Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Telepon selulernya tiba-tiba berdering. Sejenak Elyudin Telaumbanua terlibat percakapan serius. Setelah menutup telepon, wartawan koran Berita Sore terbitan Medan ini bergegas. Ia menyambar pena, notes, dan kamera. Sekelebat lelaki 51 tahun itu menyabet jaket yang tergantung di dinding kamarnya, lalu berjalan tergesa-gesa.
Di pintu rumahnya, Ely sempat bertemu istrinya, Elisah Sederhana Harahap. Ia pamit. Elisa mengira suaminya hendak meliput acara peringatan Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus. Sudah biasa Ely mendapat tugas mendadak lalu melesat meninggalkan rumahnya di Desa Saewe, Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Sumatera Utara.
Yang aneh, selama bertahun-tahun jadi wartawan, baru kali ini Ely meninggalkan pesan pada istrinya. ”Apabila terjadi apa-apa denganku, inilah yang kamu kejar,” katanya sambil menyerahkan selembar foto. ”Memantau ke T. Dalam. Dalam kasus Nasman Manao, adik Hadirat Manao, Ketua DPRD T. Dalam (maksudnya Nias Selatan—Red.),” begitu kalimat yang ditulis suaminya di balik foto itu.
Lalu Ely memacu sepeda motor Honda GL-Pronya. Elisah gelisah menatap punggung suaminya yang menghilang di tikungan dekat rumahnya.
Sepekan kemudian, Elisah mendapat kabar, suaminya berada di rumah pamannya, Ama Aliran, di Lahusa yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Teluk Dalam. Berselang dua hari, kembali Elisah menerima telepon. Kali ini dia menerima kabar buruk tentang suaminya yang hilang diculik. Kabar yang sama juga diperolehnya dari Berita Sore.
Dari penelusuran tim investigasi koran tersebut, Ely telah hilang diculik pada 24 Agustus lalu. ”Peristiwa ini terjadi setelah Ely meninggalkan rumah pamannya,” kata Koordinator Liputan Berita Sore, Hendrik Prayitno. Waktu itu, dia bersama temannya, Ukuran Maruhawa, warga Desa Hilinamoniha, hendak berangkat ke Teluk Dalam.
Dalam perjalanan, Ely belok ke Desa Bawoganowo, sekitar 15 kilometer dari Teluk Dalam. Di sini memang ada bahan berita, yaitu tentang Bajo Talunohi yang tewas dibunuh orang tak dikenal di Elejaliehu pada 20 Agustus. Setelah mengumpulkan cerita dan memotret, Ely kembali memacu sepeda motornya.
Rupanya, tiga sepeda motor mengikutinya. ”Ely mengenali orang yang membuntutinya,” kata Hendrik. Begitu tiba di jalan raya Desa Bawogomehe yang sunyi dan tak ada rumah penduduk, Ely dihadang. Tanpa banyak bicara, enam orang itu langsung memukuli Ely. Ukuran Maruhawa melarikan diri.
Saat berlari dia sempat menoleh dan melihat Ely sudah tak berdaya dan dibawa pengeroyoknya. Hari itu juga Ukuran Maruhawa melapor ke Kepolisian Resort Nias Selatan. Petugas menuju lokasi, namun di sana kosong. Polisi menemukan sepeda motor korban di semak belukar Desa Hilisataro, tak jauh dari Desa Bawoganowo, pada Minggu 29 Agustus.
Tim investigasi Berita Sore mendapat cerita seram tentang rekannya itu. Warga menuturkan, Ely ditelanjangi lalu dihujani tombak dan tikaman pisau. Jenazahnya dilarung di pantai Genesi tepat di belakang rumah Bajo Talunohi, korban yang sempat diliputnya.
Setelah itu, beberapa penganiaya itu kembali melanjutkan prosesi pemakaman Bajo. Menurut warga, orang yang memimpin penganiayaan tak lain adalah kepala desa dan bekas kelapa desa di wilayah Teluk Dalam.
Siapa yang berkepentingan untuk membunuh Ely? ”Inilah yang kami telusuri, terutama kaitan dengan beberapa berita yang sedang digarapnya,” kata Hendrik. Jejak utama adalah foto yang dititipkan Ely kepada istrinya.
Menurut informasi yang diterima Berita Sore, orang yang menelepon Ely pada 17 Agustus itu tak lain adalah Hadirat. Diperkirakan Ely ditelepon menyangkut perkara Nasman yang ditangkap polisi karena diduga terlibat dalam satu kasus perampokan di Labuhan Batu, Sumatera Utara. ”Dia memang pernah kami tahan di sini,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resort Labuhan Batu, Ajun Komisaris Murjoko Budoyono, kepada Tempo. Dia menambahkan, kasusnya sudah dilimpahkan ke kejaksaan bulan lalu.
Boleh jadi Ely hendak menelusuri kasus itu. Apalagi, terdengar kabar Nasman yang juga dikenal sebagai Ketua KNPI Nias Selatan bebas berkeliaran di kabupaten itu. Itulah sebabnya, rekan-rekan Ely di koran Berita Sore mencurigai Hadirat dan Nasman berada di balik peristiwa itu. Informasi yang mereka terima menyatakan, salah seorang yang ikut menculik dan menganiaya adalah orang yang bekerja pada Hadirat. ”Saksi sudah ada, pelakunya juga jelas,” kata Hendrik.
Kecurigaan itu membuat Hadirat gerah. Dia membantah menelepon Ely untuk menjumpainya. “Tidak benar semua itu. Saya anggap itu hanya ingin menjatuhkan saya,” katanya. Dia juga menyangkal dugaan keterlibatan adiknya, Nasman, dalam kasus Ely. ”Pokoknya semuanya bohong. Cuma hendak menjatuhkan reputasi keluarga Manao,” katanya. Bahkan dia membantah cerita polisi yang menyebut adiknya pernah merampok.
Sejauh ini, Kepala Polres Nias Selatan, Ajun Komisaris Besar Aiman Safruddin, mengatakan, pihaknya kesulitan mengusut kasus itu. ”Kendati banyak orang yang melihatnya, tapi tak ada yang berani bersaksi,” kata Aiman. Rekan Ely yang melihat langsung kejadian itu dan telah melaporkannya ke Polres dianggap belum cukup. ”Saya ini polisi profesional, bukan asal comot saja,” kata Aiman.
Cara Aiman berkilah justru dikritik oleh juru bicara Polda Sumatra Utara, Komisaris Besar Bambang Prihadi. Bahkan Bambang mengatakan, peristiwa itu belum dilaporkan ke Polda. ”Bukan hanya sebatas itu saja cara polisi bekerja. Seharusnya ada teknik lain,” katanya. Dia mengatakan, Polda segera mengirim tim yang lebih baik lagi untuk mengusut perkara itu.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Medan dan Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Sumatra Utara sudah melayangkan surat ke Polda Sumatera Utara agar mengusut perkara itu hingga tuntas. Bahkan dua organisasi wartawan ini juga sudah menurunkan tim investigasi ke Nias Selatan.
Menurut Ketua AJI Medan, Darma Lubis, pembunuhan wartawan ini melibatkan petinggi dari tingkat kepala desa hingga pimpinan wakil rakyat di Nias Selatan. ”Kami minta Polda Sumatera Utara mengungkapkan keterlibatan mereka,” katanya.
Nurlis E. Meuko, Bambang Soedjiartono, dan Hambali Batubara (Medan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo