Seorang dukun mengobati pasiennya dengan air rendaman mayat bayi. Sulit mencari pasal pidana yang cocok untuk menjeratnya. TAK biasanya, badan Aser Saliding tiba-tiba terasa lunglai. Sore itu juga ia mendatangi Elieser Abrom, tetangganya di Desa Warukapas, Kecamatan Dimembe, Minahasa, dengan maksud berobat. Elieser, ayah enam anak itu, selama ini memang dikenal dukun ampuh yang selalu dibanjiri pasien. Seperti pasien lainnya, Aser pada awal April lalu diperlakukan Eli (panggilan Elieser) sangat ramah. Bak seorang dokter, Eli selalu memperhatikan setiap keluhan yang diungkapkan pasiennya. "Saya perlu mendengar serius, agar tak salah memilih obat," kata Eli memberi alasan. Obat yang disebut Eli biasanya hasil ramuan sendiri yang terbuat dari dedaunan. Yang tak pernah ditinggalkan Eli adalah memberi minum setiap pasien segelas air putih yang sudah diberi mantra. Kebiasaan dukun itu pun sudah diketahui Aser. Karena itu, Aser agak heran, mengapa air yang diberikan padanya warnanya kebiru-biruan. Aser memberanikan diri bertanya. "Ini minuman ajaib, bisa menghilangkan segala penyakit. Minum saja!" jawab Eli, sambil berlalu menuju kamar prakteknya. Dalam kesaksian Aser, dari dalam kamar itu, Eli tampak membawa sebuah stoples. "Air itu diambil dari sini. Ini minuman anak manusia, lebih hebat dari anak rusa atau ginseng, karena dicampur alkohol," kata Eli tak acuh. Penjelasan itu tentu saja membuat Aser kaget. Apalagi, dengan mata kepala sendiri, ia melihat mayat bayi mungil terapung-apung di stoples itu. Air dalam gelas yang sedari tadi dipegang Aser tiba-tiba terasa berguncang. "Bulu roma saya mendadak berdiri, dan rasanya mual," tutur Aser. Tanpa pamit, seketika itu juga Aser ngacir pulang. Ia menceritakan pengalaman itu kepada setiap orang yang bersua dengannya. Dengan cepat kabar tentang pengawetan bayi dalam stoples meluas ke mana-mana. Penduduk Warukapas pun marah. "Perbuatan Eli mencemarkan nama baik semua warga desa. Eli akan kami usir dari desa ini," ancaman Kepala Desa Warukapas, Ferdinan Supit. Kalau saja polisi tak segera turun tangan, Eli hampir menjadi bulan-bulanan warga. Di depan polisi, Eli mengaku terus terang, menyimpan seorang bayi di dalam stoplesnya. Perbuatan itu dilakukannya agar kesaktiannya sebagai dukun semakin ampuh. Sebenarnya, menurut Eli, tanpa air rendaman bayi pun, ia mampu mengobati penyakit kanker, gondok, patah tulang, dan penyakit lain yang sulit diobati dokter. "Sudah banyak pasien yang tertolong," katanya. Mengapa harus merendam bayi? Menurut Eli pada polisi, ia sekadar menuruti wangsit dari almarhumah ibunya, yang meninggal setahun lalu. Suatu malam ia bermimpi didatangi sang ibu. Di situ ibunya mengabarkan telah kawin lagi dengan seorang dokter. Dokter itu kemudian mewariskan keahliannya, lengkap dengan doa-doanya, kepada Eli. Agar ilmunya lebih lengkap, Eli diminta merendam mayat bayi dalam larutan alkohol. Khasiatnya, setelah diasapi dengan kemenyan, bayi itu akan menuruti semua keinginan Eli. Bayi yang dijadikan tumbal, menurut Eli, adalah anak tetangganya, Suratni. Suatu hari, ketika ia tengah beristirahat di rumah, tiba-tiba datang kakak Suratni, Djenap, mengabarkan bahwa adiknya yang sedang mengandung empat bulan mengalami pendarahan. "Tolong, Pak Eli, Ratni keguguran terlalu banyak mengeluarkan darah," kata Djenap, seperti ditirukan Eli. Bergegas Eli ke rumah Suratni. Sampai di rumah itu, menurut Eli, janin bayi sudah dikemas dalam tempurung, ditutup kain. Suratni minta tolong pada Eli agar menguburkan janin bayi itu. Tapi Eli ternyata menyimpan bayi itu dalam stoples berisi alkohol. "Kami tersinggung dan protes atas perlakuan Eli terhadap bayi saya," ujar Suratni, saat ditemui TEMPO di kantor Polsek Dimembe. Kabarnya, Suratni pun tengah diperiksa, dengan sangkaan sementara: menggugurkan kandungan sendiri. Aries Margono dan Phill M. Sulu (Manado)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini