Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Hilangnya Ayah yang Baik

12 September 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi Elyudin Telaumbanua, menjadi wartawan itu menyenangkan karena memungkinkan untuk bersikap kritis. Inilah yang mendorong dia bergabung dengan harian Berita Sore terbitan Medan pada Maret tahun lalu.

Pandangan lelaki yang kini telah berusia 51 tahun itu masih diingat betul oleh Hendrik Prayitno, koordinator reporter daerah koran tersebut. Apalagi, menurut dia, Ely cukup konsisten. Sikap kritisnya tecermin dalam berita-berita dari Nias yang ditulisnya. Bukan hanya masalah ekonomi dan sosial, tapi juga berita-berita politik.

Pada Agustus lalu, misalnya, Ely rajin mengirim berita seputar pemilihan kepala daerah di Nias Selatan. Dia mencium gelagat pemilihan di sana tak sepenuhnya bersih. Maka, muncullah judul-judul berita yang menarik seperti ”Panwaslih Nisel (Nias Selatan) Minta Tangkap Ketua dan Anggota KPUD” (edisi 12 Agustus), ”DPRD Panggil Paksa Ketua KPUD Nias Selatan” (15 Agustus), dan ”Masyarakat Nisel Harapkan Panwaslih: Usut Penyelewengan KPUD pada Proses Tahapan Pilkada” (16 Agustus). Kegairahan Ely dalam menulis berita membuat Hendrik angkat topi. ”Dia menjiwai betul profesi jurnalistik,” katanya.

Sebelum bekerja untuk Berita Sore, Ely pernah menjadi wartawan koran mingguan Peristiwa terbitan Banda Aceh. Dia juga pernah bekerja di majalah Harmonis, Medan. Istrinya, Elisah Sederhana Harahap, 50 tahun, menyebutkan, sang suami mulai menekuni jurnalistik sejak berusia 39 tahun. Ayah empat anak itu semula bekerja sebagai pemborong dengan penghasilan lumayan. Cuma, setelah melihat banyak temannya menjadi wartawan, Ely kepincut.

Kini tulisan-tulisan Ely tak muncul lagi di Berita Sore. Yang tampil justru berita tentang dirinya yang diculik. Kenyataan itu membuat Elisah dan keempat anaknya bersedih. Tak hanya kepada polisi, dia juga meminta tolong seorang pendeta mendoakan agar suaminya cepat ditemukan. ”Tolonglah, dia suami dan ayah yang baik. Pribadinya juga tak aneh-aneh,” kata Elisah.

Dwi Wiyana, Bambang Soedjiartono, Hambali Batubara (Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus