GUDANG Kantor Bea Cukai (BC) Medan di Jalan Diponegoro, 14
September lalu kemalingan. Di bawah hidung penjaga malam
bersenjata, setelah menyikat 5 koli cita sari (bahan pakaian
wanita India) dan 4 set tongkat golf, pencurinya masih sempat
meninggalkan pesan pop " .... maaf Oom, maka saya curi karena
tak ada duit buat pacaran. Saya lagi penasaran. Biasa, hobby."
Maling itu jelas masuk lewat lantai II gedung BC, dengan cara
mempreteli jendela dan memanjat kamar mandi, lalu merayap masuk
ke kamar kerangkeng tempat menimbun barang.
Ternyata bukan baru kali itu saja gudang BC Medan digerayangi si
panjang tangan. Dan tidak lucunya lagi, si maling secara
berturut-turut sejak perte ngahan bulan kemarin ini, selalu
mengambil barang-barang selundupan eks pesawat SMAC yang
diringkus di lapangan udara Polonia bulan puasa lalu. Bisa
terjadi begitu, diduga keras, berkat kerja sama yang licin
antara pencuri dengan petugas penjaga malam BC sendiri. Begitu
keterangan Kepala Kejaksaan Tinggi, Sukardi SH, di Medan kepada
TEMPO.
Orang jadi menduga yang tidak-tidak. Apakah pencurian itu hanya
satu cara untuk mengeluarkan barang selundupan dari tempat
penyitaannya? Itu masih diselidiki. Seperti cerita tentang
mendaratnya pesawat SMAC yang tengah diusut. Begini.
Dengan tersendat-sendat pesawat SMAC carteran Gopal, pemilik
toko alat-alat olahraga di Jalan Cik Ditiro Medan, 20 Agustus
malam lalu, memberitahukan pendaratannya di Polonia dari
Singapura. Yang menarik perhatian petugas BC yang piket malam
itu, SMAC tidak memarkir di terminal bagi penerbangan
internasional. Bahkan lebih jauh pula dari tempat parkir pesawat
lokal. Sangat mencurigakan. Segeralah petugas BC bertindak. SMAC
digerebek. Pilot Pieter tak dapat menunjukkan daftar penumpang
atau pemberitahuan barang bawaan (manifest). Padahal dalam
pesawat itu terdapat 20 koli cita mewah dan 85 tongkat golf.
Si Bisu Edi
Gopal dituduh sebagai pemilik barang. Untuk
mempertanggungjawabkan penyelundupannya, ia ditahan terpisah
dengan pilot Pieter di penjara di Jalan Listrik. Barang
selundupannya ditimbun di gudang BC. Kedua petugas yang menjaga
barang-barang sitaan itu baru tahu kalau sebagian telah dicuri
orang, setelah melihat loteng gudang tercongkel dan asbes
berserakan di sana-sini. Anehnya tak ada barang lain yang hilang
dari sana. Kecuali barang tahanan milik Gopal yang tentu saja
telah berkurang darijumlah semustinya. Itulah yang mencurigakan.
"Jangan-jangan memang ada oknum yang main di sini," bisik
seorang pejabat kejaksaan. Sebab, "kok hanya barang si Gopal
saja yang tercuri -- seperti sudah diatur saja."
Siapa yang ikut main bersama pencuri tengah diusut. Dua penjaga
malam Jono dan Simanjuntak, sudah mulai diperiksa. Yang menarik
ialah, ketika kejaksaan juga mengusut si bisu tukang pijat
bernama Edi, tiga hari setelah peristiwa pencurian. Edi memang
sering tampak keluyuran sekitar kantor BC. Ketika ia memijat
salah seorang petugas BC, dia bercerita pernah menerima uang Rp
5 ribu dari tiga orang, yang dikenal ciri-cirinya, sebagai upah
mengangkut barang dari kantor BC. Edi bercerita melalui gerak
tangan dan suara-suara bisunya.
Dari Edi itulah kejaksaan memulai pengusutan. Beberapa tongkat
golf dapat diperoleh kembali dari salah sebuah toko alat
olahraga di Kesawan. Namun hingga sekarang belum tampak ada
sebuah tokopun di Kesawan yang kena tutup atau disegel jaksa.
Dari sebuah rumah di Jalan Krakatau juga berhasil disita kembali
5 gulung tekstil yang diduga keras berasal dari gudang BC yang
kecolongan.
Tim anti banditisme kepolisian Medan telah dikerahkan oleh
Letkol Pol. Sariaman Panjaitan untuk mencari tiga orang yang
digambarkan Edi. "Identitas orang-orang itu sudah diketahui,"
kata seorang Tekab. Termasuk penghuni rumah di Jalan Krakatau
yang buron sejak ada tekstil yang disita petugas dan sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini