Gadis cilik korban kebuasan dua pria. Ayahnya mengharapkan ada hukuman yang setimpal. DENGAN geram Amer Naibaho, 20 tahun, menduduki dada Masni boru Sagala, 10 tahun. Gadis kecil itu sedang pingsan, ketika Amer mendapat giliran menodainya setelah Halomoan Sihotang, 35 tahun. "Perbuatan keduanya itu sama dengan hewan," ujar Letnan Kolonel Baroeto Badroes, Kapolres Dairi. Korban yang masih duduk di kelas V SD itu bukan hanya dikotori, melainkan juga dihabisi dengan mencabik-cabik tubuhnya. Rekonstruksi kejahatan itulah yang digelar polisi, Kamis dua pekan silam. Selanjutnya diperagakan bagaimana cara Amer dan Halomoan memasukkan mayat Masni dalam karung plastik. Mereka kemudian menyeretnya lima puluh meter dari rumah Halomoan di punggung bukit desa itu. Jasad korban lalu mereka tanam di dalam sebuah lubang kakus, dan ditimbuni tanah serta sampah. Peristiwa sadistis dua tahun silam itu sebenarnya nyaris gelap karena tidak ada saksi yang melihatnya. Orangtua Masni cemas karena anaknya, yang biasanya sudah pulang sekolah, sudah beberapa hari tak muncul-muncul. Ini kemudian ditanyakan pada seorang dukun. Menurut Wak Dukun, Masni berada di sekitar punggung bukit desa tersebut. Lalu, segenap penduduk ramai-ramai menyisirnya. Ramalan dukun itu ternyata cocok. Para pencari menemukan gundukan tanah yang masih basah. Ketika gundukan itu digali, bau busuk berkobar. Ya, ampun, ada jasad Masni di dalamnya. Tubuh mungil itu rusak parah. Setelah divisum di rumah sakit, mayatnya dikuburkan kembali sebagaimana mestinya. Kemudian, pelakunya dilacak. Titik terang mulai tampak ketika ada penduduk yang teringat pernah melihat Masni berjalan bersama Amer di bukit tadi. Amer segera ditangkap polisi, tapi kemudian ia dilepaskan lagi karena tidak ada bukti yang kuat. Sementara itu, Halomoan sudah kabur dari desa tersebut. Kasus ini lama baru tersingkap, yaitu ketika Baroeto bertugas di sana tiga bulan lalu. Ia memerintahkan anak buahnya mengusut kembali kasus tersebut. Baroeto juga memerintahkan mengejar Halomoan. Menurut info, Halomoan berada di Riau. Lalu, sebuah tim yang dipimpin Kasatserse Polres Dairi, Letnan Dua Atrial, meluncur ke sana. Ternyata, benar. Halomoan sudah bekerja sebagai pengawas proyek di sebuah perusahaan swasta di Bengkalis. Ketika diperiksa polisi, Halomoan mengaku bahwa Amer juga terlibat. Maka, Halomoan diboyong kembali ke Dairi. Atas petunjuk Halomoan itulah kemudian Amer dibekuk. "Ia tak bisa mengelak lagi," kata Atrial. Menurut pengakuan Amer kepada polisi, pada hari berdarah itu ia melihat Masni tengah berjalan sendirian. "Sudah lama aku naksir dia," kata lajang ini. Gadis kecil bertubuh subur itu dirayunya, dan berhasil. Ia mengajak Masni memancing di sungai. "Di saat itulah niat burukku muncul," kata Amer kepada TEMPO. Setelah mendapat beberapa ikan, Amer mengajak Masni ke rumah Halomoan yang jauh dari perkampungan. "Kau bakar dululah supaya kita makan bersama," kata Halomoan. Ia sendirian di rumah karena istrinya pergi ke pasar. Sehabis makan bersama, Halomoan dan Amer istirahat di halaman rumah, sedangkan Masni mencuci piring dan membersihkan lantai. Pada saat itulah Amer membisikkan niat busuknya terhadap Masni. Halomoan terkipas. Ia segera menerkam cewek bocah itu. Masni pingsan. Meski begitu, Amer menggilirnya. Setelah mendekam dalam tahanan, keduanya baru terperangah atas perbuatannya. "Saya menyesal," kata Amer. Namun, apa gunanya sesal belakangan? "Aku harap pengadilan kelak menghukum kedua orang itu dengan balasan setimpal," kata Sabar Sagala, ayah Masni. Duka ayahanda Masni ini menyayat hati. Seekor gagak terbang rendah mengitari Desa Pariki, Dairi, 200 km dari Medan, ketika berlangsung rekonstruksi itu. Guak, guak, suara serak burung itu membuat bulu kuduk berdiri. Kerumunan orang yang menyaksikan rekonstruksi tadi dicekam kesedihan yang dalam. Bersihar Lubis dan Sarluhut Napitupulu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini