Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Kementerian HAM Dorong Penyelesaian Konflik di Papua Melalui Rekonsiliasi dan Perdamaian

Kementerian HAM menilai cara kekerasan bukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah Papua.

18 April 2025 | 17.54 WIB

Evakuasi korban pembunuhan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Bandar Udara Nop Goliat, Kecamatan Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, 11 April 2025. Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz berhasil mengidentifikasi enam dari sebelas pendulang emas yang tewas dibunuh KKB di Muara Kum, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, dan lima orang pendulang lainnya masih dilakukan identifikasi identitasnya oleh aparat gabungan TNI dan Polri. Antara/Humas Satgas Damai Cartenz
Perbesar
Evakuasi korban pembunuhan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Bandar Udara Nop Goliat, Kecamatan Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, 11 April 2025. Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz berhasil mengidentifikasi enam dari sebelas pendulang emas yang tewas dibunuh KKB di Muara Kum, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, dan lima orang pendulang lainnya masih dilakukan identifikasi identitasnya oleh aparat gabungan TNI dan Polri. Antara/Humas Satgas Damai Cartenz

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Hak Asasi Manusia atau HAM mengatakan konflik di Papua yang masih berlangsung hingga saat ini sebaiknya diselesaikan lewat rekonsiliasi dan perdamaian. Direktur Jenderal Instrumen dan Penguatan Hak Asasi Manusia Nicholay Aprilindo mengatakan prihatin dengan konflik tersebut karena menimbulkan banyak korban dan nyawa yang sia-sia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Kami mendorong upaya rekonsiliatif yang menjadi pintu menuju perdamaian. Kami bangun Papua dalam semangat ini yaitu rekonsiliasi dan perdamaian," kata Nicholay saat berkunjung ke Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan pada Kamis, 17 April 2025, dikutip lewat keterangan resmi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari kunjungan yang juga menemui ratusan pengungsi di Distrik Kenyam itu, Nicholay mengatakan cara kekerasan bukan jalan keluar untuk masalah di Papua. Apalagi, banyak pengungsi yang ia kunjungi sudah lama tidak kembali ke rumahnya masing-masing.

"Itu semangat utamanya kami hadir di Kabupaten Nduga ini untuk menemui pengungsi yang sudah sejak lama tidak kembali ke rumahnya masing-masing akibat konflik. Kita berharap dari Nduga inilah lahir semangat rekonsiliasi dan perdamaian itu," kata Nicholay.

Nicholay menilai bahwa konflik di Papua merupakan persoalan kompleks yang perlu diselesaikan secara bertahap. Menurut dia, langkah awal yang tepat adalah dengan mengedepankan aspek kemanusiaan. Dengan semangat rekonsiliasi dan perdamaian, Kementerian HAM berharap kondisi di Papua dapat perlahan membaik hingga tercipta suasana yang aman.

"Semua pihak yang berkepentingan bisa bertemu dan tidak boleh ada lagi kekerasan, peperangan, penindasan, saling curiga yang bahkan berujung pada kematian termasuk korban masyarakat sipil, perempuan dan anak-anak," kata dia.

Ia menyampaikan keprihatinannya karena masih banyak anak-anak usia sekolah yang harus hidup di pengungsian. Oleh karena itu, menurut Nicholay, negara harus benar-benar hadir secara nyata di Nduga dengan komitmen politik yang kuat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

“Buat saya konflik kemanusiaan yang mengakibatkan ribuan pengungsi Nduga bukan hanya soal keamanan, tetapi lebih dari itu, yakni soal tata kelola resolusi konflik secara nasional, tata kelola daerah dan soal hak konstitusional warga negara," kata dia.

M. Rizki Yusrial

Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam ini mulai bergabung ke Tempo pada 2024. Awal karier aktif meliput isu ekonomi dan bisnis

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus