prancis, kelompok perusahaan Alstom sudah menancapkan kukunya di Indonesia sejak 1966. Di bawah bendera Alstom Indonesia, kini bernaung tiga perusahaan, yakni PT Alstom Power Energy Systems Indonesia, PT Alstom Grid, dan PT UNINDO. Sekitar 1.400 karyawan bekerja di kantor Alstom di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

Tiga tahun sejak masuk Indonesia, Alstom langsung menggandeng Perusahaan Listrik Negara dan sejumlah badan usaha milik negara lain. Hingga kini, Alstom Indonesia telah menggarap sejumlah proyek raksasa, antara lain pembangkit listrik di Tanjung Priok, Muara Tawar, Sengkang, Paiton, dan Tarakan. Di level internasional, grup Alstom mengklaim sebagai pemasok seperempat kebutuhan energi dunia.

Dengan segala catatan kebesarannya itu, Alstom Indonesia selama ini jarang menjadi berita. Baru dua pekan lalu Alstom menjadi berita utama media cetak dan elektronik Tanah Air. Itu setelah KPK mengumumkan dugaan korupsi yang melibatkan Alstom dan politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Izedrik Emir Moeis.

Padahal, di Eropa, Alstom ramai disorot media sejak perusahaan itu terancam bangkrut pada 2004. Alstom berhasil lolos dari lubang jarum setelah mendapatkan dana talangan sebesar US$ 1,24 miliar dari menteri keuangan yang kemudian menjadi Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy.

Lolos dari ancaman kebangkrutan, grup Alstom malah ramai diberitakan terlibat skandal keuangan di sejumlah negara tempat mereka beroperasi. Lembaga antikorupsi lintas negara pun turun tangan membentuk tim investigasi bersama. Yang bekerja sama, misalnya, Department of Justice dan Federal Bureau Investigation (Amerika Serikat), Serious Fraud Office (Inggris), Federal Public Prosecutor’s Office (Swiss), serta Public Prosecution Service (Prancis).

Tim gabungan itu menelisik kasus penyuapan lintas negara yang diduga melibatkan Alstom di Singapura, Indonesia, Malaysia, Brasil, Meksiko, Latvia, dan Tunisia. Dalam mengusut skandal, tim gabungan biasanya mengajak aparat di negara setempat.

Di Brasil, tim gabungan mengusut uang komisi US$ 200 juta yang diduga dibayarkan Alstom untuk memenangi kontrak pembangkit listrik tenaga air bernilai US$ 1,4 miliar. Adapun di Meksiko, Kementerian Administrasi Negara mendenda Alstom sebesar 341 ribu peso (sekitar Rp 245 juta) dan melarangnya ikut tender selama dua tahun.

Pada 24 Maret 2010, petugas Serious Fraud Office menggeledah lima kantor Alstom dan empat rumah tinggal petinggi Alstom. Tiga direktur Alstom Inggris sempat ditahan untuk penyidikan dugaan penyuapan, korupsi, dan pencucian uang.

Lalu, pada Februari 2012, Bank Dunia melarang Alstom ­Hydro France dan Alstom Network Schweiz AG mengerjakan proyek yang dibiayai mereka selama tiga tahun. Kedua perusahaan itu didenda mengembalikan dana US$ 9,5 juta. Hukuman itu berkaitan dengan biaya konsultasi tak wajar yang dikeluarkan Alstom untuk mendapatkan proyek di Zambia pada 2002.

Setelah terseret kasus Emir Moeis, petinggi Alstom di Indonesia memilih mengunci mulut. "Kami menghormati proses hukum yang sedang berlangsung. Kami belum bisa berkomentar lebih jauh," kata juru bicara Alstom Indonesia, Anita Bonang, menjawab surat permohonan wawancara yang dilayangkan Tempo.

Jajang Jamaludin, Anggrita Desyani, Subkhan (Guardian, Telegraph, Bloomberg)


Izedrik Emir Moeis:
Namanya Juga Jualan

NASI kambing pedas menjadi hidangan pertama yang disantap Izedrik Emir Moeis, 61 tahun, ketika berbuka puasa di Restoran Al Nafoura Hotel Le Meridien, Jakarta. Dite­mani sejumlah koleganya, termasuk anggota Badan Pemeriksa Keuangan, Sapto Amal Damandari, Selasa pekan lalu, anggota Komisi Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat itu menerima Anton Aprianto dan Jajang Jamaludin dari Tempo untuk wawancara seputar kasusnya.

Kapan Anda tahu soal penetapan tersangka?

Sejak media ramai memberitahukan soal itu. Awalnya saya tidak percaya karena ada sejumlah wartawan yang memberi tahu bahwa saya jadi tersangka. Emang saya salah apa?

Anda sudah mendapat pemberitahuan resmi soal itu?

Belum. Informasi saya semua dari media. Surat pemberitahuan saya tersangka juga belum saya terima. Tuduhannya apa pun saya belum tahu. Kan, aneh. Saya ditetapkan tersangka ini mendadak, tidak diberi tahu dan tak pernah diperiksa.

Benar Anda tidak tahu sedang tersangkut kasus apa?

Saya ibarat mimpi di siang bolong jadi tersangka. Awalnya, ketika ada desas-desus akan jadi tersangka, saya berpikir apa bakal kena kasus cek pelawat atau kasus Badan Anggaran. Setelah tahu soal proyek PLN Tarahan, saya bingung karena saya sama sekali tak tahu proyek itu.

Bagaimana mungkin tidak tahu, bukannya saat itu Anda di Komisi Energi DPR?

Saat proyek itu bergulir, saya sudah pindah ke Komisi Perbankan. Sebelumnya, saya ketua panitia kerja listrik swasta. Jadi saya tidak tahu proyek itu.

Sejumlah peserta tender proyek Tarahan bukankah mendatangi Anda minta dibantu memenangi tender?

Alstom dan Marubeni memang mendatangi saya. Ya, mereka cuma menceritakan keunggulan produk mereka. Namanya juga orang jualan. Tapi saya tidak melakukan apa-apa. Itu juga proyek dibiayai swasta, kalau saya tidak keliru.

Ketika Alstom menjadi pemenang tender Pembangkit Listrik Tenaga Uap Tarahan, Anda disebut berperan penting memenangkan mereka?

Itu tendernya internasional. Hebat sekali saya bisa mempengaruhi­ tender seperti itu.

Tapi Anda kan sempat dilobi Alstom di Amerika dan Prancis?

Iya. Ketika di Amerika, Alstom mengundang saya makan. Saat itu saya tengah mengurus bisnis dan bertemu dengan teman-teman kuliah. Di Prancis, saya juga diundang Alstom di Restoran Lido. Saya dengar saat itu orang-orang Alstom di Jakarta juga mencari saya.

Anda dituduh menerima sekitar US$ 300 ribu dari Alstom karena memenangkan mereka dalam proyek PLTU Tarahan?

Sudah saya cek semua rekening, tak ada uang dari Alstom. Akan saya buktikan nanti di pemeriksaan. Staf saya sudah cek semua rekening saya.

Ya, mungkin tidak langsung dari Alstom. Tapi lewat kolega Anda?

Tidak ada. Saya tidak menerima sepeser pun uang dari proyek itu. Saya sendiri tak tahu proyeknya.

Anda kader senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati pernah menanyakan kasus ini?

Beberapa kali. Beliau pernah bertanya apakah saya bersalah dalam kasus ini. Saya jawab, bagaimana saya mau bersalah atau tidak, tuduhan dan kasusnya apa, saya tidak tahu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus