PREMAN di Sumatera Utara, yang sepuluh tahun ini hidupnya sopan, kini beringas lagi. Seminggu terakhir ini, pemilik toko-toko di Binjai, 22 km dari Medan, malah terpaksa menggulung jualannya. Mereka takut jadi korban perkelahian dua kelompok preman di kota rambutan tersebut. Kedua kelompok itu, dipimpin Raja Inget dan Robert, cekcok sejak enam bulan lalu. Awalnya ketika kelompok Robert meminta hasil "uang keamanan" dibagi dua. Belasan tahun sudah uang yang jumlahnya Rp 150.000 sampai Rp 300.000 per hari itu ditagih kelompok Raja Inget dari para pedagang di Pasar Tavip, Binjai. Sebuah sumber di Kodim Binjai mengatakan, Raja Inget menolak permintaan Robert. "Kami yang merintis lahan di Pasar Tavip, kok enak saja mereka mau merampoknya," kata Raja, seperti dikutip sumber itu. Sejak itulah kedua kelompok tersebut pada cari gara-gara dan biasa main tikam sehingga Letnan Kolonel Ngadiono, Kapolres Langkat, memutuskan membuat pos. Toh, pertikaian bukan berakhir, malah menjalar sampai ke luar pasar. Apalagi setelah rumah Raja Inget ikut diobrak-abrik dan lawannya tega memotong telinga kiri istrinya. Karena tenaga intinya cuma 20-an, Raja lalu mengundang teman preman dari luar Binjai. Kedua kelompok intai-mengintai. Tapi yang korban bukan sesama mereka saja. Malam 2 Juni lalu malah sasarannya Agustina. Gadis cantik usia 24 tahun ini penyanyi rok, kasidah, dangdut, pemain voli, dan pesilat. Menjelang tengah malam, selesai manggung di pentas perkawinan, Agustina diantar pulang Robert. Di tengah jalan, Suzuki Carry yang dikemudikan Robert dipepet jip Toyota Canvas. Robert menghentikan kendaraannya. Tapi, secepat itu seorang penumpang Toyota turun, dan segera membuka pintu di samping Agustina. Begitu pintu terbuka, sebuah tikaman menusuk pipi kiri Agustina. Tikaman berikut masuk ke batok kepala gadis lulusan SMA itu. Robert tertegun ketika Agustina melompat turun. Sebelum jurus silatnya keluar memberikan perlawanan, orang tadi menghunjamkan pisaunya ke tubuh Agustina. Robert kabur dengan mobilnya, untuk melaporkan kejadian itu ke Polres Langkat. Polisi datang menyaksikan Agustina bermandi darah. Dia tewas, terkapar di tepi jalan. Penduduk mengerumuni mayatnya yang dipenuhi 15 liang tikaman. "Putri saya korban preman," kata Tengku Hasan, pegawai Kejaksaan Negeri. Mudah saja bagi Ngadiono menangkap dua penumpang jip tadi. Robert dan penduduk setempat sempat memberikan ciri dan nomor pelat mobil tersebut. Dari data Ditlantas Polda Sumatera Utara diketahui mobil yang dicari itu didaftarkan di Kabanjahe, Tanah Karo. Pada 6 Juni lalu Hendra, alias Serjon, 30 tahun, si pemilik mobil, dan T. Surbakti, 24 tahun, ditangkap di rumahnya di Kabanjahe, 102 km dari Binjai. Hingga akhir pekan lalu, mereka menolak mengaku menikam Agustina. Kini polisi berusaha menangkap dua lagi penumpang Toyota tadi, yang persembunyiannya sudah diketahui. Mereka tinggal ditangkap saja. Menurut Ngadiono, para pembunuh itu sebelum beraksi lebih dahulu menenggak minuman keras, kemudian tenggen. "Ini pembunuhan spontanitas yang emosional," katanya kepada TEMPO. Namun, mengapa wanita yang korban? Mengutip keterangan Serjon dan Surbakti, menurut Ngadiono, mereka menyangka Agustina itu laki-laki. Apalagi Agustina yang rambutnya dipotong pendek itu bercelana jeans. Ngadiono tak mau mengambil risiko lebih besar, sehingga perlu mengirim sepeleton Brimob, yang terus-menerus melakukan razia di Binjai. Apalagi dalam pekan-pekan ini terdengar kabar kedua kelompok tersebut berikrar memperpanjang aksi baku tikam. MS, Affan Hutasuhut, dan Sarluhut Napitupulu (Medan)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini