Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Sopir taksi online di Jambi disekap tentara.
Polisi menjerat sopir itu dengan pasal penggelapan.
Sopir itu ditipu penumpang yang menyewa mobilnya.
WAHYUDI Eka Putra menjadi pendiam sejak sebulan lalu. Pria yang dulu periang itu kini irit bicara. “Ia bahkan selalu menunduk karena tak berani menatap lawan bicara,” kata Sarbaini, pengacara Wahyudi, kepada Tempo, Kamis, 19 Desember lalu.
Hari itu pria 40 tahun tersebut rencananya menjalani sidang perdana di Pengadilan Negeri Jambi. Agenda berubah. Sarbaini tak mengetahui alasan penundaan sidang tersebut. Ia khawatir terhadap kondisi psikologis kliennya yang memburuk menjelang persidangan.
Wahyudi meringkuk di tahanan Kejaksaan Negeri Jambi sejak Senin, 25 November lalu. Kepolisian Resor Jambi menuduh bapak lima anak itu menggelapkan sebuah mobil milik Ningsih Susilawati.
Sebelum menjalani pemeriksaan di Polres Jambi, Wahyudi diduga diinterogasi dan dianiaya di markas Komando Resor Militer 042 Garuda Putih, Jambi. “Kami menyayangkan pemeriksaan dan dugaan penganiayaan di markas tentara itu,” ujar Sarbaini.
Ia menunjukkan foto-foto Wahyudi saat berobat di Rumah Sakit Santa Theresia, Jambi, Senin, 19 Maret 2018. Kedua bola matanya terlihat berwarna merah. Pelipis serta kantong matanya bengkak dan lebam. Dadanya memar. Kepada Sarbaini, Wahyudi mengaku dianiaya selama berada di Korem Garuda Putih.
Sekitar sebulan sebelum “menginap” satu malam di markas tentara itu, Wahyudi mengantar penumpang bernama Netti Herawati dari Bandar Udara Sultan Thaha, Jambi. Wahyudi bekerja sebagai sopir angkutan berbasis aplikasi. Dalam perjalanan, Netti meminta Wahyudi menyediakan tiga mobil rental untuk sepuluh hari.
Wahyudi menyanggupi permintaan itu. Selain menyewakan kendaraan miliknya, ia menggandeng temannya, Ali Usman Siregar, untuk menyediakan dua mobil lain. Netti membayar Rp 450 ribu per hari untuk tiap mobil. Beberapa hari kemudian, Netti meminta tambahan satu mobil. Wahyudi lantas menawarkan mobil kenalannya, Ningsih Susilawati, untuk memenuhi permintaan Netti.
Kejanggalan mulai terjadi pada 26 Februari 2018. Netti mulai sulit dihubungi. Setelah itu, ia tak bisa dikontak sama sekali. Netti menghilang bersama empat mobil rental itu. Kerja sama antara Wahyudi, Ali, dan Ningsih mulai retak. Ali melaporkan Netti ke Polres Jambi atas tuduhan penggelapan mobil. Sedangkan Ningsih melaporkan Wahyudi karena menyangkanya bagian dari sindikat penggelapan mobil.
Wahyudi mulai menerima teror sejak pertengahan Maret 2018. Sejumlah pria menginterogasi Wahyudi di dalam mobil di kawasan Jelutung, sebuah kecamatan di Kota Jambi. Dia mengaku dipaksa membuat surat pengakuan bahwa ia bagian dari sindikat penggelapan mobil. Seseorang yang mengaku polisi bahkan menodongkan pistol ke kepalanya agar menandatangani surat itu.
Lepas dari gerombolan itu, Wahyudi bertemu dengan seorang tentara berpangkat sersan kepala di Pasar Mama, juga di Kota Jambi, pada Sabtu, 17 Maret 2018. Tentara yang mengaku intel itu membawa Wahyudi ke markas Korem Garuda Putih sekitar pukul 11.00, lalu menginterogasinya di salah satu ruangan markas.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo