Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa pertanyaan janggal diduga muncul dalam tes wawancara untuk alih status pegawai KPK menjadi aparatur sipil negara. Pertanyaan mengenai selangkangan hingga donor darah disebut muncul dalam proses tanya-jawab itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seorang pegawai KPK mengaku dalam tes wawancara dirinya awalnya mendapatkan pertanyaan mengenai pendapatnya bila menjadi ASN dan gajinya dikurangi. Namun, yang membuatnya heran adalah pertanyaan kemudian merembet seputar seks bebas dan pornografi. Dia mengaku ditanya pendapatnya mengenai dua hal tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Setuju atau enggak (pornografi) diblokir, orang dewasa boleh nonton apa enggak. Tidak relevan dengan pekerjaan sekarang,” kata dia, Kamis, 6 Mei 2021.
Tidak berhenti di situ, dia mengatakan si pewawancara kemudian menanyakan pendapatnya tentang pesta seks. “Ngalor-ngidul deh,” kata dia.
Di luar itu, dia mengatakan pewawancara juga bertanya mengenai pendapatnya tentang penembakan anggota Laskar FPI dan pembantaian orang yang dituduh PKI pada 1965. Dia menceritakan proses tanya-jawab dalam wawancara itu berlangsung selama hampir satu jam dengan dua orang sebagai pewawancara.
Seorang pegawai lainnya punya pengalaman berbeda. Dia menceritakan ditanya pendapatnya mengenai donor darah. “Mau terima donor dari non-Muslim enggak?” kenang dia.
Tes wawancara kepada pegawai KPK merupakan bagian dari proses alih status menjadi ASN. Wawancara dilaksanakan setelah para pegawai menjalani tes wawasan kebangsaan yang berbentuk ujian tulis. Pertanyaan dalam tes tulis itu sebelumnya juga menjadi sorotan karena dinilai janggal. Misalnya saja pegawai KPK ditanya mengenai salat subuh pakai doa qunut atau tidak.
Dari tes ini, 75 pegawai dinyatakan tidak lolos. KPK dan Badan Kepegawaian Negara yang menggelar tes tersebut belum memiliki keputusan mengenai nasib puluhan pegawai yang tidak lolos tersebut. Sementara, Indonesai Corruption Watch menilai tes ini hanya akal-akalan untuk menyingkirkan orang yang dianggap trengginas melakukan penindakan korupsi di KPK.