Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Judi Riau Menyerempet Jenderal

Setelah membekuk bandar judi kakap Riau, Acin, Markas Besar Kepolisian Indonesia memerintahkan pemeriksaan terhadap puluhan perwira yang bertugas dan pernah bertugas di Riau. Di antara mereka sudah ada yang mendapat sanksi, dicopot dari jabatannya. Tiga nama mantan Kepala Kepolisian Daerah Riau ikut disebut-sebut berkaitan dengan tak disentuhnya bandar judi itu saat mereka bertugas di sana.

8 Desember 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SECARA mendadak Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Bambang Hendarso Danuri menggelar jumpa pers. Namun, Rabu pekan lalu itu, jumpa pers yang ia adakan hanya berlangsung sekitar enam menit. Tanpa memberi wartawan kesempatan bertanya, Bambang bergegas meninggalkan ruang Rupatama Markas Besar Kepolisian, tempat jumpa pers itu digelar. ”Saya ditunggu rapat dengan Presiden,” katanya.

Jumpa pers supersingkat itu hanya berisi bantahan Bambang tentang beredarnya kabar adanya perwira tinggi polisi yang menjadi beking judi. Kabar itu sendiri telanjur menyebar dan menjadi berita. Dua hari sebelumnya, Inspektur Pengawasan Umum Kepolisian Indonesia Komisaris Jenderal Jusuf Manggabarani memang memberikan pernyataan cukup mengejutkan.

Kepada wartawan, Jusuf saat itu mengatakan akan memeriksa tiga mantan Kepala Kepolisian Daerah dan tiga mantan Wakil Kepala Kepolisian Daerah Riau. Mereka, kata Jusuf, akan dimintai pertanggungjawaban perihal adanya perjudian beromzet miliaran rupiah di Riau yang berjalan bertahun-tahun tanpa ditindak. ”Pernyataan ini banyak disalahartikan,” kata Bambang.

Menurut Bambang, pemeriksaan yang dimaksud Jusuf adalah pemeriksaan pertanggungjawaban manajerial. Sebab, sebagai pemimpin wilayah, harusnya mereka mengetahui segala kegiatan, termasuk perjudian, di wilayahnya. ”Jadi bukan berarti membekingi judi.”

Kasus beking judi di Riau ini merebak sejak tertangkapnya bandar judi kelas kakap Candra Wijaya alias Acin, 47 tahun, pada 23 Oktober lalu. Sebelumnya, kendati Kepala Kepolisian Indonesia Jenderal Sutanto sudah menyatakan perang melawan judi sejak tiga tahun silam, bisnis Acin tak terusik. Bahkan, hingga Kepala Kepolisian Daerah Riau berganti tiga kali, Acin tetap aman sentosa menjalankan bisnis ilegalnya yang per hari beromzet miliaran rupiah itu.

Judi Acin berkembang pesat saat Kepala Kepolisian Riau dijabat Brigadir Jenderal Damanhuri sekitar tiga tahun silam. Menurut sumber Tempo, saat itu Damanhuri melakukan operasi besar-besaran terhadap kegiatan perjudian yang dikelola bandar kakap yang oleh polisi diberi kode ”DH”. Saat bandar ini hengkang ke luar negeri, posisinya diisi Acin. Acin menggelar judi jenis sie jie atau toto gelap. Saat bendera Acin mulai berkibar, Damanhuri digantikan Brigadir Jenderal Ito Sumardi. Saat itu Ito sempat menggelar operasi pembasmian judi. Setidaknya 139 penjudi ditangkap. Eh, khusus si Acin ini lagi-lagi tak tersentuh.

Demikian juga saat kursi Kepala Kepolisian Riau beralih ke Brigadir Jenderal Sutjiptadi. Saat itu jabatan Kepala Kepolisian Kota Besar Pekanbaru dipegang Syafril Nursal. Bisnis judi Acin tetap mulus. Sepak terjang Acin baru terhenti saat Brigadir Jenderal Hadiatmoko menjabat Kepala Kepolisian Riau pada Mei lalu menggantikan Sutjiptadi. Hadiatmoko, yang terusik oleh keluhan masyarakat soal maraknya toto gelap di daerah itu, diam-diam melakukan penyelidikan.

Ia, misalnya, segera membentuk tim khusus untuk menelisik judi Acin ini. Hadiatmoko juga terjun langsung mengintai gerak-gerik Acin. Mantan Direktur V Tindak Pidana Tertentu Markas Besar Kepolisian Indonesia ini juga membeli ratusan lembar kupon judi di berbagai lokasi di Riau agar bisa mengenali lokasi-lokasi penjual toto gelap di wilayahnya.

Setelah mengintai sekitar dua bulan, pada 23 Oktober lalu polisi meringkus jaringan judi Acin. Pembongkaran kelompok Acin itu diawali dengan penangkapan Acin di kompleks rumahnya, kawasan perumahan mewah Hang Tuah Ujung. Acin ditangkap saat akan pulang bersama anaknya. ”Tidak sampai satu menit, langsung saya tekuk dan borgol,” kata Hadiatmoko, yang memimpin sendiri penangkapan itu.

Beberapa menit kemudian, setidaknya 25 anak buah Hadiatmoko menggerebek markas judi Acin di sebuah rumah toko berlantai tiga di Jalan Tanjung Datuk, Pekanbaru. Di sana polisi menangkap 26 kaki-tangan Acin. Dari markas judi yang jaringannya mencapai Malaysia, Singapura, dan Thailand itu, polisi menyita belasan komputer, mesin faksimile, kertas rekapitulasi, dan uang tunai Rp 161 juta. Polisi juga menyita sepucuk pistol milik Acin.

Praktek judi Acin terbilang tertib dan rapi. Ia membentuk struktur organisasi yang terbagi dalam dua bidang: urusan menerima pesanan nomor lewat mesin faksimile, pesan pendek (SMS), atau Internet dan bagian lain yang khusus untuk melakukan rekapitulasi. Untuk mengontrol semua ini, ia menunjuk Lilies, yang masih kerabatnya. Lilies juga yang membawahkan 206 agen besar judi Acin di Sumatera dan luar Sumatera, sekaligus menerima duit setoran agen.

Dalam bisnisnya, Acin berfokus pada permainan jenis toto gelap alias togel, permainan judi dengan menebak empat angka, tiga angka, dua angka, atau satu angka. Mereka yang tepat menebak empat angka, untuk setiap pemasangan Rp 1.000, mendapat Rp 2,5 juta. Adapun yang tepat menebak satu angka—dari empat angka yang keluar—untuk setiap pemasangan Rp 1.000, mendapat Rp 12.500. Dengan berbagai variasi itu, judi ini memang laris manis di pasaran.

Pemutaran undian judi Acin berlangsung pada Minggu, Senin, Rabu, Kamis, dan Sabtu. Pengumuman nomor yang keluar dilakukan pada pukul 18.00. Tugas ini dilakukan Lilies dengan mengirim nomor yang keluar lewat sarana SMS ke ratusan agen Acin. Dalam hitungan menit, nomor pemenang sudah tersebar ke mana-mana.

Nomor yang diumumkan sebagai nomor pemenang didasari hasil pacuan kuda di Singapura. Namun, dari penyidikan polisi, pacuan kuda di Singapura hanya berlangsung pada Kamis, Sabtu, dan Minggu. ”Jadi, untuk nomor hari lainnya, tidak jelas angkanya dari mana,” ujar Hadiatmoko. Polisi menduga nomor yang keluar saat tidak ada pacuan kuda di Singapura adalah hasil buatan Acin sendiri.

Dalam perhitungan polisi, selama tujuh tahun mengelola bisnis judi, Acin telah mengeruk triliunan rupiah. Perkiraan ini berdasarkan pengakuan Lilies, yang menyebutkan omzet toto Acin mencapai Rp 4 miliar per hari. ”Ini belum termasuk judi lewat Internet,” kata Hadiatmoko. Polisi menyiapkan pasal berlapis untuk menjerat Acin, antara lain menyelenggarakan perjudian, memiliki senjata api tanpa izin, dan melakukan kejahatan pencucian uang. Pengacara Acin, Aswin E. Siregar, yang dimintai konfirmasi atas tuduhan itu, menolak berkomentar. ”Nanti saja saat di pengadilan,” katanya. Acin sendiri kini meringkuk di ruang tahanan Markas Kepolisian Daerah Riau.

Kasus judi kakap Riau ini juga menyeret puluhan aparat. Menurut Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Indonesia Inspektur Jenderal R. Abubakar Nataprawira, sekitar 60 perwira menengah, 46 perwira pertama, dan tujuh bintara sedang menjalani proses pemeriksaan. ”Mereka pejabat dan mantan pejabat yang pernah bertugas di Riau,” kata Abubakar. Kepala Kepolisian Indonesia Bambang Hendarso juga sudah mencopot Kepala Kepolisian Kota Besar Pekanbaru Komisaris Besar Moechgiarto terkait dengan judi Acin ini.

Kasus Riau ini membuat Bambang Hendarso melakukan tindakan tegas terhadap kepala kepolisian kota besar yang dinilai tak becus melibas judi di wilayahnya. Bambang, misalnya, juga mencopot Kepala Kepolisian Kota Besar Pontianak dan Kepala Kepolisian Kota Besar Samarinda. ”Pencopotan ini artinya mereka tidak pantas duduk di sana,” ujar Abubakar. Menurut Abubakar, para polisi itu juga akan diperiksa apakah mereka menjadi beking atau tidak terhadap perjudian yang ada di wilayahnya. Para kepala kepolisian kota besar itu akan diajukan ke sidang disiplin dan kode etik profesi.

Hanya, untuk level kepala kepolisian daerah, Kepala Kepolisian Indonesia rupanya tak berminat melakukan pemeriksaan. ”Tanggung jawab mereka hanya manajerial,” kata Abubakar. Sehingga, menurut Abubakar, mereka hanya dikenai sanksi teguran.

Inspektur Jenderal Ito Sumardi, yang dimintai konfirmasi Tempo soal dugaan keterlibatannya dengan kasus judi di Riau itu, menyatakan tak mengenal Acin. ”Saya tidak pernah menerima sesuatu darinya,” ujar Ito, yang kini menjabat Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan. Adapun Sutjiptadi, yang kini menjabat Gubernur Akademi Kepolisian di Semarang, Kamis pekan lalu menolak diwawancarai. Menurut Koordinator Staf Pribadi Akademi Kepolisian Komisaris Eko Sugiarto, Sutjiptadi tidak mendapat izin Kepala Kepolisian Indonesia untuk berbicara dengan wartawan tentang kasus judi Riau.

Ramidi, Martha Warta, Rini Kustiani, Jupernalis (Riau), Arif Ardiansyah (Palembang)


Tak Kunjung Menang

PERANG polisi melawan perjudian sudah terjadi sejak tiga tahun lalu. Saat itu, beberapa hari setelah dilantik menjadi Kepala Kepolisian RI, Jenderal Sutanto pada 11 Juli 2005 meluncurkan perintah harian pertamanya: pemberantasan judi. Hasilnya, dalam 10 hari, setidaknya seribu orang ditangkap karena diduga terlibat kasus perjudian. Tempat perjudian di kota-kota besar yang biasanya digelar terbuka langsung hilang.

Yang Digerebek

Jakarta: 16 kawasan perjudian besar. Antara lain Mangga Besar, Copa Cabana (Ancol), Lokasari, dan 1001 (Hayam Wuruk). Diperkirakan omzet perjudian setahun di Jakarta mencapai Rp 40 triliun.
Polisi menangkap ratu judi togel, Christine, dan tiga agen besarnya yang jaringannya meliputi Jakarta, Bogor, hingga Sukabumi. Pada awal 2008, polisi menggelar operasi judi dan menangkap 92 orang.
Medan: Bandar judi di kota ini menghilang. Penggerebekan dilakukan di kawasan judi Simpang Limun, Jalan Binjai, Jalan Pancing.
Batam: Kawasan judi dan hiburan malam di Nagoya langsung senyap. Maret 2006, polisi menangkap bandar judi Chichi, yang menjalankan bisnis judi togelnya berkedok bisnis ikan hias.

Oktober 2008

  • Polisi menggerebek perjudian di kamar suite 296 Hotel The Sultan, Jakarta
  • Polisi menyita uang tunai Rp 91,7 juta, 7 buah cincin, 4 pasang giwang, 1 liontin, kalung rantai besar, 360 pak kartu remi.
  • 15 orang ditetapkan sebagai tersangka.
  • Tujuh polisi anggota Kepolisian Resor Jakarta Pusat berpangkat brigadir sampai komisaris dikenai sanksi penundaan kenaikan pangkat hingga enam bulan karena dianggap lalai menjalankan tugas.

    22-23 November
    Polisi menggerebek jaringan perjudian online di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok. Omzet perjudian ini setiap hari diperkirakan miliaran rupiah.

    2 Desember
    Kepala Kepolisian RI mencopot Kepala Kepolisian Kota Besar Pontianak dan Samarinda karena dinilai mendiamkan perjudian di wilayahnya.

    Berlanjut ke Bambang
    Setelah Sutanto lengser, penggantinya, Jenderal Bambang Hendarso Danuri, yang dilantik jadi Kepala Polri pada September lalu, melanjutkan perang melawan judi ini. Hasilnya:

    23 Oktober 2008
    Kepolisian Daerah Riau menangkap bandar judi kakap Candra Wijaya alias Acin. Jaringannya meliputi Sumatera, Malaysia, dan Singapura.

    Korban “kasus Acin”

  • Kepala Kepolisian Kota Besar Moechgiyarto, Kepala Satuan Reserse Kriminal Komisaris Alfis Suhaili, Kepala Bagian Operasional Komisaris Edi Paryadi, dan Kepala Satuan Intel Keamanan Yulmar, dimutasi.
  • Sekitar 40 wartawan diduga turut menikmati uang hasil judi Acin.

    Aneka mesin judi yang paling banyak disita:

  • mickey mouse
  • bola setan
  • koprok
  • bakarat
  • rolet
  • kasino
  • kartu remi

    Tiga Mantan Kepala Kepolisian Daerah Ikut Diperiksa

    Inspektur Jenderal Ito Sumardi
    (Desember 2005-Januari 2007)
    Kini Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan.

    Komentar: “Tahun 2005-2006 saya menjabat Kepala Polda Riau. Saya malah menangkap judi, karena misi saya memang membersihkan judi di sana.”

    Inspektur Jenderal S. Damanhuri
    (menjabat pada 28 Januari-Desember 2005)
    Kini instruktur di Widyaswara Markas Besar Polri

    Inspektur Jenderal Sutjiptadi
    (Januari 2007- Mei 2008)
    Kini Gubernur Akademi Kepolisian

    Komentar: “Saya tidak tahu ada judi saat itu. Kalau tahu, pasti saya tindak.”

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus