Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Pemberdayaan Perempuan lewat Ponsel

Ponsel dianggap krusial dalam penanggulangan kemiskinan bagi perempuan. Ponsel dan Internet membuka jalan yang selama ini tertutup bagi mereka, termasuk akses perbankan dan bantuan tunai dari pemerintah.

21 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pedagang memotret baju batik untuk dijual secara daring di Cipadu, Kota Tangerang, Banten. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menanggulangi kemiskinan pada perempuan dapat dilakukan dengan bantuan teknologi sederhana: telepon seluler. Demikian hasil riset Christopher Tang dari University of California, Los Angeles, di 360info, situs web ilmiah terbuka yang dikelola Monash University, Melbourne. Teknologi yang kian terjangkau itu dianggap sebagai alat krusial pada pemberdayaan perempuan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Secara global, satu dari lima anak perempuan berada dalam rumah tangga yang hidup dengan pendapatan kurang dari US$ 1,9—setara dengan Rp 30 ribu—per hari. Akibatnya, mereka tidak memiliki cukup makanan, tempat tinggal, perawatan kesehatan, ataupun pendidikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketimpangan kemiskinan antara perempuan dan laki-laki sangat terasa dalam kelompok usia 25 dan 34 tahun. Sebab, perempuan berjuang untuk menggabungkan pekerjaan yang dibayar dengan beban perawatan yang tidak setara untuk anak-anak dan tanggungan lainnya.

Memperbaiki kehidupan perempuan perdesaan merupakan kunci untuk memerangi kemiskinan dan kelaparan. "Banyak akademikus dan pemimpin dunia, termasuk bekas Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan, yakin pemberdayaan perempuan merupakan cara paling efektif untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan," ujar Tang. Pemberdayaan perempuan menjadi komponen dalam upaya mencapai target nihil kemiskinan global pada 2030.

Pedagang berlatih pembayaran secara non tunai di Pasar Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, 8 Desember 2021. ANTARA/Oky Lukmansyah

Memberi perempuan kesempatan yang sama seperti laki-laki dapat meningkatkan produksi pertanian sebesar 2,5-4 persen di daerah termiskin, membantu menurunkan jumlah orang yang kekurangan gizi.

Pernyataan di atas sesuai dengan proyeksi baru kemiskinan global yang memperkirakan 388 juta perempuan dan anak perempuan hidup dalam kemiskinan ekstrem pada 2022. Jumlah itu lebih banyak dibanding 372 juta laki-laki dan anak laki-laki.

Menurut perkiraan baru ini, sebanyak 83,7 persen perempuan dan anak perempuan yang sangat miskin tinggal di dua wilayah: Afrika Sub-Sahara (62,8 persen) serta Asia Tengah dan Selatan (20,9 persen). Tingkat kemiskinan perempuan diperkirakan turun 2,7 persen antara 2019 dan 2021. Tapi proyeksi sekarang menunjukkan peningkatan 9,1 persen karena pandemi Covid-19 dan dampaknya.

Christopher Tang menyatakan teknologi dapat berfungsi sebagai pendorong bagi perempuan untuk mencari pekerjaan, mendapatkan upah yang adil, mendorong efisiensi bisnis, keamanan fisik, serta meningkatkan kualitas hidup mereka. Di Pakistan, jutaan perempuan memiliki Kartu Identitas Nasional Terkomputerisasi (CNIC) yang memungkinkan mereka—bukan suami atau saudara laki-laki mereka—mengakses program bantuan tunai dari pemerintah.

Berbekal nomor identitas, telepon seluler, plus dukungan teknologi informasi dapat memberdayakan perempuan secara ekonomi. Misalnya, membuka akses ke layanan perbankan, baik untuk menabung maupun meminjam.

Di Cina, Tang melanjutkan, banyak pekerja restoran (sebagian besar perempuan) kehilangan pekerjaan pada masa lockdown pandemi Covid-19. Raksasa layanan Internet, Alibaba, kemudian membangun platform online yang terhubung dengan jaringan restoran besar yang bisa mempekerjakan tiga ribuan pekerja rumah makan.

Warga melintas di gapura Desa Adat dan Wisata Osing Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur. ANTARA/Budi Candra Setya

Pemberdayaan Perempuan di Desa Wisata Indonesia

Di Indonesia, pemberdayaan ekonomi perempuan terbangun lewat Desa Wisata. Di satu lokasi di Banyuwangi, misalnya, para perempuan dapat mencari nafkah yang aman tanpa harus keluar rumah. Caranya dengan memanfaatkan rumah sebagai homestay, menjual makanan tradisional, atau membuat kerajinan tangan.

Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki banyak lokasi wisata. Sementara itu, upah minimum bulanan mereka sekitar Rp 2 juta. Menurut Minako Sakai dan Ajie Saksonod dari University of New South Wales, Canberra, di 360info, desa wisata dapat membantu mengatasi kemiskinan.

Metodenya adalah mempromosikan homestay sebagai tempat singgah bagi pengunjung yang ingin mendapat pengalaman autentik dari lokasi wisata tersebut. Dengan aplikasi di ponsel, wisatawan dapat memesan homestay dan makanan tradisional khas Banyuwangi. Lewat program Kampung Pintar, penduduk desa dapat berpartisipasi dalam platform ekonomi digital untuk memenuhi pesanan makanan. Peningkatan pendapatan mereka dapat berkontribusi pada kesejahteraan keluarga. Selanjutnya, secara bertahap, suara perempuan akan lebih didengar saat pengambilan keputusan dalam kebijakan pembangunan perdesaan.

FEBBYENTI SUCI (MAGANG)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus