Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Korban kepercayaan

Tasrip,26, memperkosa dan membunuh anak bawah umur. hubungan pelaku dengan korban seperti anak dan ayah. mereka bertetangga.

24 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INILAH pemerkosaan paling sadis yang pernah saya temukan,'' kata Abdul Mun'im Idris. Komentar dokter forensik yang sudah 20 tahun menekuni bidangnya di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini ditujukan bagi penodaan terhadap Nani (bukan nama sebenarnya) Ahad pekan lalu. Gadis berusia 7,5 tahun, penduduk Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru, itu tewas mengenaskan. Menurut sumber di kepolisian, Nani tewas dicekik setelah dinodai. Kelamin anak kelas dua SD ini koyak sampai ke pelepasannya. Kepada polisi, tersangka Tasrip, 26 tahun, mengaku menggigit bibir Nani karena gemas. Penganggur ini bahkan memakai tangan kanannya untuk berbuat cabul. Belum pasti apakah ia mengidap kelainan seksual. ''Tasrip akan diperiksa oleh psikiater,'' kata sumber TEMPO di Kepolisian Resor Jakarta Selatan. Tindakan pemerkosaan sadistis terhadap anak kecil ini, menurut Psikiater Dadang Hawari, merupakan perilaku seksual yang menyimpang. Untuk mengetahui motivasi dan gambaran kejiwaannya, perlu dilakukan analisa. ''Sebab, kasus semacam ini tampaknya cenderung meningkat,'' katanya. Kenapa? ''Karena pengaruh modernisasi,'' ujar Dadang, yang pekan ini menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai guru besar di Universitas Indonesia. Ibu Nani, Warsiyem, janda beranak dua, tidak menyangka Tasrip tega menganiaya anak bungsunya itu. Hubungan Tasrip dan Nani selama ini seperti ayah dan anak. Mereka tetangga dekat. Sehari sebelum dinodai, Nani, bersama kakak perempuannya dan teman gadisnya, mandi bersama Tasrip. ''Saya tidak curiga melihat hubungannya dengan anak-anak,'' kata Warsiyem, penjual nasi. Rupanya kepercayaan itu disalahgunakan Tasrip. Saat gadis ayu berkulit kuning itu bermain ke rumah Tasrip, ternyata lelaki yang sudah beristri ini terdorong berbuat jahat. Apalagi hari itu istrinya, yang sehari-hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tidak berada di rumah. Siang itu, setelah menodai Nani, Tasrip berlagak bingung. Ia berteriak-teriak sambil menyebutkan Nani tewas akibat terjatuh dari tangga. Tapi, menurut hasil pemeriksaan dokter, Nani tewas dianiaya. Hari itu juga, ketika berkemas hendak minggat, Tasrip diciduk polisi. Gatot Triyanto dan Indrawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus