Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian RI Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan pihaknya tidak tahu-menahu kasus di balik penangkapan kapal pesiar mewah Equanimity di Bali. Ia berujar, penangkapan kapal itu merupakan permintaan Federal Bureau of Investigation (FBI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Polri tidak tahu dan tak pernah tahu kalau kapal itu ada kaitannya dengan masalah di Malaysia," ucap Setyo saat ditemui di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis, 15 Maret 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setyo menuturkan kapal Equanimity, yang berjenis pesiar, masuk ke Indonesia dalam rangka bertamasya dan menggunakan bendera Kepulauan Cayman. Setya mengatakan, saat mendapat permintaan dari FBI, polisi tidak tahu kapal itu terlibat skandal penyelewengan dana 1Malaysia Development Berhad (1MDB), lembaga investasi milik Malaysia.
Polisi menyita kapal Equanimity pada 28 Februari 2018. Sejak saat itu, kapal mewah tersebut nyaris tidak ke mana-mana. Equanimity menambatkan jangkarnya di sekitar 5 kilometer dari pesisir timur Desa Kelan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali.
Majalah Tempo telah melakukan investigasi terkait dengan kapal yang diduga digunakan sebagai alat pencucian uang pengusaha Jho Low, orang dekat Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. Hasil investigasi majalah Tempo telah terbit pada Jumat pekan lalu.
Setyo mengatakan pihaknya membantah tudingan bahwa polisi mau menahan kapal Equanimity karena ada uang RM 1 miliar di kapal tersebut.
"Saat penggeledahan, ada banyak orang, ada FBI, Polri. Dari pihak kapal juga ada," ucapnya.
Ia berujar, kerja sama dengan FBI dalam kasus penangkapan bukan sekali ini saja dilakukan. Setyo mengklaim ada memorandum of understanding (MoU) antara Polri dan FBI. Bahkan, dalam kasus Bom Bali dan bom di Kedutaan Besar Filipina, FBI dikatakan banyak membantu Polri.