Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Giuran Hadiah dari Kampung Belawa

Jaringan utama penipuan lewat telepon genggam—kebetulan asal Sulawesi Selatan—terbongkar. Kini calon korban makin pintar.

29 Juni 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI zaman susah seperti kini, siapa tak girang mendapat pesan pendek (short message service—SMS) di telepon genggam yang berbunyi: "Selamat, nomor Anda mendapatkan hadiah grand prize Rp 25 juta dan HP Nokia 7650 dari Telkomsel Pusat Jakarta. Untuk konfirmasi, hubungi telepon 021-38699xx dan 0813-102256xx."

SMS yang berkedip-kedip itu sungguh menggoda. Dan rata-rata para penerima pesan tak cukup awas dan akan menelepon balik. Orang di seberang, entah siapa, menyatakan hadiah akan dikirim setelah uang "administrasi" ditransfer lewat anjungan tunai mandiri (ATM) terdekat. Padahal, yang dikirim duit mereka sendiri ke rekening pengirim pesan—yang jebulnya sindikat penipu.

Tapi itu dulu. Sekarang, kabarnya, justru musim paceklik buat penipu SMS. Pemain terlalu banyak dan calon korban kian pintar. Erwan Amrullah, 33 tahun, anggota sindikat penipu, mengaku lebih sering mendapat makian. Pria bekas penjual rokok itu pernah dibentak hingga, saking kagetnya, telepon selulernya terloncat jatuh. Paling enteng, ia mendapat pesan balasan: "Selamat, Anda mendapat hadiah undian ….dent (nama pasta gigi). Segera kirim dua buah gigi depan Anda ke kantor ….dent terdekat."

Pengalaman konyol itu diungkap para pelaku sendiri, yang pekan lalu diringkus Polda Metro Jaya. Mereka adalah pemain di jalur Telkomsel. Ini penangkapan paling sukses. Ada empat jaringan yang terjerat, dengan total 16 tersangka. Sebelumnya, awal 2003, polisi hanya berhasil mencokok satu jaringan di jalur Pro-XL.

Menurut juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Prasetyo, pengungkapan jaringan penipu lewat SMS itu adalah "bonus" tak langsung kasus pencatutan nama pejabat polisi. Mulanya, dua korban melapor tertipu masing-masing Rp 5 juta dan Rp 17 juta oleh seseorang yang melalui telepon mengaku pejabat polisi. Dari informasi ini, polisi memburu pelakunya dan tertangkaplah Komarudin, 37 tahun, di rumah kontrakannya di daerah Pondok Kopi, Jakarta Timur. Pelaku penipuan via pesan singkat ini lantas "bernyanyi" tentang kawan-kawannya. Polisi lalu menyergap Bukhari, 26 tahun, di daerah Dewi Sartika; Abdul Karim, 33 tahun, di Tebet; dan Andi Marpeasae, 38 tahun, di Rumah Susun Cawang—semuanya di Jakarta Timur. Lengkap dengan kaki tangannya. Tak sulit, karena anggota jaringan umumnya tinggal serumah.

Mereka juga sedaerah asal: Kecamatan Belawa, Wajo, Sulawesi Selatan. Menurut Bukhari, ia mempelajari ilmu tipu mutakhir itu dari Syarifudin di kampungnya, tiga tahun lalu. "Tapi tak saya teruskan, karena saya lalu berdagang ikan di Kalimantan," tuturnya. Merantau ke Jakarta, ia bertemu Abdullah, tetangga sekampung yang ternyata suka "bermain" SMS. Di rumah kontrakan Abdullah di Tanjung Priok, ia lantas "magang" selama enam bulan. Setelah beberapa lama bergabung dengan kelompok Abdullah, Bukhari mendirikan kelompok sendiri.

Mengubah nasib, itulah mimpinya dengan bermain SMS. " Saya pengen punya modal untuk bisnis mobil bekas. Tak banyak, dua mobil saja," ujar Bukhari. Ia hampir berhasil karena sudah membeli satu mobil Corolla 1993 seharga Rp 40 juta. Modal awal si "bos" yang merekrut beberapa anak buah itu cukup dengan pulsa prabayar dan HP bekas.

Kerja mereka enteng saja: tiap hari mengirim acak pesan undian yang sudah disimpan ke nomor-nomor Telkomsel—terutama nomor-nomor daerah. "Saya pilih Telkomsel karena jaringannya paling luas," kata Bukhari. Jangan bayangkan mereka mengacak nomor lewat komputer atau sejenisnya. Mereka cukup menulis nomor awal, misalnya 0813-73107xxx, nomor daerah Palembang. Tiga digit terakhir lantas mereka buat daftarnya di sobekan kardus sembari ngelesot di tikar.

Bila ada yang menjawab, mereka melayaninya seramah mungkin. Kata mereka, pokoknya diarahkan supaya calon korban mau ke ATM. Kalau calon korban sudah di depan mesin ATM dan menelepon ulang, kendali diserahkan ke anggota jaringan senior yang paham cara transfer bank untuk menuntunnya. "Kita bilang saja, Bapak atau Ibu saya hubungkan dengan bendahara kami," tutur mereka melanjutkan. Hanya, di bagian nomor rekening, mereka diminta mengisi nomor rekening lain yang sudah disiapkan, disebut "nomor registrasi". Masuk ke nilai transfer, mereka diperintahkan mengisi besaran tertentu—biasanya sebesar sisa saldo atau batas transfer—yang disebut "nomor keberuntungan". Begitu ditekan tombol "ya" oleh korban, mereka secepatnya mengambilnya di ATM bank tersebut di Jakarta agar tidak diblokir. "Mereka yang jadi korban umumnya pemegang telepon genggam baru dan pemilik ATM yang awam," kata Bukhari.

Maka, jangan mudah tergiur oleh iming-iming hadiah.

Arif A. Kuswardono, TNR


Jaringan Penipuan Lewat SMS yang Pernah Digulung Polisi:

Dengan Jaringan Telkomsel
Ada empat kelompok: Komarudin cs, Bukhari cs, Abdul Karim cs, dan Andi Marpeasae cs. Total 16 orang. Semuanya berasal dari Sulawesi Selatan. Mereka ditangkap di Jakarta.

Dengan Jaringan Pro-XL
Kelompok Dedy alias Rudi Hantara alias Bachtiar Lanco, 24 tahun, asal Sulawesi Selatan. Sindikat ini beranggotakan lima anggota seasal. Ditangkap polisi di Bandung dan Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus