Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kupang - Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena mengecam keras Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang membunuh seorang guru asal NTT. Gubernur Melki mengungkapkan keprihatinannya atas insiden yang menewaskan Rosalia Rerek Sogen, guru asal Desa Persiapan Bantala, Kecamatan Lewolema, Flores Timur, Nusa Tengara Timur (NTT) itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak menerima kabar pada Sabtu malam, dia langsung berkomunikasi dengan berbagai pihak di Papua dan Jakarta untuk memastikan kondisi yang sebenarnya. "Sebagai kepala daerah, saya sangat prihatin. Apalagi, saya sudah cukup mengenal situasi di Papua, termasuk banyak warga NTT yang bekerja dan mencari nafkah di sana. Ini menyentuh hati saya karena yang menjadi korban adalah warga NTT," ujar Melki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia telah berkomunikasi intensif secara terbuka maupun tertutup dengan tokoh masyarakat, aparat keamanan, serta pihak-pihak terkait untuk menjamin keselamatan warga NTT di Papua. "Saya sudah berkoordinasi dengan pihak TNI, baik yang bertugas di Papua maupun di Mabes TNI di Jakarta. Saya berterima kasih kepada aparat keamanan yang bergerak cepat dalam merespons situasi ini," ujarnya.
Gubernur Melki menyampaikan pihaknya sedang mengupayakan pemulangan jenazah korban ke kampung halamannya di Flores Timur. "Tadi pagi saya sudah berkomunikasi dengan Bupati Flores Timur dan sejumlah tokoh NTT di Jayapura untuk mengatur pemulangan jenazah secepat mungkin. Warga NTT di Papua saat ini turut membantu proses tersebut," katanya.
Di tengah situasi ini, Gubernur Melki mengimbau semua pihak untuk tetap tenang dan menjaga perdamaian. "Saya telah berkomunikasi dengan tokoh-tokoh Papua yang saya kenal untuk meredam situasi agar tidak ada lagi kekerasan yang menimpa warga sipil, khususnya warga NTT yang bekerja di Papua," ucapnya.
Melki menegaskan warga NTT yang bekerja di Papua telah berkontribusi secara positif dan tidak pernah terlibat dalam konflik. "Kami semua berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Mari kita jaga keamanan dan persaudaraan di tanah Papua," ujarnya.
Sebelumnya, Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2025 Kombes Yusuf Sutejo mengimbau masyarakat tidak terpancing oleh propaganda dan provokasi kelompok kriminal bersenjata (KKB) usai insiden penyerangan di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, pada Jumat, 21 Maret 2025. “Kami mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan tidak termakan propaganda yang menyesatkan. Aparat akan terus meningkatkan patroli dan pengamanan di wilayah rawan,” kata Yusuf dalam keterangan tertulis dilansir dari Antara pada Minggu, 23 Maret 2025.
Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz 2025 Brigjen Faizal Rahmadani menegaskan kekejaman yang dilakukan KKB merupakan upaya menciptakan ketakutan dan menghambat pembangunan, terutama di sektor pendidikan. “Ini adalah tindakan biadab dan sangat keji. Para guru dan tenaga medis itu bukan militer, mereka adalah pendidik yang mengabdikan diri untuk anak-anak Papua,” kata Faizal.
Adapun proses evakuasi yang dilakukan melalui operasi bersama (join operation) antara TNI di bawah Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) bersama Polri yang tergabung dalam Satgas Operasi Damai Cartenz 2025 dan Polda Papua. Mereka berhasil mengevakuasi korban serangan KKB di Distrik Anggruk, Yahukimo, Papua Pegunungan, Minggu.
Proses evakuasi berhasil dilakukan meskipun terkendala medan yang sulit dan hanya dapat diakses melalui transportasi udara ke Distrik Anggruk, dan seluruh korban berhasil dievakuasi dengan lancar ke Jayapura. Kejadian tersebut mengakibatkan satu orang meninggal dunia, tiga korban mengalami luka berat, dan empat lainnya menderita luka ringan.
Sementara dua korban lainnya yang merupakan warga asli Yahukimo dalam kondisi aman dan tidak dievakuasi karena atas permintaan sendiri. Para korban merupakan tenaga pendidik hingga tenaga kesehatan yang tengah bertugas memberikan layanan di wilayah pedalaman Papua.
Seluruh korban, baik yang meninggal dunia maupun yang mengalami luka-luka, telah dievakuasi ke Jayapura dan dirujuk ke RSAD Marthen Indey Kota Jayapura. Sebanyak delapan korban yang berhasil dievakuasi, yaitu Rosalia Rerek Sogen, meninggal dunia; Doinisiar Taroci More; Vantiana Kambu; Paskalia Peni Tere Liman; Fidelis De Lena; Kosmas Paga; Penus Lepi; dan Irawati.
Sementara dua korban lainnya yang tidak ikut dievakuasi karena permintaan sendiri serta dalam kondisi aman, yaitu Lenike Saban dan Erens.
Pilihan Editor: Teror Kepala Babi dan Tikus yang Terpenggal