Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Sepotong Mimpi dari Lahan Tersisa

Lahan di kompleks Gelora Bung Karno banyak berubah menjadi areal bisnis. Di lahan olahraga yang tersisa, pemerintah berencana membangun Gelora Bung Karno Sport City.

13 Februari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERLETAK di jantung Ibu Kota, kompleks Gelora Bung Karno—dulu bernama Gelora Senayan—agaknya menjadi incaran para investor. Dalam rentang 10 tahun terakhir ini saja, misalnya, di sana telah tumbuh kompleks pertokoan, hotel, dan sarana bisnis baru lainnya.

Padahal, jika dilihat dari sejarahnya, peruntukan kawasan ini bukan untuk lingkungan bisnis. Dibebaskan sejak 1956, Presiden Soekarno ketika itu menginginkan kawasan ini dibangun menjadi kompleks olahraga bertaraf internasional yang terpadu dan terbesar, setidaknya di Asia. Kompleks ini disiapkan untuk menyambut pesta olahraga Asian Games pada 1962.

Sekitar 380 hektare tanah dibebaskan untuk keperluan sarana olahraga tadi. Lokasinya tidak hanya tersebar di ”kompleks Senayan” seperti sekarang, tapi melebar hingga kawasan yang kini dikenal sebagai Jalan Gatot Subroto, Jalan S. Parman, hingga Plaza Indonesia dan Hotel Hyatt.

Untuk memindahkan para penghuni kawasan yang tanahnya diambil untuk proyek itu, pemerintah membeli tanah di kawasan Tebet seluas 318 hektare. Dari luas tanah itu, masih tersisa sekitar 11,5 hektare, yang kemudian diserahkan kepada Pemda DKI untuk sarana olahraga. Namun, belakangan, lapangan olahraga itu lenyap berganti rumah susun, hotel, dan sekolah. Adapun untuk penghuni Tebet yang tergusur oleh warga pindahan dari Senayan, pemerintah menyediakan lahan di daerah Cileduk seluas 74,3 hektare.

Seiring waktu bergulir, tanahtanah yang berada di bawah pengawasan Badan Pengelola Gelora Bung Karno—sebelum era Presiden Megawati namanya Badan Pengelola Gelora Senayan—menyusut. Praktis kini luas area tanah yang dikuasai Badan Pengelola Gelora Bung Karno tinggal sekitar 274 hektare.

Dari luas itu, kini yang tertinggal untuk sarana olahraga sekitar 147,4 hektare. Sisanya, sekitar 66 hektare, berubah menjadi areal bisnis, dan 147,4 hektare lainnya menjadi perkantoran pemerintah. Asetaset milik Gelora Bung Karno yang ”dipinjam” untuk kantor pemerintah itu, antara lain, gedung Manggala Wanabhakti untuk kantor Menteri Kehutanan, gedung TVRI, gedung MPR/DPR, dan kantor Menteri Olahraga.

Adapun yang kemudian dikelola oleh swasta lebih banyak lagi jumlahnya, meliputi kompleks pertokoan Ratu Plaza, gedung Panin, Hotel Century Atlet, Plaza Senayan, dan gedung Senayan City yang sedang dibangun.

Kendati lahan itu jatuh ke tangan swasta, tidak berarti badan pengelola lahan menangguk rezeki. Plaza Senayan yang menempati lahan seluas sekitar 12,5 hektare itu, misalnya, ”hanya” menyetor royalti sekitar US$ 400 ribu per tahun. Pusat pertokoan mewah yang dibangun berdasarkan perjanjian built, operate, transfer (BOT) itu, sahamnya, antara lain, dimiliki putri mantan presiden Soeharto, Siti Hedijati.

Soal kerja sama seperti inilah yang kini menjadi ”gunjingan” sejumlah pengurus Gelora Senayan. Kerja sama yang sebagian besar dalam bentuk BOT dan berjangka waktu sekitar 30 tahun itu dinilai lebih banyak menguntungkan pihak swasta. ”Ini yang sekarang sedang dibenahi. Kalau tidak, habis lahan Senayan ini,” ujar salah seorang pengurus Gelora Bung Karno. Menurut pengurus tadi, kasus Hotel Hilton adalah salah satu target rencana pembenahan itu.

Lahan tersisa sekitar 147 hektare itulah yang kini diupayakan untuk diwujudkan menjadi kompleks olahraga prestisius negeri ini. Menurut Ketua Direksi Pelaksana Gelora Bung Karno, Indra Setiawan, di atas lahan itu segera dibangun kompleks olahraga modern bernama Gelora Bung Karno Sport City. ”Kami akan mengubah sarana olahraga di sana dari single use ke multiuse,” katanya. ”Mimpinya, ya, sekitar 2016, kompleks olahraga modern ini terwujud.”

Di kompleks itu, kata Indra, juga akan dibangun berbagai fasilitas, bukan hanya untuk olahraga, tapi juga untuk sarana rekreasi. Semua bangunan di situ kelak akan dihubungkan dengan koridor yang nyaman untuk para pejalan kaki. ”Tempat ini juga akan menjadi pusat riset atau sport medicine,” ujarnya. Sejumlah investor sudah memasukkan proposal untuk ikut ambil bagian merealisasi proyek ini. ”Salah satu yang segera diwujudkan adalah membangun wisma atlet dengan 60 lantai,” kata Indra.

L.R. Baskoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus