Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Kancing ajaib dari malaysia

Komplotan penipuan dari malaysia, wong dkk. berhasil menipu 20 penjudi dengan kancing mejiknya. direktur sebuah sma di bandung, raden setjonegoro, kena rp 30 juta. (krim)

24 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAK Raden akhirnya terduduk. Gagal menjual tanahnya di Lembang, dekat Bandung, dia kini menyesali nasib: kehilangan Rp 30 juta. Gara-garanya, melayani tamunya dari Malaysia main tebak-tebakan kancing. Ini, jangan salah, bukan cerita baru serial Si Unyil yang populer itu. Melainkan, cerita yang sebenarnya terjadi pekan lalu di Bandung. Pak Raden yang disebut di atas ialah Raden Setjonegoro alias Tak Tjan. Direktur sebuah SMA swasta ini baru saja melapor kepada polisi bahwa ia ditipu sekelompok penjudi yang dipimpin Wong, seorang warga negara Malaysia. Caranya, Pak Guru yang mau menjual sebidang tanahnya di Lembang itu diajak ke Hotel Panghegar, tempat Wong dan seorang temannya juga dari Malaysia, Cheon Lay Hee, menginap. Maksudnya, mula-mula, membicarakan transaksi tanah. Ini merupakan pembicaraan lanjutan setelah sehari sebelumnya Wong, Cheon, dan beberapa temannya WNI asal Bangka - Tjhin Moek Soen alias Rudy, Oey Moe Tjia, Aliwadin, dan Chandra - diantar seorang makelar tanah berkunjung ke rumah Pak Tjan. Mereka, menurut Pak Tjan, tampak serius mau membeli tanahnya. Namun, karena sesuatu, pembicaraan akan dirampungkan di kamar hotel. Begitulah, Pak Tjan dan istrinya keesokan harinya menemui Wong di kamarnya. Wong, menurut Pak Tjan, banyak bercerita dan sempat menunjukkan kopornya yang berisi uang dolar Amerika. Tak dihitung, tapi Won memberitahu Pak Guru itu, jumlahnya sekitar 380.000 dolar. Uang itu, cerita Wong kepada Tjan, antara lain untuk modal berjudi. Bermula dari cerita judi inilah, menurut Pak Tjan, Wong kemudian menawarkan permainan baru: taruhan tebak-tebakan kancing. Cara mainnya mudah. Seorang mengambil sejumlah kancing dan menggenggamnya. Yang lain menebak berapa kancing yang ada di genggaman itu. Jika tepat, penggenggam kancing membayar lima kali dari jumlah taruhan. Misalnya, sebelum kancing digenggam jumlah taruhan disebut Rp 50.000, maka bandar harus membayar Rp 250.000 kepada penebak. Sebaliknya, bandar akan meraup semua uang taruhan jika tak ada peserta yang menebak secara jitu. Kendati waktu itu Pak Tjan tak membawa uang, ia mengatakan tergoda juga untuk main. la akan membayar di rumah, kalau kalah. Dia malah mau bertindak sebagai bandar. "Hanya dua jam main, saya seperti kena "mejik", kalah Rp 30 juta," tuturnya lebih lanjut. Karena merasa jumlah kekalahan itu sudah cukup besar, akhirnya, dia minta permainan dihentikan. Lalu dia mengajak Wong dan kawan-kawan ke rumahnya di Jalan Sawunggaling, menyerahkan cek kontan, karena orang Malaysia itu mengatakan perlu rupiah. Tersenyum simpul, menurut Pak Tjan, Wong menerima cek itu dan berlalu. Tapi, sebelum pamit, dia sempat janji, "Besok main lagi." Tinggallah Pak Tjan merenungi kekalahannya. "Setelah mereka pergi, baru saya sadar telah tertipu," katanya. Besoknya dia melapor kepada polisi. Dan ketika Rudy dan Aliwadin, utusan Wong, darang mengajak main lagi, mereka ditangkap. Bersama tangkapan itu, polisi kemudian menyergap Wong di kamarnya, tetapi penjudi lihai itu sudah tak di tempat. Dia kabur bersama Chandra. Yang tinggal di kamar itu hanya Cheon Lay Hee dan Oey Moe Tjia serta perlengkapan mereka. Sebuah tas, yang ditunjukkan Wong kepada Pak Tjan, disita polisi. Setelah dibuka, ternyata, isinya hanya setumpuk uang berjumlah 5.583 dolar. Semua perlengkapan dan juga teman-teman Wong kini ditahan. Kepada polisi mereka mengaku bahwa yang mengatur perjudian itu adalah Wong. "Saya merasa dibohongi," keluh Cheo Lay Hee kepada TEMPO, dalam bahasa Melayu terpatah-patah. Sampai minggu lalu, polisi Bandung sibuk mencari Wong karena, menurut seorang pemeriksa, sudah 20 orang penjudi korban komplotan ini datang mengadu. Sepucuk surat, menurut Letnan Satu Suherman, wakil komandan satuan reserse polisi Bandung, sudah dikirim kepada polisi Malaysia, meminta mereka menangkap Wong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus