Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Satwa langka yang disita awalnya berjumlah 140 ekor.
TNI AL mengklaim semua satwa milik personel KRI Teluk Lada.
Penyelundupan diduga juga terjadi di kapal perang lain.
POTONGAN kain berwarna-warni menutup lima sangkar kayu di samping gedung Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur di Jalan Raya Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Kamis, 8 September lalu. Setiap sangkar berisi seekor cenderawasih. Satwa langka itu disita dari kapal perang RI (KRI) Teluk Lada 521 pada Rabu, 31 Agustus lalu.
BKSDA baru menerima lima burung surga—sebutan burung cenderawasih—itu pada Ahad, 4 September lalu. Ada 39 satwa yang disita dari KRI Teluk Lada dan diserahkan ke BKSDA. Semula cenderawasih itu berjumlah enam ekor, tapi mati satu. “Burung ini mudah stres,” ujar Kepala Seksi Perencanaan Perlindungan dan Pengawetan BKSDA Jawa Timur Nur Rohman.
Di belakang ruangan tempat menyimpan cenderawasih, seorang petugas terlihat menyuapi seekor kanguru pohon dengan irisan pepaya. Hewan itu tampak kurang sehat. Matanya sayu. Gerak-geriknya lamban. Cenderawasih dan kanguru malang itu bagian dari satwa dilindungi yang disita dari KRI Teluk Lada.
Nur Rohman adalah pejabat balai yang diutus menerima puluhan satwa tersebut dari Detasemen Polisi Militer Komando Armada II Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut. Semua satwa lain rencananya bakal dilepasliarkan di habitat semula setelah kondisi mereka sehat. “Satwa endemis itu berasal dari Papua dan Papua Barat,” ucap Nur Rohman.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo