Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Momen

6 Agustus 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rhoma Irama Terancam Bui

PEDANGDUT Rhoma Irama akan diperiksa Panitia Pengawas Pemilihan Umum Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Senin pekan ini. Ia dituding berkampanye untuk calon gubernur dengan memakai isu agama. Seharusnya ia diperiksa pekan lalu, tapi tak datang dengan alasan sibuk.

Panitia Pengawas sudah mengantongi rekaman ceramah Rhoma di Masjid Al-Isra, Tanjung Duren, Jakarta Barat, Ahad dua pekan lalu. "Dari rekaman, ia menghina salah satu calon dengan isu agama dan ras," kata Ramdansyah, Ketua Panitia. Ceramah itu melanggar Undang-Undang Pemerintahan Daerah soal kampanye SARA dan di tempat ibadah dengan ancaman bui 18 bulan.

Dua pasang calon gubernur yang maju ke putaran kedua 20 September nanti adalah pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama. Dari dua pasang itu, Basuki yang beragama Kristen dan keturunan Tionghoa. Tapi Rhoma membantah jadi tim kampanye Fauzi Bowo. "Itu konteksnya membina umat," katanya.

Tim Jokowi tak melaporkan kampanye hitam itu ke polisi. Denny Iskandar, anggota tim sukses, meminta Rhoma meminta maaf di depan jemaah yang mendengar ceramahnya itu.l

Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta
"Saya kira tak keliru karena dia hanya menyampaikan ayat suci Al-Quran kepada umat, bukan mengajak masyarakat berperilaku rasis."

Joko Widodo, Wali Kota Solo, calon Gubernur DKI Jakarta
"Saya penggemar berat Bang Haji. Saya hafal lagu-lagunya. Favorit saya lagu 135 Juta Penduduk Indonesia karena bercerita tentang kebinekaan."

Jimly Asshidiqie, Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
"Isu SARA ini bersifat netral. Kalau sekadar informasi untuk transparansi, tidak apa-apa."

Tokoh Golkar Sentil Ical

SEJUMLAH tokoh tua Golkar berkumpul membicarakan masa depan partai. Dalam pembicaraan itu, mereka menyindir Ketua Umum Aburizal Bakrie, yang dinilai tak mendengarkan aspirasi kader. "Pemimpin sering dibutakan kekuasaan," kata Ginandjar Kartasasmita. "Mereka mendengarkan apa yang mereka mau ketimbang mendengarkan apa yang seharusnya mereka dengarkan."

Acara kumpul sesepuh itu digelar di markas Golkar di Slipi, Jakarta Barat, Senin pekan lalu. Selain Ginandjar, ada Cosmas Batubara dan Jusuf Kalla. Tokoh Golkar terbelah, mendukung Aburizal atau Kalla, dalam pemilihan presiden 2014. "Golkar harus menempatkan pemimpin yang tepat untuk meraih simpati masyarakat," ujar Cosmas.

Aturan Tembakau Segera Diteken

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memastikan segera menandatangani Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Tembakau. "Sudah final," katanya Rabu pekan lalu. Meski ditentang kiri-kanan, Yudhoyono maju terus. Menurut dia, selain sudah menyerap pelbagai aspirasi, aturan itu bertujuan mulia, yakni melindungi generasi muda dari racun nikotin.

Aturan ini merupakan turunan dari Undang-Undang Kesehatan, yang menggolongkan rokok dan produk tembakau sebagai zat adiktif dan, karena itu, penyebarannya mesti dikendalikan. RUU itu, misalnya, melarang penjualan rokok kepada anak di bawah 18 tahun dan pemasangan iklan rokok. Peringatan bahaya di permukaan bungkus rokok akan diperintahkan untuk diperbesar.

Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron mengatakan aturan ini akan segera diimplementasikan sehingga mengurangi bahaya adiksi tembakau bagi masyarakat luas. Gubernur Jawa Timur Soekarwo tidak sepakat dengan aturan ini. "Soal rokok, tinggal dibangun ruang khusus merokok di tempat umum. Cukup," katanya. Provinsi itu adalah pemasok utama produk tembakau.

Sindiran Presiden Dikritik

SINDIRAN Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang tak gembira banyak orang Indonesia berobat ke rumah sakit luar negeri dikritik. Sebab, ada kabar bahwa Yudhoyono justru kerap mengecek kesehatannya ke HSC Medical Center Kuala Lumpur, Malaysia. Situs rumah sakit itu menampilkan testimoni Presiden yang memuji layanan pengobatan di sana.

Pernyataan Presiden itu langsung mendapat hujan kritik. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat rame-rame mengomentari pernyataan itu. Mereka meminta Yudhoyono jadi teladan rakyat Indonesia dengan memanfaatkan fasilitas rumah sakit di dalam negeri.

Triatmo Budiyowono, dokter khusus kepresidenan, menyangkal kabar bahwa Yudhoyono menjadi pasien tetap rumah sakit itu. Menurut dia, Presiden hanya pernah sekali berobat ke sana pada 2005. "Itu di sela kunjungan kenegaraan dan rumah sakit menawari Presiden karena ada alat baru cek jantung," katanya pekan lalu. Alat itu kemudian dibeli sejumlah rumah sakit Indonesia di Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus