Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Kronologi Hilangnya Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni Saat Kontak Senjata dengan TPNPB

Jaringan Damai Papua (JDP) mengungkap hilangnya Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni saat kontak senjata dengan TPNPB di Moskona Barat.

22 Desember 2024 | 09.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Jaringan Damai Papua (JDP), Yan Christian Warinussy mengungkap kronologi hilangnya Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni AKP Tomi Samuel Marbun hilang saat terjadi kontak senjata dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Yan, kedatangan pasukan Polres Teluk Bintuni ke Moskona Barat, Papua Barat untuk menjemput warga yang hendak kembali ke kampung halamannya, yaitu dua warga sipil yang pernah menyerahkan diri beberapa bulan lalu bernama Silas Meyem dan Toni Orocomna.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Rupanya saat Pasukan Anggota Polres Teluk Bintuni tersebut menyisir dari Kampung Meyes hendak menuju Moskona Barat,  saat itulah terjadi kontak senjata dengan anggota TPNPB Batalion Moskona," tutur Yan dalam keterangan tertulis, Jumat, 20 Desember 2024.

Dalam kontak senjata tersebut pasukan Polres Tekuk Bintuni melarikan diri dengan menyeberangi sungai menggunakan perahu fiber. Saat itu, kata dia, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Telum Bintuni, AKP Tomi Semuel Marbun tenggelam. 

"Hingga saat ini yang bersangkutan belum ditemukan, sementara ke-14 anggota lainnya diinformasikan Selamat," ujar Yan. 

"Tembak menembak tersebut berlangsung sekitar 1 (satu) jam di dekat wilayah yang Berawa dan dekat sungai," ucap dia dalam keterangan resminya pada Jumat, 20 Desember 2024.

Yan menjelaskan bahwa kontak senjata tersebut bukanlah serangan dari militer TNI maupun Polri ke Kelompok kriminal bersenjata (KKB). Menurutnya, narasi yang menyebut bahwa serangan sudah direncanakan tidak benar adanya. 

"JDP ingin meluruskan informasi ini agar tidak terjadi upaya penyesatan publik," ucap Yan. 

Dalam upaya menghentikan kontak senjata yang berkelanjutan, JDP mengimbau aparat penegak hukum (APH) yang berada di wilayah Papua agar menggunakan pendekatan persuasif bernuansa sosio-kultural dan sosio-antropologis saat menyelesaikan gangguan keamanan. 

"Hal ini penting demi menghindari terjadinya konflik bersenjata yang berujung adanya korban sia-sia," ucap Yan. "Apalagi di masa menjelang perayaan Natal Tahun 2024," katanya.

Yan menyayangkan dipakainya pendekatan keamanan yang bersifat hard atau keras oleh TNI dan Polri ketika berhadapan dengan TPNPB, seperti yang terjadi di Moskona pada Rabu, 18 Desember 2024

Padahal Moskona Barat, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat dan wilayah Aifat, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya bisa dibilang wilayah yang cukup damai. 

Sementara itu, Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom mengklaim bahwa kontak senjata antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan kelompoknya merupakan bentuk serangan. 

"Militer Indonesia telah melakukan penyerangan ke markas TPNPB di Batalion Moskona," kata Sebby Sambom dalam siaran persnya, Jumat, 20 Desember 2024. 

Sebby juga mengklaim bahwa hingga saat ini, anggota TNI masih terus berdatangan ke wilayah TPNPB. "Sejak Jumat pagi, aparat militer Indonesia terus dikirim dan telah memasuki wilayah operasi TPNPB dari Batalion Moskona melalui hutan, rawa dan udara. Maka saat ini pasukan sedang siaga satu," tutur dia. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Ā© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus