Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Topeng ketut berkedok kredit

Ia dituduh mengelabuhi beberapa pengusaha Bali. lebih dari Rp 1 milyar digaetnya. kini polisi mengejarnya.

30 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BENDERA organisasi dan ditunjang oleh penampilan orangnya yang perlente tampak melicinkan kerja selingkuhan. Topeng itulah yang secara pribadi dipakai Ketut Susanto, Sekretaris Jenderal Generasi Karya Muda Penerus Pelopor Agustus '45 (GKM PPA'45). Karena itu, 14 Mei lalu lelaki kelahiran Singaraja ini ditangkap polisi Polres Badung, Bali. Ia dikenakan wajib lapor. Dan setelah dua kali melapor, lelaki ini menghilang sehingga polisi menyatakannya buron sejak Jumat pekan lalu. Ia kabarnya lari ke Jakarta. Polisi menduga Ketut Susanto telah menipu tiga pengusaha: dua pengusaha hotel dan satu garmen. Total kerugian Rp 1 milyar. Kasus itu terbongkar setelah bulan lalu Made Suwedja, pemilik Bakung Sari Cottages, mengadu kepada Polda Nusatenggara di Denpasar. Upaya melapor itu sebenarnya kedaluarsa, mengingat selingkuhan yang dilakukan lelaki 38 tahun itu terjadi lima tahun lalu. "Karena orang yang ditunggu itu baru nongol," kata Made Suwedja, beralasan. Penipuan itu, menurut Suwedja, bermula ketika ia berkenalan dengan Ketut Susanto awal 1987. Saat itu Ketut bersama istri dan empat temannya mengaku baru datang dari Jakarta untuk mengurus pembangunan sebuah hotel berbintang di Nusa Dua, Bali. "Saya kira dia itu orang gedean," kata Suwedja. Selama menginap di Bakung Sari Cottages, Ketut Susanto sering membawa teman-temannya, di antaranya beberapa pejabat. Karena itu, menurut Made Suwedja, sewa kamar dan pembayaran makan minum ditagihnya belakangan saja dari Ketut. Sewaktu tanggungan sewa kamar belum dibereskan, Ketut menawarkan pinjaman. Karena Suwedja ingin mengembangkan hotelnya, tawaran ini disambutnya. Ketut Susanto, katanya, sanggup mengusahakan kredit dari Bank of America. Apalagi iming-iming pinjaman itu menggiurkan: bunga 7% setahun serta jangka pengembalian 15 tahun setelah bebas cicilan tiga tahun pertama. "Saya mengajukan pinjaman Rp 2 milyar," kata Suwedja. Dengan alasan mengurus pencairan kredit itu Ketut Susanto kemudian mundar-mandir Bali-Jakarta. Setiap ke Jakarta, kata Suwedja, Ketut minta uang jalan. Untuk urusan uang jalan ini Suwedja menghabiskan Rp 4,5 juta. Tapi sejak ke Jakarta empat tahun lalu Ketut Susanto tidak pernah nongol lagi. "Baru awal bulan lalu saya lihat ia ada di sebuah koran yang terbit di Denpasar," katanya. Ketut Susanto tampaknya lihai memanfaatkan foto dirinya dengan Gubernur Bali ketika di pesawat. Kepada calon mangsanya, sekjen organisasi yang cukup di kenal di Bali itu kabarnya sering menunjukkan foto tadi yang dikatakannya saat mengantar gubernur ke Jakarta untuk mengurus pinjaman Rp 200 milyar dari Stimex -- lembaga keuangan dari Jerman. Dalam melakukan aksinya, menurut Kapolres Badung Letnan Kolonel Darwan Siregar, Ketut Susanto mengiming-imingi para pengusaha tentang adanya bantuan dana yang diberikan Stimex. Untuk mendapatkan bantuan itu para pengusaha harus menyerahkan uang pelicin, uang administrasi, dan biaya lobi. Dan dana yang dikatakan segera cair itu ternyata berlarut-larut. Setiap kali ditagih, Ketut Susanto selalu mengelak. Hingga kini, menurut Darwan, baru tiga pengusaha yang melapor ditipu Ketut Susanto. Ketika diperiksa, Ketut Susanto menolak dituduh menipu. "Saya tidak menipu. Itu bisnis biasa. Dana itu memang belum turun," ujar lelaki yang gemar mengenakan cincin berlian itu kepada petugas. Ketut, ketika itu, memang tidak langsung dimasukkan dalam sel "Kami masih mengumpulkan bukti-bukti," kata Darwan kepada wartawati TEMPO Silawati. Alasan lain, para korban tidak membawa bukti yang cukup kuat. "Namun, dengan ulah Ketut Susanto yang merepotkan polisi ini, walaupun belum ada bukti lengkap, ia tetap akan kami tangkap," kata Kapolres Badung. Organisasi GKM PPA'45 didirikan di Jakarta lima tahun lalu. Di Bali organisasi ini mempunyai pengurus sampai di pelosok desa. Ketut Susanto duduk sebagai sekjen. Tapi kelakuan Ketut Susanto itu agaknya di luar organisasi. "Tentang organisasi itu tidak ada masalah," kata Alit Wijaya, Kepala Direktorat Sosial Politik Provinsi Bali, "jadi, kami tidak kecolongan dengan ulah Ketut Susanto itu." Gatot Triyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus