Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Novel Baswedan Respons Komisioner KPK Baru: Pimpinan KPK Bermasalah Cukup Terjadi Pada Masa Firli Bahuri dkk

Eks penyidik senior KPK, Novel Baswedan, memberikan tanggapan terpilihnya komisioner KPK yang baru pilihan DPR. Berikut beberapa pesan tegasnya.

22 November 2024 | 11.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penyidik senior KPK, Novel Baswedan memberikan keterangan kepada awak media di gedung KPK, Jakarta, Rabu, 10 Juli 2019. Novel Baswedan berharap hasil yang ditemukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) sangat signifikan untuk mengungkap pelaku lapangan dan aktor penyerangan terhadap dirinya, yang akan menjadi menjadi tolok ukur apakah kepolisian mampu bekerja sama memberantas korupsi. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Eks penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan memberikan tanggapannya mengenai pilihan Komisi II DPR untuk lima komisioner KPK baru yang akan bertugas periode 2024-2029.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sejak awal saya melihat panitia seleksi banyak menggugurkan orang-orang yang punya track record bagus, dan pemahaman mengenai antikorupsi yang mumpuni,” kata Novel Baswedan kepada tempo.co, Jumat, 22 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kinerja pansel disorot Novel, tapi meloloskan beberapa orang yang punya masalah  atau rekam jejak yang buruk, dan pemahaman antikorupsi yang lemah. “Sehingga peluang terpilihnya orang bermasalah oleh DPR RI menjadi terbuka,” kata dia.

Menurutnya, masalah itu ditambah dengan sikap DPR yang tampak tidak serius untuk mencari pimpinan KPK yang terbaik, dan tidak ada keinginan untuk memperkuat KPK dengan memilih pimpinan KPK yang terbaik.

“Terlepas dari persoalan yang saya sampaikan itu, saya hanya bisa katakan bahwa beban bagi para pimpinan KPK terpilih untuk membenahi KPK sangat berat. Oleh karena itu pimpinan KPK terpilih jangan permisif terhadap setiap value yang koruptif dan juga jangan menjadi bagian dari masalah dengan justru berbuat praktek korupsi,” kata Wakil Kepala Satgasus Pencegahan Korupsi Polri itu.

Novel menegaskan, pelajaran dari hancurnya upaya pemberantasan korupsi dan perusakan KPK berdampak sangat mahal dengan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia yang anjlo. “Kepercayaan publik terhadap KPK dan pemberantasan korupsi anjlok akibat pelemahan KPK,” ujarnya.

 Novel menegaskan, pimpinan KPK yang bermasalah cukup terjadi pada masa Firli Bahuri dkk saja. “Jangan sampai terulang lagi,” kata dia.

Pada Kamis, 21 November 2024, Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memilih Setyo Budiyanto sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK periode 2024-2029.

Setyo Budiyanto mendapatkan total 46 suara, sebanyak 45 dari 46 anggota DPR memilihnya sebagai ketua.

Total perolehan suara Capim KPK, Setyo Budiyanto berada di bawah Johanis Tanak dan Fitroh Rohcahyanto, yang sama-sama mendapatkan total 48 suara, Di posisi keempat dan kelima ada Agus Joko Pramono dengan perolehan suara 39 suara dan terakhir Ibnu Basuki Widodo dengan perolehan 32 suara.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus