Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Malu susu

Ferryanto, kabag logistik lembaga karya dharma menilap 15 ton susu senilai rp 60 juta bantuan mee untuk masyarakat ja-tim. susu tersebut dijual di pasar turi, surabaya. kini kasusnya ditangani polisi.

23 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERBUATAN Ferryanto, 50 tahun, benar-benar memalukan negara. Kepala Bagian Logistik Lembaga Karya Dharma (LKD) Surabaya itu menilap 15 ton susu senilai Rp 60 juta bantuan MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa). Padahal, susu tersebut jatah proyek kemanusiaan untuk masyarakat Jawa Timur. "Kami merasa tertampar dan sangat malu Tujuan kemanusiaan yang sudah kami rintis bertahun-tahun dibikin rusak," kata Dwidjowasito, Direktur LKD. Karena itu, Kamis pekan lalu kasus ini dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Surabaya. LKD yang berada di bawah Keuskupan Surabaya itu satu lembaga swasta nasional yang bergerak di bidang sosial. Lembaga yang dipercaya mendistribusikan bantuan luar negeri itu selain di Surabaya juga ada di Semarang, Cilacap, Palembang, dan Jakarta. Tugas kemanusiaan yang diemban LKD sejak 1963 itu dikoordinasikan Catholic Relief Service (CRS) di Jakarta. Bantuan yang disalurkan, menurut Yos Kastari, Kepala Bagian Program LKD Surabaya, berupa bahan makanan seperti susu bubuk, bulgur, dan tepung terigu. Susu bubuk, misalnya, ditujukan untuk anak sekolah serta masyarakat melalui Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) atau poliklinik di desa-desa. Kemudian, sejak 1981, LKD Surabaya diminta menyalurkan susu bubuk bantuan MEE. Selain di Jawa Timur, bantuan itu dibagikan juga kepada masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT), Irian Jaya, dan Indonesia Bagian Timur lainnya. Bantuan MEE itu didrop setiap 6 bulan sekali, berdasarkan permintaan. Rata-rata per jiwa 4 kg bulgur dan 2 kg susu bubuk. Untuk mengetahui kebutuhan di lapangan, LKD menempatkan petugasnya di daerah. Data dari lapangan disampaikan ke bagian program. Lalu bagian program minta ke logistik. Petugas tadi memantau berapa yang harus diterima dan yang disalurkan. "Dari sini ketahuan apakah bantuan itu ada yang kesasar atau tidak, kata Yos Kastari. Sampai 1986, semua kegiatan berjalan mulus. Awal 1987 LKD Surabaya menerima 118 ton susu dari MEE. Saat itulah, Ferryanto mulai main. Tanpa setahu direktur dan kepala bagian program, Ferryanto mengeluarkan delivery order (DO) palsu. Dua di antaranya memperbesar jumlah DO. "Kalau kami menginstruksikan pengeluaran 10 ton, misalnya, diubahnya menjadi 15 ton," kata sumber TEMPO. Hingga Juni 1987, Ferry berhasil menilap 15 ton susu. "Sebab, sejak Juli tahun itu juga kecurangan Ferryanto mulai tercium atasannya," kata sumber tadi. Ketika itu Ferryanto berdalih, 15 ton susu itu dikirim ke NTT. Alasan itu aneh. Sebab, 118 ton susu itu jatah Jawa Timur saja. "Kalau dia berdalih dikirim ke NTT, artinya NTT menerima kelebihan bantuan," kata sumber tersebut. Ternyata NTT tidak pernah menerima bantuan 15 ton susu itu. Namun, keterangan yang diperoleh TEMPO dari Polda Jawa Timur menyebutkan, susu bubuk itu bertahap dilego Ferry kepada sejumlah toko di Pasar Turi, Surabaya. Perbuatan Ferry memang berani. Sebab, pengecekan CRS sangat rapi, sehingga menyulitkan seseorang berbuat curang. Apalagi laporan pengeluaran dan realisasi penyaluran bantuan ada pada CRS Jakarta. Kalau ada ketidakcocokan sedikit, cepat ketahuan. Kasus penggelapan itu, menurut sumber polisi, "akan segera kami tuntaskan, karena menyinggung nama negara." Sedangkan ulah Ferryanto itu membuat LKD Surabaya menerima getahnya. "Akibat kejadian itu, tak ada pilihan lagi, bantuan lewat LKD saat itu juga kami tutup," kata sumber di CRS Jakarta yang enggan disebut namanya pada Ardian T. Gesun dari TEMPO. Sedangkan Ferryanto sejak Juli 1988 sudah tidak lagi menjabat kepala logistik LKD Surabaya. Dan ketika wartawan TEMPO datang menemuinya di rumahnya, dia menampiknya. Ferry hanya menjawab lewat mulut anaknya. "Ini perkara kecil. Sebenarnya masalahnya sudah selesai," katanya. GT dan Jalil Hakim (Biro Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus