USIA bisnis prostitusi adalah seumur dunia. Ini lazimnya diikuti dengan tumbuh suburnya jaringan perdagangan wanita. Dan dua pekan lalu, polisi menggulung sebuah sindikat di Balikpapan yang mengirimkan wanita ke Tawao, Sabah. Awal kisah pencarian gadis-gadis itu seperti cerita pendek saja. Sebelumnya, muncul heboh pengiriman ''artis'' ke Jepang oleh sebuah perusahaan di Jakarta. Di sana, para ''artis'' itu dipaksa melayani tamu di pub dan klub malam sampai melewati batas. Merasa dikibuli, sebagian dari mereka fotonya dipasang di bawah ini minta dipulangkan ke Jakarta. Lalu mereka menggugat dan menuntut ganti rugi Rp 1,3 miliar per orang. Persidangan kasus ini sedang berjalan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Bagaimana pula nasib teman-teman mereka yang kini bertebaran di 13 provinsi di Jepang? Apakah mereka dalam cengkeraman Yakuza organisasi mafia Jepang seperti dialami cewek-cewek yang dipasok ke Brunei untuk membeking urusan bisnis? Di luar yang disebut di atas, banyak pula wanita dari Medan menyerbu Batam. Mungkin karena lahan di Medan kian sempit, dan Batam memberi prospek sebagai surga baru. Kini Batam bukan cuma pusat industri berat dan ringan, tapi juga industri seks. Pada Tahun Baru Cina dua tahun lalu, pelacuran di Batam pernah kosong. Ternyata mereka sudah di-booking di Singapura. Saking minusnya stok pelacur, pembantu pun ada yang nimbrung menjadi pelacur. Batam juga diperebutkan pelacur peranakan Cina dari Kalimantan Barat dan jika ada kesempatan, mereka ramai berlayar ke Singapura. Maka, pekan ini TEMPO menampilkan kisah lika-liku jaringan tersebut dalam Laporan Utama ditambah sebuah penelitian tentang prostitusi di kampus Universitas Airlangga, Surabaya.Zakaria M. Passe
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini