Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Suatu malam di ambulu

Orang-orang keturunan cina di ambulu, jember menjadi sasaran balas dendam atas kematian joko wahono, ketua osis sma fip unej yang ditusuk oleh saiful (wna). (krim)

24 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOTA kecil Ambulu, 26 Km sebelah selatan Jember (Jawa Timur), hampir saja terbakar karena huru-hara. Mula-mula terasa karena bensin di kios-kios 7 Pebruari, siang hari itu amat laris. Orang-orang keturunan Cina sudah mencium bau tak sedap. Siang-siang mereka sudah mulai menutup pintu toko dan rumah. Malamnya terlihat sekitar seribu massa pelajar sekolah menengah berkumpul. Bahkan pulajar daerah lain sekitar Ambulu kemudian menggabungkan diri. Juga tcrmasuk yang datang dari Kota Jember. Di tangan sebagian dari mereka tergenggam 'bom-bom' dari botol berisi bensin. Sasaran pertama segera terlihat: malam itu sebuah gudang ban terbakar oleh bom botol. Untung sasaran berikutnya berhasil diamankan tentara dan polisi. Sehingga huru-hara dapat dipadamkan sebelum berlarut-larut. Polisi menangkap sekitar 30 pelajar --baik anak sekolah Ambulu, Jember maupun daerah lain. Juga 6 orang sopir kendaraan yang mengangkut para pelajar ke Ambulu juga ikut ditahan. Ambulu kini tenang kembali. Segala sesuatunya, "masih dalam pemeriksaan," kata Komandan Kepolisian Jember, Letkol Suwarno. Tapi latar belakang peristiwa panas tersebut, untuk sementara dapat dikisahkan sebagai berikut. Adalah peristiwa berdarah di SMA FIP UNEJ (sekolah proyek Fak. Ilmu Pendidikan Univ. Jember). Murid sekolah itu, Joko Wahono, Ketua OSIS (organisasi pelajar sekolah tersebut), mati terbunuh oleh tusukan pisau kawan sekelasnya sendiri, Saiful alias Yang Si Fun, murid kelas III bagian Pasti Alam, 31 Januari lalu. Sebabnya sungguh sepele: pertengkaran kecil biasa sesama teman. Dari beberapa murid SMA FIP UNEJ diperoleh beberapa cerita. Sebgai Ketua OSIS, Joko menugaskan SaifuI untuk memimpin penyelenggaraan pertandingan bulutangkis dalam rangka perayaan hari maulud. Saiful memang jago bulutangkis di sekolahnya. Tapi tugas sekolah tersebut tidak dijalankan dengan baik oleh Saiful. Bahkan, menurut Imran dan teman-temannya sama-sama pelajar di situ "pada waktu pertandingan bulutangkis berlangsung pun, Saiful sebagai penanggungjawab acara itu tak muncul di lapangan." Dia malah asik main badminton di rumah sendiri. Hal itu tentu saja membuat gondok sang ketua OSIS. Di warung es dekat sekolah Joko melampiaskan kemarahannya. Saiful dimaki-maki. Saiful tak tinggal diam. Terjadilah perang mulut. Pertengkaran ini sebenarnya hendak diselesaikan oleh pimpinan sekolah. Kedua murid itu telah dipanggil ke kantor dewan guru. Tapi cuma Joko yang mau hadir di sana. Sedangkan Saiful, menurut Iswadi, Kepala Sekolah, terus lari pulang. Karena Saiful tak muncul di kantor dewan guru, Joko diizinkan pulang saja. Dia berjalan bersama teman-teman sekelasnya. Masih di halaman sekolah itu juga, Joko berpapasan dengan Saiful. "Saya kira dia hendak lapor ke dewan gllru," kata Imran, teman berjalan Joko yang melihat sesuatu menonjol dari balik baju Saiful. Namun begitu Joko lewat beberapa langkah, Saiful berbalik secepat kilat ia membokong Joko dengan menusukkan pisau dapurnya. Saiful terus lari. Siswa-siswi yang menyaksikan peristiwa itu berteriak panik melihat tubuh ketua OSIS mereka bercucuran darah. Joko masih berusaha mengejar Saiful. Tapi kakinya hanya mampu membawanya lima langkah. Setelah itu ia tersungkur. Teman-teman Joko telah berusaha menggotongnya ke Puskesmas. Tapi naas, Joko meninggal sebelum sempat mendapat pertolongan pertama. Saiful bernasib baik. Sebelum ia dihajar ramai-ramai oleh teman sekolahnya, dia sudah lari ke belakang sekolah dan diselamatkan polisi -- yang kebetulan kantornya tak jauh dari gedung SMA. Tiupan Kosong Minggu perama Pebruari ini, setelah peristiwa Joko, Ambulu jadi tegang dan panas. Desas-desus keras bertiup temanreman dan pelajar sekolah daerah lain hendak menuntut balas kematian Joko. Runyamnya, tidak hanya Saiful -yang sudah berada di tangan polisi -yang hendak jadi sasaran balas dendam. Orang-orang keturunan Cina lain, yang tak ada kaitannya dengan peristiwa Joko, juga diancam hendak diganyang. Terbukti dari beberapa selebaran anti Cina yang beredar membakar keadaan. Patroli petugas keamanan hampir sepanjang malam selama seminggu keliling kota. Di sana-sini memang tampak orang bergerombol. Tapi demonstrasi yang didesas-desuskan akan meledak 3 Pebruari, ternyata hanya tiupan kosong. Polisi menyangka kemarahan pelajar sudah reda. Patroli mengendor. Untuk lebih menenteramkan pengurus-pengurus OSIS se Kabupaten Jember diundang berkumpul di kantor polisi, 6 Pebruari lalu. Besoknya giliran para guru diundang dan diminta untuk ambil bagian mengendalikan murid masing-masing. Tapi malam hari berikutnya -- etelah guru-guru berkumpul di kantor polisi -- pelajar ternyata bergerak dan mengamuk juga. Untung baru sebuah gudang ban milik ayah Saiful saja yang jadi korban.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus