BAB pembunuhan dengan memotong-memotong mayat, yang menggemparkan Ibu Kota tahun lalu, ditutup hakim dengan vonis berat. Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Kamis pekan lalu, misalnya, menghukum Nata Irwandi alias Ipung, 42 tahun, dengan penjara seumur hidup, karena terbukti membunuh Christine, yang peristiwanya dikenal dengan kasus mayat potong di Ancol. "Pembunuhan Christine itu sadistis," kata ketua majelis hakim, Wahyudi. Hukuman seumur hidup, sebelumnya, pertengahan Februari lalu juga dijatuhkan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kepada Agus Naser. Guru STM Muhammadiyah itu juga terbukti, pada 7 April 1989, membunuh dan memotong-motong mayat istrinya, Diah Hodiah. Seperti juga Ipung, Agus membuang potongan mayat korbannya di tempat umum, di pinggir Jalan Pemuda, kawasan Rawamangun, Jakarta Timur (TEMPO, 17 Februari 1990). Ipung tenang menerima putusan hakim. Dengan nada lesu, ia mengatakan, "Yang jelas, saya mau naik banding. Keputusan itu tak adil. Memang benar saya yang melakukan pembunuhan terhadap Christine itu, tapi pembunuhan itu tak saya rencanakan. Saya khilaf," katanya. Menurut hakim, bapak tiga anak itu terbukti melakukan pembunuhan berencana terhadap keponakannya itu. Pada 30 Agustus 1989, Ipung sengaja mempersiapkan mobil sedan Lancer, yang dipinjamnya dari adiknya. Ia juga menyiapkan sebuah golok, yang dibungkusnya dengan kertas koran. Pagi hari, sekitar pukul 7.00 WIB, 31 Agustus, Ipung mengaku menunggu istrinya, Selna -- bibi Christine -- di Jalan Warung Asem, Rawabunga, Jakarta Timur. Sebuah jalan tempat Christine, 22 tahun, biasa lewat jika berangkat kerja ke Bank Umum Nasional Jatinegara. Kendati yang ditunggunya adalah Selna, kata majelis, ketika yang muncul di jalan itu ternyata Christine, tertuduh segera menawarkan pada gadis itu untuk diantar ke kantor. Ternyata, Christine tak diantar ke kantornya, melainkan diajak ke Motel Angkasa Puri, dengan alasan untuk membicarakan masalahnya dengan Selna. Di kamar 116 motel itu pembicaraan mereka meningkat menjadi perdebatan. Ipung kemudian mencekik Christine. Mereka bergumul. Namun, Ipung berhasil membentur-benturkan kepala Christine ke lantai. Setelah itu, kepala gadis itu dihantamnya dengan botol Coca-Cola. Tubuh wanita muda itu langsung diam. Setelah itu mayat korban diseret Ipung ke kamar mandi. Di situ tubuh Christine dipotong pada bagian kepala dan telapak tangannya. Ketika Ipung keluar meninggalkan motel, mayat Christine yang sudah tak berkepala itu ditutupi koran dan didudukkan Ipung di sebelahnya. Dengan mobil Lancer itu Ipung kemudian membuang bagian tubuh korban di Ancol dan bagian kepalanya di pinggir jalan tol Sedyatmo, jalan menuju Bandara Soekarno-Hatta. Dalam persidangan, Ipung mengakui melakukan pembunuhan terhadap Christine, dan memotong-motongnya. Namun, dia membantah merencanakan pembunuhan itu. Sebenarnya, katanya, yang direncanakannya akan dibunuhnya adalah istrinya Ny. Selna Limboro, yang katanya lari dengan laki-laki lain. Golok yang dibungkus koran dan disimpan dalam mobil, misalnya, sebetulnya disediakan untuk membunuh istrinya. Tapi, menurut Ipung, ketika ia bertemu dengan Christine itu, gadis itu tak mau mengatakan di mana Selna berada. Selain itu, menurut tertuduh, Christine juga amat menyinggung perasaannya karena mengatakannya hanya bermodal kemaluan. Tapi, itu tadi, majelis hakim tak percaya pada pengakuan Ipung. Sebab, terdakwa sendiri mengaku memiting korban lalu mengempas-empaskan kepala gadis itu ke lantai sampai tak berkutik. Hakim juga memberikan bukti, dengan pengakuan terdakwa yang menempelkan tangannya ke kepala Christine untuk meyakinkan dia sudah tewas atau belum. Yang tak terungkap di persidangan adalah kabar tentang hubungan asmara antara Ipung dan Christine, seperti ramai diberitakan media massa ketika kasus itu terungkap tahun lalu. Konon, gara-gara Christine merencanakan pernikahan dengan seorang pemuda lainlah yang mengakibatkan Ipung nekat menghabisi keponakannya itu. Apalagi, menurut saksi-saksi di Motel Angkasa Puri, sehari sebelum pembunuhan terjadi, pasangan itu berkurung di salah satu kamar motel itu sampai sore. GT dan Effendy Saat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini