Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Sakit Hati di Perumahan Menteri

Ketua Umum Partai Persatuan Daerah Oesman Sapta Odang menjadi tersangka penganiayaan seorang pengusaha. Berdamai, tapi menyisakan sakit hati.

6 Agustus 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Assalamualaikum, Papa Oso," kata Nofel Saleh Hilabi, 25 tahun. Pria yang disapa mempersilakan Nofel bersama dua temannya memasuki ruang kerja pria itu, di lantai 19 The City Tower, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Namun wajah pria itu tampak tegang. Rabu siang dua pekan lalu itu, Nofel tak merasa curiga terhadap sikap Oesman Sapta Odang, 62 tahun, yang ia panggil Papa Oso. "Saya bahkan mencium tangannya pada awal pertemuan itu," kata Nofel, yang menceritakan kejadian ini kepada Tempo.

Belum sempat duduk di sofa ruangan, Oesman bertanya kepada Nofel tentang keberadaan Ali Idung. Nofel menjawab pamannya itu sedang berada di Jambi. Oesman tak terima dengan jawaban itu, bahkan menuduh Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jakarta Selatan ini telah berbohong. Oesman lalu menghajar bibir Nofel dengan telepon seluler merek Nokia E90 yang sedang ia genggam. Nofel cuma bisa bengong karena tak menyangka bakal dihajar Oesman, meski bibirnya mengucurkan darah. "Saya sempat menangis saat itu," katanya.

Nofel mendatangi Oesman untuk menagih sisa pembayaran rumah sebesar Rp 10 miliar. Pada Desember 2010, Oesman membeli rumah di Jalan Denpasar Raya 17, Jakarta Selatan. Rumah dua lantai yang memiliki kolam renang dan luas tanahnya sekitar 1.300 meter persegi itu dibeli dengan harga Rp 28,5 miliar. Rumah yang berada di kompleks perumahan menteri itu milik Ali Idung. Nofel berperan sebagai makelar.

Pada Februari 2011, Oesman memanjar rumah itu Rp 3,5 miliar. Empat bulan kemudian, ia menambahkan pembayaran Rp 15 miliar. Meski masih bersisa Rp 10 miliar, Nofel memberikan kunci rumah kepada Ketua Umum Partai Persatuan Daerah dan pengusaha itu agar bisa dihuni. Dengan perjanjian, sisa uang akan dilunasi kemudian. "Saya percaya saja karena Papa Oso sudah saya anggap orang tua sendiri," katanya.

Nofel mengenal Oesman sejak empat tahun lalu. Sejak itu, hubungan mereka, kata Nofel, menjadi sangat akrab. Begitu pula hubungan di antara keluarganya. Nofel pun berteman dekat dengan Raja Sapta Odang, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, putra Oesman.

Eratnya kekerabatan inilah, kata Nofel, yang membuat pemukulan itu tak langsung menjadi masalah hukum. Apalagi saat ini masih di bulan Ramadan. Tapi keesokan harinya, setelah rembuk keluarga, baru Nofel melaporkan Oesman ke Polda Metro Jaya atas kasus penganiayaan dan perbuatan tidak menyenangkan. Ia membawa dua saksi mata dan surat visum bibirnya yang terluka. "Harga diri keluarga saya merasa diinjak-injak," katanya.

Polisi bergerak cepat. Sehari kemudian mereka langsung menetapkan Oesman menjadi tersangka. Penyidik telah memanggil Oesman agar datang dan diperiksa. Ternyata Oesman sudah keburu pergi ke luar negeri. Pekan lalu, sejumlah reserse sempat menunggu di Bandar Udara Halim Perdanakusuma karena menerima kabar Oesman akan kembali ke Jakarta. "Kami membutuhkan keterangannya," kata Kepala Subdit Keamanan Negara Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Daniel Bolly Tifaona.

Dodi Abdul Kadir, pengacara Oesman, mengatakan kliennya sedang berada di luar negeri tapi tak menyebut nama negaranya. "Beliau lagi dirawat karena sakit," katanya kepada Tempo, Kamis pekan lalu. Ia mengatakan sebenarnya kasus ini tak perlu dibesar-besarkan karena Oesman dan Nofel sudah selayaknya keluarga dan telah berdamai. "Ini cuma masalah salah paham," kata Dodi kepada Tempo.

Nofel mengakui adanya perdamaian ini. Oesman, kata dia, diwakili oleh Raja Sapta dan George Toisutta, mantan Kepala Staf Angkatan Darat. Syaratnya, Oesman angkat kaki dan mengembalikan rumah di Jalan Denpasar itu. Nofel pun akan mengembalikan uang Rp 18,5 miliar. Selain itu, Oesman wajib mengembalikan tiga unit mobil mewah senilai US$ 1,3 juta, salah satunya Ferrari, yang pada 2010 dibeli dari Nofel.

Syarat ini dipenuhi Oesman. Daniel Bolly mempersilakan Nofel mencabut laporan itu. "Tak semua kasus mesti dibawa ke pengadilan," katanya. Nofel mencabut pengaduan itu pada Rabu pekan lalu, tapi mengaku menyisakan sakit hati. "Saya dan keluarga ingin menghapus cerita pernah melakukan hubungan dagang dengan beliau," ujarnya.

Mustafa Silalahi, Aditya Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus