Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Suatu hari di Jalan Panaitan

Perampokan uang gaji pegawai p & k bandung sebanyak rp 32 juta tgl 2 agustus 1979 di jl. panaitan, bandung oleh komplotan uli sulaiman & tono. perampok di tangkap 3 hari kemudian. (krim)

25 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMUANYA berjalan serba cepat. Mihata, yang sedang duduk di dalam mobil yang diparkir di Jalan Panaitan (Bandung), Kamis 2 Agustus lalu, merasa ada benda dingin menempel di pelipisnya. Dia tak berani menoleh. Tapi Mihata dapat memastikan benda tersebut laras pistol. Sebab bersamaan dengan itu pula dia mendengar bentakan: "Sedikit bergerak, nyawa saudara melayang!" Dan selanjutnya sebuah ransel, berisi uang Rp 32 juta, berpindah tangan. Mihata dan kawan semobilnya, Nyonya A tak mampu mempertahankannya. Mereka baru berani bergerak setelah melihat punggung orang yang merampas ransel kabur dengan sepeda motor ke arah Jalan Sunda. Uang gaji pegawai P & K dirampok. Mihata, bendaharawan Kantor P & K Kabupaten Bandung, lemas dan hampir-hampir pingsan. Rekannya, Nyonya A, dengan muka pucat turun dari mobil dan masuk ke rumahmakan Nikmat. Di situ dia membagi kekagetannya kepada kawan-kawannya, Suhaya, Aceng dan Ucup yang sedang bersantap siang. Ucup, sopir, segera membawa para pegawai P & K terscbut melapor ke kantor polisi. Polisi bergerak berdasarkan informasi seorang anggota reserse dari Satrespol di Bandung, yang melihat dua orang yang dikenalinya sebagai bandit, Uli Sulaiman dan Tono, berkeliaran di Jalan Sunda atau di ujung Jalan Panaitan. Maka petugas ini sempat juga bentrok dengan mata kedua bandit yang tak asing lagi di Bandung itu. Uli dan Tono cepat menghindar dan menyelinap pergi. Tapi kehadiran mereka di sana, walau sekejap, sangat berarti bagi polisi. Begitu laporan bendaharawan P & K dkk masuk, tanpa ragu lagi, polisi memburu Uli dan Tono. Sejumlah polisi menggerebeg rumah Uli Sulaiman di Garunggang Kulon. Kosong. Begitu Juga rumah Tono di Cibeureum. Tapi alamat Olim Sopandi Gunawan di Ciwalengke, Majalaya yang diduga menjadi tempat persembunyian Uli dan Tono, tak begitu sulit diperoleh. Tapi keduanya telah menyingkir dari sana. Olim (26 tahun) ditangkap dengan tuduhan ikut merampok bersama Uli. Dari padanya polisi dapat menyita yang Rp 350 ribu sebagai bukti. Dan Olim tahu banyak pula rencana Uli dan Tono keduanya sudah berada di Jakarta dan sedang bersiap melarikan diri ke Singapura -- begitu kata Olim. Berdasarkan keterangan Olim itulh polisi Bandung menurunkan 8 orang anggotanya ke Jakarta. Dipimpin Kapten Pol. Nandang operasi berjalan lancar. Uli Sulaiman (29 tahun), yang diduga keras sebagai pentolan di antara kawanannya, ditangkap bersama Tono (25 tahun) di daerah Gambir sebelum kabur ke Singapura. Dari kantong keduanya polisi mendapat bukti berupa uang Rp 2 juta, beberapa mata uang asing dan dokumen untuk perjalanan ke luar negeri. Berikutnya Erwin (25 tahun), Yudi (25 tahun) dan Majid (23 tahun), semuanya berasal dari Kayu Agung (Palembang), berhasil pula diringkus di sebuah rumah di Jakarta Timur. Jadi, untuk membekuk ke-6 bandit Bandung dan Kayu Agung itu polisi Bandung hanya memerlukan waktu tiga hari, setelah operasi berakhir 5 Agustus pagi lalu. Tak Tahan Puasa Begitu cepat? Memang, "itu karena kami telah memiliki catatan lengkap tentang para penjahat yang sudah dikenal atau residivis," kata Kepala Kepolisian Jawa Barat Mayjen. Pol. drs Muryono. Uli Sulaiman dan Tono, menurut Komandan Kepolisian Bandung, Letkol. Soewasno, adalah dua orang di antara penjahat yang sudah masuk daftar hitam polisi. Sedangkan kejahatan di Bandung, menurut Soewasno, 75% dilakukan oleh penjahat yang sudah biasa keluar-masuk bui seperti Uli dan Tono tersebut. "Hampir bosan kami selalu menangkap pelaku kejahatan yang itu-itu saja," ujar Soewasno pula. Biasanya gaji pegawai P & K Kabupaten Bandung diambil dari KBN (Kantor Bendaharawan Negeri) di Jalan Lengkong Besar setiap tanggal 1. Tapi untuk bulan itu, entah mengapa, Mihata (bendaharawan), Suhaya (petugas pembayaran gaji untuk guru-guru SD), Nyonya A dan Aceng kebetulan baru mengambilnya 2 Agustus. Kebetulan pula, mobil yang biasa untuk mengambil gaji pegawai hari itu berhalangan dipakai. Mereka terpaksa memakai mobil Aceng, sebuah sedan Fiat, yang dikemudikan Yusuf alias Ucup. Kebetulan berikutnya, Suhaya yang katanya sedang melilit perutnya karena tidak tahan berpuasa selesai mengambil uang di KBN mengajak makan di restoran. Biasanya Suhaya makan di Kosambi. Tapi kali ini dia mengajak teman-temannya makan di Jalan Paitan. Suhaya, Aceng dan Ucup masuk ke rumahmakan Nikmat. Sedangkan Mihata dan Nyonya A menunggu di mobil sambil menjaga dua ransel uang: yang sebuah berisi Rp 32 juta, lainnya Rp 4 juta. Dan perampok, kebetulan lagi, berhasil menggaet ransel yang berisi Rp 32 juta itu. Tak Dapat Tidur Jadi menurut Suhaya, "masyarakat sekarang ini seolah-olah menuding kami berkomplotan dengan penjahat." Tapi sungguh, katanya, kejadian seperti dalam mimpi saja: "sekejap semuanya telah terjadi!" Dan, "saya sendiri baru sadar sepenuhnya setelah dimintai penjelasan oleh polisi," lanjut Suhaya. Pemeriksaan oleh polisi, menurut Suhaya, berjalan dengan baik dan sopan. Namun begitu tidak bisa tidak, "saya merasa telah dianggap sebagai penjahat." Untuk itu, "karena kelalaian dan secara moril saya bertanggungjawab, saya pasrah saja," lanjut Suhaya. Begitu juga dengan Nyonya A. Sejak pagi nyonya ini sudah merasa badannya kurang enak dan gelisah. "Badan rasanya panas dingin," katanya. Ketika teman-temannya masuk ke rumahmakan dia bersama Mihata duduk mengobrol sementara jendela mobil tetap terbuka. Waktu Mihata ditodong dan ransel berisi uang dibawa penjahat, dia merasa antara sadar dan tidak, saking ketakutannya. Untuk berteriak minta tolongpun katanya, dia tak berdaya. Sejak peristiwa itu, tutur Nyonya A, "secara mental kami terpukul dan sejak saat itu setiap malam saya tidak dapat tidur." Sebab, lanjutnya, "jangan-jangan masyarakat menuduh kami ini komplotan penjahat."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus