Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Mayat tak dikenal, semakin banyak

Makin banyak mayat tak dikenal, dan tak terungkap mayat terpotong 13 walau sudah setahun lebih tetap misterius. polisi menghadapi hambatan. (krim)

25 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMPAI dikuburkan Selasa pekan lalu, mayat wanita dalam karung yang ditemu kan di Banjir Kanal, Kali Jodo, Jakarta Barat itu, tetap belum dikenali. Daging tubuhnya yang telah hancur terendam air kali, makin menyulitkan penyidikan. Kepala mayat itu terpisah dari badan. Tapi apakah ia mati karena dipenggal atau hanya dicekik, lalu kepalanya terpisah dari badan akibat proses pembusukan, belum bisa ditentukan. Juga dua buah gigi depannya yang tanggal, masih tanda tanya. Sebab, bisa saja gigi itu lepas karena gigitan air kali yang tercemar polusi, dan bukannya akibat pukulan benda tumpul. Tapi karung dan kabel yang melilit perutnya jelas menunjukkan ia korban pembunuhan. Identitas mayat itu sebenarnya tak gelap betul. Capa Tukiyo Sumino, Dan Serse Kosek 703-03 Tambora, yang ikut memeriksa mayat sesaat setelah diangkat dari sungai, menjumpai tanda-tanda ini: ia mengenakan rok terusan batik bermotif kembang dengan dasar warna biru. Bahkan label Rama Shinta masih jelas bisa dibaca di roknya. Celana dalam warna cokelat muda yang tepinya berenda, masih terpakai. Tapi mayat itu tak berkutang. Rambutnya hitam lurus sebatas bahu, diikat karet gelang putih dan hijau. Giginya, menurut Tukiyo, "rapi, tapi agak tonggos Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia (LKUI) yang kemudian memeriksa mayat tersebut, memperjelas gambaran: diperkirakan mayat itu meninggal paling tidak sepuluh hari sebelum ditemukan. Tingginya sekitar 155 sentimeter, berusia 20-25 tahun. Tubuhnya sedang, sedikit montok. "Tak ada ciri-ciri khusus," kata dokter Arif Budiyanto dari LKUI. Sayang sidik jarinya tak lagi bisa diambil, karena tangannya sudah membusuk. Mayat itu mengingatkan pada "mayat terpotong 13" yang ditemukan di Jalan Jenderal udirman, Jakarta Pusat November 1981, yang sampai kini pun tetap misterius. Dan seperti halnya mayat dalam kardus itu, mayat dalam karung di Kali Jodo pun cukup mengundang orang datang ke kamar mayat RSCM. Mereka mencocokkan si mayat dengan anggota keluarga yang hilang. Satu di antaranya Mad Sani, yang merasa kehilangan Muriah, anak gadisnya. (libat box). Namun tak satu pun yang cocok. Ternyata selain mayat Kali Jodo dan mayat terpotong 13, masih ada lagi yang tetap misterius. Seminggu setelah ditemukan mayat di Kali Jodo, sesosok mayat wanita lain yang konon sedang hamil muda juga ditemukan di belakang Gudang Depot Pertamina Plumpang II, Jakarta Utara. Di lehernya ada tanda bekas cekikan, kepalanya luka memar. Lalu sesosok mayat wanita dengan luka hampir sama, ditemukan pula di tepi Sungai Cidepit, dekat lapangan golf Tegal Sapi, Bogor. Terakhir, Minggu pekan lalu, seorang wanita muda tertatih-tatih datang ke Rumah Sakit Cianjur. Kepalanya luka parah, seperti bekas bacokan dan di vaginanya terdapat cairan sperma. Ia meninggal sebelum sempat memberi keterangan. Dan polisi Kores 824 Cianjur menduga, wanita itu korban perkosaan dan penganiayaan. Identitas mayat-mayat wanita itu, sampai pekan lalu belum diketahui dengan pasti. Hanya, mereka rata-rata berusia muda. Menurut pihak LKUI, sekitar 68% korban pembunuhan atau yang diduga dibunuh, berusia antara 19-39 tahun. Meski belakangan ini banyak korban wanita, persentasenya tetap kecil dibanding mayat laki-laki tak dikenal. Data LKUI menyebutkan, dari 514 korban pembunuhan atau yang diduga akibat pembunuhan tahun 1978-1980 di Jakarta, hanya 118 wanita. Selebihnya, 396 laki-laki. Pada tahun 1982 ini angka pembunuhan di Jakarta tak cukup menonjol dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai Oktober lalu, menurut Wakil Dan Serse Kodak Metro Jaya, Letkol. Pol. Yasa Tohjiwa, "kasus pembunuhan tercatat ada 113." Paling banyak terjadi pada bulan Agustus (17 kali), menyusul bulan Maret (15 kali) dan Oktober (14 kali). Tahun sebelumnya, 1981, ketika mayat terpotong 13 ditemukan, menurut Yasa angka korban pembunuhan cukup tinggi, yaitu 151 kasus. Bahkan LKUI mencatat angka jauh lebih tinggi: 229 kasus. Terdiri 43 kasus pembunuhan anak-anak dan 186 lainnya orang dewasa. Untuk tahun ini pun, anka yang di catat LKUI lebih banyak, 126 kasus. Tiga puluh di antaranya kasus pembunuhan bayi. Letkol. Yasa mengakui, memang tak semua kasus pembunuhan bisa terungkap tuntas. Dari sejumlah 113 kasus vang terjadi tahun ini (sampai dengan Oktober), misalnya, baru 76 yang bisa diselesaikan atau pelaku pembunuhnya diajukan ke pengadilan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus