SAMPAI dikuburkan Selasa pekan lalu, mayat wanita dalam karung
yang ditemu kan di Banjir Kanal, Kali Jodo, Jakarta Barat itu,
tetap belum dikenali. Daging tubuhnya yang telah hancur
terendam air kali, makin menyulitkan penyidikan.
Kepala mayat itu terpisah dari badan. Tapi apakah ia mati karena
dipenggal atau hanya dicekik, lalu kepalanya terpisah dari badan
akibat proses pembusukan, belum bisa ditentukan. Juga dua buah
gigi depannya yang tanggal, masih tanda tanya. Sebab, bisa saja
gigi itu lepas karena gigitan air kali yang tercemar polusi, dan
bukannya akibat pukulan benda tumpul. Tapi karung dan kabel yang
melilit perutnya jelas menunjukkan ia korban pembunuhan.
Identitas mayat itu sebenarnya tak gelap betul. Capa Tukiyo
Sumino, Dan Serse Kosek 703-03 Tambora, yang ikut memeriksa
mayat sesaat setelah diangkat dari sungai, menjumpai tanda-tanda
ini: ia mengenakan rok terusan batik bermotif kembang dengan
dasar warna biru. Bahkan label Rama Shinta masih jelas bisa
dibaca di roknya. Celana dalam warna cokelat muda yang tepinya
berenda, masih terpakai. Tapi mayat itu tak berkutang.
Rambutnya hitam lurus sebatas bahu, diikat karet gelang putih
dan hijau. Giginya, menurut Tukiyo, "rapi, tapi agak tonggos
Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia (LKUI) yang kemudian
memeriksa mayat tersebut, memperjelas gambaran: diperkirakan
mayat itu meninggal paling tidak sepuluh hari sebelum ditemukan.
Tingginya sekitar 155 sentimeter, berusia 20-25 tahun. Tubuhnya
sedang, sedikit montok. "Tak ada ciri-ciri khusus," kata dokter
Arif Budiyanto dari LKUI. Sayang sidik jarinya tak lagi bisa
diambil, karena tangannya sudah membusuk.
Mayat itu mengingatkan pada "mayat terpotong 13" yang ditemukan
di Jalan Jenderal udirman, Jakarta Pusat November 1981, yang
sampai kini pun tetap misterius. Dan seperti halnya mayat dalam
kardus itu, mayat dalam karung di Kali Jodo pun cukup mengundang
orang datang ke kamar mayat RSCM. Mereka mencocokkan si mayat
dengan anggota keluarga yang hilang. Satu di antaranya Mad Sani,
yang merasa kehilangan Muriah, anak gadisnya. (libat box). Namun
tak satu pun yang cocok.
Ternyata selain mayat Kali Jodo dan mayat terpotong 13, masih
ada lagi yang tetap misterius. Seminggu setelah ditemukan mayat
di Kali Jodo, sesosok mayat wanita lain yang konon sedang hamil
muda juga ditemukan di belakang Gudang Depot Pertamina Plumpang
II, Jakarta Utara. Di lehernya ada tanda bekas cekikan,
kepalanya luka memar. Lalu sesosok mayat wanita dengan luka
hampir sama, ditemukan pula di tepi Sungai Cidepit, dekat
lapangan golf Tegal Sapi, Bogor.
Terakhir, Minggu pekan lalu, seorang wanita muda tertatih-tatih
datang ke Rumah Sakit Cianjur. Kepalanya luka parah, seperti
bekas bacokan dan di vaginanya terdapat cairan sperma. Ia
meninggal sebelum sempat memberi keterangan. Dan polisi Kores
824 Cianjur menduga, wanita itu korban perkosaan dan
penganiayaan.
Identitas mayat-mayat wanita itu, sampai pekan lalu belum
diketahui dengan pasti. Hanya, mereka rata-rata berusia muda.
Menurut pihak LKUI, sekitar 68% korban pembunuhan atau yang
diduga dibunuh, berusia antara 19-39 tahun.
Meski belakangan ini banyak korban wanita, persentasenya tetap
kecil dibanding mayat laki-laki tak dikenal. Data LKUI
menyebutkan, dari 514 korban pembunuhan atau yang diduga akibat
pembunuhan tahun 1978-1980 di Jakarta, hanya 118 wanita.
Selebihnya, 396 laki-laki.
Pada tahun 1982 ini angka pembunuhan di Jakarta tak cukup
menonjol dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai Oktober lalu,
menurut Wakil Dan Serse Kodak Metro Jaya, Letkol. Pol. Yasa
Tohjiwa, "kasus pembunuhan tercatat ada 113." Paling banyak
terjadi pada bulan Agustus (17 kali), menyusul bulan Maret (15
kali) dan Oktober (14 kali).
Tahun sebelumnya, 1981, ketika mayat terpotong 13 ditemukan,
menurut Yasa angka korban pembunuhan cukup tinggi, yaitu 151
kasus. Bahkan LKUI mencatat angka jauh lebih tinggi: 229 kasus.
Terdiri 43 kasus pembunuhan anak-anak dan 186 lainnya orang
dewasa. Untuk tahun ini pun, anka yang di catat LKUI lebih
banyak, 126 kasus. Tiga puluh di antaranya kasus pembunuhan
bayi.
Letkol. Yasa mengakui, memang tak semua kasus pembunuhan bisa
terungkap tuntas. Dari sejumlah 113 kasus vang terjadi tahun ini
(sampai dengan Oktober), misalnya, baru 76 yang bisa
diselesaikan atau pelaku pembunuhnya diajukan ke pengadilan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini