Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Sayembara menangkap dewi

Perusahaan penerbangan singapore airlines menjanjikan hadiah Rp 100 juta kepada yang bisa memberikan informasi untuk menangkap dewi (susana limijati), bendaharawati sia cabang medan. (krim)

6 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEWI, milyuner kaget yang menggaet uang Singapore Airlines (SIA) Medan US$ 5,4 juta atau sekitar Rp 5 milyar, kini tak hanya dicari polisi. Banyak 'pemburu' amatir yang diam-diam juga mencari tahu, di mana kira-kira dia berada. Hadiah yang disediakan untuk si penemu, memang menggiurkan. Lewat iklan di suratkabar Medan dan Jakarta, pekan lalu, SIA mengumumkan sayembara. Perusahaan penerbangan itu menjanjikan hadiah US$ 100 ribu atau sekitar Rp 100 juta, bagi siapa saja yang bisa memberi informasi, yang memungkinkan tertangkapnya Dewi alias Susana Limijati alias Lim Lie Tjin alias Ah Hoon. Manajer Penjualan SIA untuk Indonesia, Philip Madhavan, bahkan menjanjikan hadiah tambahan, yang katanya, "cukup menarik". Ia belum mau menjelaskan hadiah tambahan apa yang menarik tersebut. Sejak 26 Maret lalu Dewi, 29 tahun, bendaharawati SIA di Medan itu, menghilang dari kantor. Itu terjadi setelah bosnya, Wilson Tan, menanyakan di mana uang US$ 5,4 juta yang menjadi tanggung jawabnya. Uang sebanyak itu, adalah setoran penjualan tiket dan kargo dari para agen, sejak Mei 1982-Maret 1983. (TEMPO 16 Juli 1983). Sebelum kejadian itu, menurut Philip, Dewi sebenarnya sudah beberapa kali "melipat" uang dari beberapa agen yang mestinya disetorkan ke Bank Bumi Daya Medan. Caranya, ia menyisihkan sebagian uang setoran itu dan dialihkan ke kantung sendiri. Dia juga pernah kedapatan memalsukan angka-angka uang yang disetorkan ke kantor pusat SIA di Singapura. Tapi, karena yang disabet itu masih kecil-kecilan, apalagi karena Dewi kemudian menutupnya, persoalan lalu dianggap selesai. Dewi, memang, cukup berpengaruh di kantornya. Wanita peranakan Cina bertubuh kecil -- tinggi 145 cm -- itu dikenal cekatan dan gesit bekerja. Baru dua tahun bekerja, sejak 1979, ia sudah diserahi kepercayaan mengurus keuangan yang berjumlah milyaran rupiah. Tapi, ternyata, ia menyalahgunakan kepercayaan itu. "Rp 5 milyar -- bayangkan! Itu bukan jumlah yang sedikit," kata Philip di Jakarta, dengan nada jengkel. Itu sebabnya SIA sangat berharap agar wanita tersebut ditemukan. Dan untuk menjaring kekayaan Dewi yang "sengaja" ditinggalkan, SIA kini mengajukan gugatan perdata lewat Pengadilan Negeri Medan. Kabarnya Dewi mempunyai sebuah rumah di Jalan Sauh dan sebuah mobil. Tapi, konon, rumah yang cukupan besarnya itu bukan atas nama Dewi. SIA, lewat kuasa hukumnya, Lee A Weng pekan lalu juga mengajukan ultimatum kepada biro perjalanan Satsaco, milik Denny alias Kajin yang selama ini dikenal sebagai suami" Dewi. Dalam suratnya, SIA meminta agar Denny membayar tunggakannya yang hampir Rp 400 juta. Bila dalam tempo satu minggu tunggakan belum dibayar, Lee mengancam akan meneruskannya lewat saluran hukum. Soalnya Denny dinilai sudah terlalu lama menahan uang yang mestinya sudah disetorkan. Denny sendiri selalu mengelak bila hendak ditemui, meski kantornya di Jalan A. Yani, Medan, masih berjalan seperti biasa. Barangkali ia khawatir namanya disangkutkan dengan Dewi. Ia memang sudah dimintai keterangan oleh polisi. Namun, karena dianggap tak ada bukti keterlibatannya dalam kasus manipulasi itu, ia tak ditahan. Hanya saja, ia jelas tahu banyak tentang Dewi, karena selama beberapa tahun hidup bersama -- meski tidak kawin secara sah. Dua hari setelah Dewi tak masuk kantor, 28 Maret, konon ada yang melihat ia mengantarkan teman hidupnya itu ke lapangan terbang. Dewi, begitu sebuah sumber mengungkapkan, hari itu seorang diri naik pesawat menuju Jakarta. Namun tim Kapten J. Sinaga dari Kodak II Sumatera Utara, yang melacak dua alamat di Jakarta -- juga ke kantor Satsaco perwakilan Jakarta -- tak menemukan yang dicari. Meski begit, kuat dugaan, Dewi masih berada di Indonesia. Pihak Imigrasi, menurut Kepolisian Medan, sudah dihubungi agar menahan kepergian wanita itu. Entah kalau dia bisa menerobos lewat penyamaran dan menggunakan paspor palsu Yang jelas, di mana pun wanita itu berada, ia harus berhati-hati. Sampai pekan lalu, sejak suratkabar memuat iklan tentang dirinya, sudah ada delapan orang menemui polisi di Medan untuk memberi informasi. Hanya sayang, kata petugas, keterangan yang diberikan masih mengambang. Dan di Jakarta, kantor SIA di Hotel Sahid Jaya lantai III, juga kedatangan seorang tamu. Ia mengaku sebagai dukun dan menyatakan sanggup menemukan si pelarian. Tapi kesediaannya itu terpaksa ditolak, sebab, "belum apa-apa dia sudah minta duit duluan," kata seorang pejabat di kantor tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus