Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Berita Tempo Plus

Menopause pria

Krisis kejantanan pria separuh baya terjadi akibat berbagai faktor fisik dan kejiwaan. ada cara mendorong si jago berkokok kembali.

17 April 1993 | 00.00 WIB

Menopause pria
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
TERPANA lelaki itu di depan cermin, memandangi rambutnya yang kian menipis. Dalam usia di atas 40-an, dengan status sosial kelas menengah ke atas, ia terbilang sukses. Namun, sedikit congkak ia masih pasang target. Ketika obsesinya kandas, batinnya pun terhuyung. Kecewa kian merasuk sumsum, dan bumi rasanya terban, ketika berhadapan dengan istrinya seluruh keperkasaannya luluh. Mirip si bisu berasian: terasa ada terkatakan tidak, itulah krisis yang dialaminya. Biasanya penderita impotensi tidak mau atawa malu buka kartu, baik kepada dokter, istri, maupun pacar. Kalaupun ia mencoba semati-mati hati mengeluhkan deritanya, tanggapan dokter sering enteng, ''Ah, itu kan karena umur saja.'' Menurut bulanan Vanity Fair, edisi April ini, keadaan itu di Inggris dijuluki viropause, dan di Eropa daratan: andropause. Dan sebegitu jauh, dunia kedokteran masih mengabaikan kasus viropause ini. ''Di Amerika, mulanya viropause menjadi urusan ahli ilmu jiwa, lalu ahli urologi, dan kemudian sampai di meja internis,'' kata Dokter Richard Spark, ahli kelenjar endokrin di Harvard Medical School, AS. Jadi, beruntunglah Gail Sheehy. Di majalah tadi ia melaporkan temuannya ketika berceramah keliling di AS dan Inggris, berkenaan dengan promosi bukunya, The Silent Passage mengenai menopause di kalangan wanita. Dari obrolan dengan sejumlah pasangan suami-istri, ia beroleh gambaran bahwa usia lewat 45 tahun bagi pria luas diakui sebagai masa pancaroba. Menjuluki menopause untuk lelaki jelas keliru. Sebab, kelenjar reproduksinya tidak merosot pada usia yang sama dengan saat seorang wanita mengalami menopause. Julukan ini bermula dari guyonan para nyonya. ''Aku ada sedikit simtom menopause,'' kata seorang nyonya, ''tapi problem yang lebih gawat ada pada suami saya.'' Di AS dan Inggris, Sheehy mewawancarai 60 lelaki sehat (berusia 4070 tahun) serta sejumlah ahli peneliti dan perawatan impotensi. Dari situ didapat gambaran: perubahan seksual pria pada usia separuh baya biasanya mengakibatkan timbulnya krisis kejantanan. Siapa saja gerangan pria yang dilanda problem menopause ini? Bisa mereka yang bekerja di lapangan sampai para bos, seperti pengusaha, pengacara, anggota parlemen, gubernur, hingga kepala rumah sakit. Sebagian dari mereka menyatakan jadi impoten jika berbaur dengan istri, tapi oke saja dengan pacar. Yang gawat adalah gairah esek-esek itu juga keok tatkala kencan dengan sang pacar dengan siapa konon seorang pria bagai beroleh isian ''batere'' lagi. Menurut suatu penelitian di Massachusetts, AS, ada tiga faktor psikologis yang mempengaruhi impotensi pria, yaitu mengidap depresi, penaik darah, dan mereka yang peragu alias tak punya kepercayaan pada diri sendiri. Tapi para peneliti belum bisa menyimpulkan apakah penyebabnya tiga faktor tadi atau reaksi ego terhadap kegagalan dalam hubungan seksual. Atau sebaliknya dari kasus pria pada awal cerita ini, adalah seorang penghibur terkenal di AS. Dia menjadi salah tingkah antara riang dan gundah menyaksikan tayangan dirinya di televisi saat ia masih jaya. Kini, dalam usia 57 tahun, ia mencatat: mana ada lagi cewek muda mengenalnya? Sindrom kejayaan masa lampau ini pun bisa mengkibatkan merosotnya gairah seksual. Sedangkan faktor lainnya, lantaran makan obat antidarah tinggi. Ini bisa melipatgandakan risiko impoten. Sebetulnya, tidak semua obat pengontrol tekanan darah yang mengakibatkan impoten. Jadi, tiap pasien darah tinggi perlu bertanya kepada dokternya tentang efek samping yang mungkin membuatnya loyo. Di samping itu, alkohol dan narkotik bisa pula menjadi biang rusuh. Terutama bagi pecandunya, karena jaringan saraf pada alat kelamin lambat-laun mati. Biasanya 10 sampai 15 tahun kemudian. Kemudian, rokok. ''Itu akan merusak pembuluh darah paling halus pada alat kelamin,'' kata Dokter Spark. Sedangkan vasektomi meski masih diperdebatkan di kalangan ahli disebut sebagai salah satu faktor penyebab. Satu lagi, harap jangan kaget: diet juga bisa menjadi soal. Misalnya, sampai membawa kolesterol HDL jadi rendah, dan mengakibatkan impoten. Faktor terakhir adalah akibat stres. ''Menopause di kalangan pria merupakan tanda perubahan perilaku, dan ini sangat mengganggu,'' kata Dokter Herbert Benson dari Harvard Medical School. Secara psikologis terjadi tiga bentuk perubahan, yaitu peningkatan depresi, sikap bermusuhan, dan rasa cemas yang tak berkeruncingan. Meski penelitian terhadap luluhnya keperkasaan pria setengah baya ini masih belum beroleh kesimpulan final, untuk sementara mungkin baik juga disimak saran Benson. Menurut dokter ini, silakan minum obat atawa merokok serta makan apa pun, asal diatur secara tepat diiringi disiplin melakukan olah raga untuk memperlancar peredaran darah. Dengan cara itu, mudah-mudahan memulihkan sang potensi. Selain cara itu, untuk mendorong si jago loyo berkokok kembali, ada pula yang menempuh jalan lain. Seorang pria separuh baya yang merasa kehilangan pamor, contohnya, memburu cewek yang jauh di bawah umur istrinya, dan merasa perkasa lagi. Kemudian ia mengawini wanita yang 20 tahun lebih muda dari umurnya. Hasilnya, mendapatkan dua anak yang membuat dia bagaikan lahir kembali. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus